Radio transistor

JAKARTA, Jakartaobserver.com- Saat menghadap Presiden Soekarno setelah pengajuan kredit sebesar Rp5 juta, pemuda Thayeb Muhammad Gobel yang saat itu baru berusia 26 tahun ditanya sang Presiden Soekarno.
 
"Mengapa memilih usaha radio transistor?" dijawab oleh pemuda Gobel, "Supaya pidato Bapak dapat sampai kepada orang-orang di desa, di tempat yang jauh terpencil, di kaki gunung, di pulau-pulau, meskipun di tempat-tempat tersebut belum ada listrik, Pak".
 
Era tahun 50-an radio adalah barang mewah namun pertengahan tahun 1955 pemerintah "menantang" pengusaha lokal membuat radio yang murah yang bisa dibeli rakyat kebanyakan. Lalu seorang pemuda Thayeb Muhammad Gobel mengajukan diri membuat radio murah yang kelak terkanal dengan nama radio transistor merek " TJAWANG".
 
Lucunya walau pabrik radio itu terletak di wilayah yang bernama Cawang tapi nama merek Tjawang bukanlah nama daerah tempat pabrik itu berdiri. Tjawang adalah singkatan dari " Tjari Wang" atau cari duit hehehehe.
 
Sekitar satu juta unit radio transistor "Tjawang" berhasil diproduksi dan dipasarkan dalam kurun waktu 1956-1964.

Pengalaman kerja di Dasaad Moesin Concern, Fasco, dan lainnya, membuat Gobel mantap berwirausaha. Ia pun memperoleh kredit Bank Industri Nasional (BINA) sebesar Rp5 juta. Tahun 1954, Gobel mendirikan PT Transistor RadioManufacturing. Pabrik radio transistor pertama di Indonesia itu punya nama brand “Tjawang”.
Thayeb Gobel

Radio ini berbentuk kotak, dengan tombol frekuensi besar di sudut kanan atas. Kaum tua masih percaya kejernihan suara radio Tjawang tidak tersaingi. Dalam kurun waktu 1954-1964, satu juta radio Tjawang terjual.
 
Waktu ada peluang untuk belajar di Jepang, melalui Colombo Plan, ia melamar dan ia beruntung. Tahun 1957, Thayeb Gobel, di sana dia bertemu dengan Konosuke Matsushita, pendiri Matsushita Electric Industrial Co yang pada akhirnya mereka bekerja sama mendirikan pabrik tv dengan merk NATIONAL. (andi purwanto)

Sumber www.tjawang.co.id

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.