Kadinas Kesehatan: Jangan Langsung Percaya Isu Efek Samping Imunisasi HPV

Ilustrasi
JAKARTA, JO- Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto meminta kepada masyarakat agar tidak langsung percaya adanya isu terkait efek samping negatif dari imunisasi Human Papilloma Virus (HPV). Menurutnya, belum ada penelitian yang menyebutkan hal tersebut.

Menurutnya, di Jakarta, Senin (28/11), hingga saat ini pihaknya telah melakukan imunisasi kepada 70 ribu siswa. Dan optimis bisa mencapai target pada akhir tahun.

"Jadi kalau ada informasi yang menyatakan menyebabkan kemandulan atau menopase dini, belum ditemukan ada hubungan dengan pemberian vaksin HPV," ujarnya.

Dikatakan, pemberian imunisasi ini sangat penting untuk pencegahan. Saat ini sudah 70 ribuan siswi diberikan imunisasi tersebut.

"Negara seperti Amerika dan Australia sudah menjadikan ini program nasional sejak 10 tahun lalu, sedangkan kita baru memulai," katanya.




Masih kata Koesmedi, pencegahan kanker serviks tingkat keberhasilannya bisa mencapai 100 persen jika diberikan dua kali pada kelompok umur yang belum pernah terinveksi HVP.

"Ini dimulai dari anak perempuan umur 9-13 tahun yang merupakan usia sekolah dasar. Kita harap dukungan seluruh pihak untuk mensukseskan program ini," tandasnya.

Pemprov DKI Jakarta menargetkan bisa melakukan imunisasi untuk mencegah infeksi HPV kepada 75 ribu siswi sekolah dasar (SD) kelas 5 dan 6 di 2016 ini. Hingga kini belum ada penelitian yang menyebutkan ada efek samping negatif dari imunisasi tersebut.

Dari data WHO pada September 2016 sudah 67 dari 194 negara di dunia yang mengimplementasikan program imunisasi HPV di negaranya. Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2013 diketahui sebanyak 330.000 orang dengan kasus terbesar adalah kanker serviks atau kanker leher rahim.

Sementara itu, Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) Prof Andrijono mengatakan, program imunisasi anti-infeksi HPV harus menjadi program nasional. Sebab imunisasi tersebut bisa memperkecil risiko penyakit kanker serviks.

"Vaksinnya akan diproduksi dengan biofarma agar menjadi program nasional. Negara sekitar seperti Singapura dan Malaysia saja sudah melakukan terlebih dahulu," ujar Prof Andrijono.

DKI Jakarta, lanjut Andrijono, bisa menjadi proyek percontohan untuk program tersebut. Sebab infrastrukturnya saat ini yang paling siap diantara daerah lain di Indonesia.

Menurutnya, penderita kanker serviks sekitar 70 persen baru datang ke rumah sakit pada stadium 3. Padahal dalam jangka waktu 2-3 tahun dapat meninggal akibat penyakit tersebut. (jo-3)

Sebelum ke Yogyakarta, Cek Dulu Tarif Hotel dan Ulasannya
Ke Bandung? Cek Dulu Hotel, Tarif dan Ulasannya Disini
Cek hotel di Lombok, bandingkan harga dan baca ulasannya
Liburan ke Surabaya? Cari hotel, bandingkan tarif dan baca ulasannya
Cek hotel di Parapat, Danau Toba, bandingkan harga dan baca ulasannya
Bengkulu yang Sedang Bersinar, Cek hotel dan baca ulasannya



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.