Bibit jagung rusak yang ditanami sangat merugikan petani.
SIANJUR MULAMULA, JO- Bibit jagung yang tidak layak tanam dan telah dibagikan ke petani di Kabupaten Samosir sebanyak 16 ton menimbulkan polemik berkepanjangan. Para petani yang mengaku rugi berniat akan menyampaikan keluhannya langsung ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Informasi yang dihimpun, bibit jagung ini diterima Pemkab Samosir dari Kementerian Pertanian melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara (Provsu).

Namun kondisinya rusak dan petani yang sempat menanam bibit jagung itu pun mengaku rugi.

Hal itu diakui Pardiman Limbong, warga Kecamatan Sianjur Mulamula, Minggu (21/10/2018). Menurutnya, dia dan warga petani lainnya yang menjadi korban akan menyurati Presiden Jokowi, Kementerian Pertanian dan para pihak lainnya.

"Saya dan para petani lainnya akan menyurati Presiden Jokowi. Saat ini kami telah berkoordinasi dengan ICW Kabupaten Samosir untuk mendata petani yang dirugikan ini," kata Pardiman.

Sekretaris ICW Kabupaten Samosir Natanael Nadeak, ketika dikonfirmasi membenarkan sudah melakukan pendataan. "Akan langsung kita surati Pak Jokowi," tegasnya.

Dia merinci, 26 ton bibit jagung hanya untuk Kabupaten Samosir, belum lagi dengan daerah lain yang juga perlu dihitung "Artinya hal ini bukan persoalan kecil, jadi layak kita sampaikan ke bapak Presiden RI," imbuhnya.




Kemudian dia menegaskan, tindakan Pemkab Samosir yang terlalu sensitif dengan hanya mengatakan akan diganti November mendatang, dinilainya kurang relevan.
Idealnya Pemkab Samosir harus secara bersama sama dengan petani menyuarakan kejadian ini ke pemerintah pusat," tandasnya.

Natanael mengajak para petani di Kabupaten Samosir untuk menyuarakan kejadian ini secara bersama sama, agar ke depan lebih bertanggung jawab ketika hendak menyerahkan bibit.

Sebelumnya, Kadis Pertanian Samosir Erkanus Simbolon telah memberikan penjelasan terkait persoalan bibit jagung ini. "Bibit jagung kita terima di Kabupaten Samosir berasal dari Kementan melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara," ujar Erkanus, pekan lalu.

Dia merinci, bibit varietas Bima URI 19 dibagikan di Kecamatan Pangururan, Sianjur Mulamula, Nainggolan dan Ronggur Nihuta. "Setelah ditanam petani, banyak yang tidak tumbuh. Pertumbuhannya sekitar 30-40 persen," kata Erkanus.

Dia memaparkan, sudah menghubungi pihak Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara dan telah menurunkan tim melihat kondisi lapangan. "Ternyata setelah kita uji balik ke laboratorium, sisa bibit yang belum ditanam, ternyata rusak dan dianjurkan tidak ditanam lagi," imbuhya. (fsrt)


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.