Hilangkan Trauma Masyrakat, Kini Balaroa Diratakan dengan Tanah

Balaroa kini diratakan dengan tanah.
JAKARTA, JO- Prajurit TNI yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) Penanggulangan Bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi Palu, Sigi dan Donggala mengerahkan sejumlah alat berat dari Satuan Zeni Tempur (Zipur) TNI AD dibantu instansi lainnya untuk meratakan daerah yang terkena dampak likuifaksi di Balaroa, Sulawesi Tengah, Senin (22/10/2018).

Pengerahan sejumlah Alat berat ini yang dilakukan Panglima Kogasgabpad Mayjen TNI Tri Soewandono sebagai bentuk tugas yang telah diperintahkan oleh Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, SIP, pada saat meninjau lokasi yang terdampak likuifaksi beberapa waktu yang lalu. Agar daerah likuifaksi di Balaroa yang masih berupa puing-puing bangunan yang berserakan, untuk segera diratakan. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan rasa trauma masyarakat terhadap kejadian yang pernah menimpa mereka.

Menurut beberapa masyarakat yang berasal dari daerah tersebut, jika melihat bangunan rumah dan lingkungan yang ditempati dalam kondisi rata dengan tanah yang hanya menyisakan puing dan reruntuhan bangunan, mereka akan terngiang kembali bagaimana jeritan dan teriakan dengan penuh rasa ketakutan saat terjadi bencana likuifaksi. Dengan dibersihkannya area reruntuhan setidaknya akan menghilangkan kenangan dan rasa trauma yang memilukan.




Pada kesempatan tersebut, Penangung Jawab Clearing dan Perataan Sektor Balaroa Letkol Czi Pabate menyampaikan bahwa pengerjaan ini memerlukan operator alat berat dengan kemampuan yang bagus, karena kondisi tanah sulit diprediksi dan luas area yang akan dilakukan clearing seluas kurang lebih 84 hektar. “Kesulitan dalam meratakan adalah kondisi tanah yang labil dan berair di bagian bawah,” ucapnya.

“Sebagaimana yang dialami Bapak Abdul dari relawan yang mengoperasionalkan alat berat, dimana excavator yang digunakan terjerembab dalam lumpur. Dia tidak mengetahui bahwa kondisi tanah yang di atas tampak keras, namun di bagian bawah lunak, hingga alat berat yang dibawanya tidak bisa keluar dari lumpur sebelum dibantu excavator lain dari TNI maupun dari Kementerian ESDM,” ungkap Letkol Czi Pabate.

Pada kesempatan yang sama, Gubernur Sulteng Longki Djanggola menyampaikan, setelah tempat ini diratakan dengan alat berat baik milik TNI dan instansi lain, area likuifaksi ini akan dijadikan area terbuka hijau dan akan dibangun monumen.(jo-17)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.