Workshop "Building Youth Resilience and Participation in Digital Literacy During the Political Year" di Universita Andalas.

DEPOK, Jakartaobserver.com- Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Konsulat Jenderal Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes Amerika) Surabaya kembali menggelar Workshop bertema Building Youth Resilience and Participation in Digital Literacy During the Political Year. Kali ini digelar di Universitas Andalas.
 
Kegiatan ini dihadiri lebih dari 160 mahasiswa dari Universitas Andalas, UIN Imam Bonjol Padang dan Universitas Dharma Andalas. Dalam kegiatan ini dibagikan 5 topik yaitu bagaimana cara mencari informasi yang valid; melaporkan konten negatif; media seperti apa yang harus dipercayai; cara menanggapi informasi yang salah; cara membuat konten kreatif menggunakan smartphone.
 
Pembicara yang hadir ialah Rita Gani (Unisba), Vitania Yulia (Unand), Revi Marta (Unand), Lisa Adhrianti (Unib) dan Ni Made Ras Amanda (Unud).
 
Kegiatan ini menjadi unik karena kota yang terpilih di wilayah Sumatera adalah kota Padang. Tentu saja dengan karakteristik yang luar biasa yaitu budaya di Sumbar dimana orang suka berdiskusi. Kami percaya bibit-bibit di Padang dapat memberikan dampak positif dan lebih banyak bersuara di media-media maya.
 
"Tidak hanya itu, diharapkan anak muda menjadi lebih aware, lebih tahu dan dapat berpartisipasi untuk memberikan nuansa positif menjelang pemilu yang menyejukkan sehingga masyarakat tidak terhanyut pada polarisasi,” kata project manager kegiatan Ni Made Ras Amanda, Rabu (10/5/2023).
 
“Kami sangat excited melihat animo mahasiswa untuk mengikuti kegiatan dan beliau membuka kesempatan untuk mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk dapat menggali informasi dari workshop ini, semoga Generasi Z kota Padang penyumbang suara terbanyak untuk tahun politik 2024,” tambah Penanggung Jawab Workshop Japelidi Kota Padang Revi Marta.
 
Dikatakan Revi Marta, trend global menunjukkan partai-partai politik harus berjuang keras merebut suara anak-anak muda yang lebih apatis terhadap politik, mereka enggan pergi ke tempat pemungutan suara dan lemahnya pengetahuan mereka tentang politik, meskipun berbagai informasi sekarang begitu mudah diakses oleh generasi digital ini.
 
Inilah mengapa, Japelidi, yang berdiri tahun 2017, beranggotakan lebih dari 200 pegiat, di 78 universitas/lembaga dari 30 kota ini, secara konsisten melakukan “syiar” literasi. "Termasuk upaya memperkuat literasi media, agar tidak terperangkap dalam informasi – informasi menyesatkan, termasuk info politik yang dapat merusak demokrasi,” kata kordinator media kegiatan kolaborasi Japelidi dan Konsulat Jenderal Kedubes Amerika Serikat Devie Rahmawati. (gayuh)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.