Universitas Indonesia Berikan Penghargaan kepada Sandiaga Uno dan Nadiem Makarim

Sandiaga Uno

DEPOK, Jakartaobserver.com- Universitas Indonesia (UI) memberikan penghargaan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Sandiaga Uno dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim sebagai inisiator dalam Program Kedaireka.
 
Kedua kementrian tersebut dinilai membantu menyukseskan program Matching Fund Kedaireka. UI dan Kemenparekraf berhasil menjalankan program pengembangan desa wisata berkelas dunia (world class dewi) melalui implementasi cleanliness, health, safety, and environment (CHSE) serta mitigasi bencana.
 
Melalui Program Matching Fund Kedaireka, UI khususnya dosen-dosen K3 FKM UI dapat bersinergi dengan Kemenparekraf dalam meningkatkan Desa Wisata berkelas dunia melalui implementasi CHSE dan mitigasi bencana. Kegiatan ini menjadi bagian dari pelaksanaan MBKM yang diikuti lebih dari 100 mahasiswa S1, S2, dan S3, serta alumni, praktisi dari pelbagai berbagai fakultas dan multidisiplin.
 
"Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi sehingga dapat diciptakannya pelbagai inovasi dan teknologi CHSE dan mitigasi bencana yang merupakan mahakarya dari kolaborasi ini,” kata Rektor UI Ari Kuncoro saat acara Appreciation Day Program Matching Fund 2022 di Makara Art Center,UI, Depok, Rabu (11/1/2023).
 
Program ini bertujuan melakukan identifikasi risiko CHSE dan bencana serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di desa wisata melalui penerapan karya rekacipta dosen, alumni, dan mahasiswa bersama Kemenparekraf. Kegiatan yang merupakan bagian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) ini dapat dikonversi ke 20 satuan kredit semester (SKS) bagi mahasiswa yang mengikutinya.
 
Program Kedaireka UI–Kemenparekraf telah terlaksana dengan baik. Hal ini terbukti dari identifikasi risiko CHSE dan mitigasi bencana yang telah dilaksanakan di 58 desa wisata. Kegiatan verifikasi lapangan pelatihan CHSE dan mitigasi bencana juga telah dilakukan di delapan provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Barat.
 
Dalam kegiatan tersebut, dilakukan analisis dampak bencana di lima lokasi pariwisata, serta implementasi manajemen krisis dan tata kelola destinasi di beberapa daerah. Selain itu, saat ini sudah tersedia 20 modul dan 20 video e-learning di platform Edurisk. UI dan Kemenparekraf juga telah meluncurkan Sistem Informasi Desa Wisata (SideWita), Panic Button DeWita, dan VTTX DeWita yang dapat diakses oleh masyarakat Indonesia.
 
“Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung percepatan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Hal ini karena pariwisata mendorong masyarakat untuk melakukan mobilisasi ke daerah-daerah lain. Desa Wisata yang gerakkan oleh UI dan Kemenparekraf diharapkan dapat menjadi roda penggerak ekonomi dan pemulihan aktivitas pariwisata pasca pandemi. Program Kedaireka dari Kemendikbudristek mewujudkan kemudahan sinergi antara perguruan tinggi dan mitra dalam satu platform,” ujarnya.

Sandiaga menuturkan, peningkatan mobilitas masyarakat terjadi karena tepatnya penanganan pandemi di Indonesia. Pada 2022, pariwisata Indonesia telah mencapai pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat. Meski demikian, potensi pariwisata di Indonesia berbanding lurus dengan nature dan culture. Indonesia memiliki pariwisata yang indah sekaligus potensi kebencanaan yang tinggi. Untuk itu, diperlukan langkah mitigasi dan solusi konkret yang bisa dikolaborasikan bersama.
 
“Kita telah memberikan pelatihan CHSE (cleanliness, health, safety, and environment) dan saat gempa kemarin, saya mendapat kabar dari Pak Kades, bahwa hanya terjadi kerusakan kecil di gerbang wisata dan tidak ada korban jiwa. Kesiapsiagaan ini tentunya harus kita kolaborasikan dengan Universitas Indonesia (UI) yang memiliki segudang mahasiswa dan peneliti terbaik untuk meningkatkan ketahanan destinasi wisata di Indonesia,” katanya.
 
Sementara itu, Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek, Nizam mengatakan, transformasi pendidikan tinggi yang dilakukan Kemendikbudristek sering disalahmaknai sebagai vokasionalisasi Perguruan Tinggi yang berorientasi jangka pendek terhadap fungsi pendidikan. Padahal, menurutnya, transformasi ini justru untuk mengawinkan antara kampus pendidikan dengan kampus kehidupan. “Kampus harus memahami apa yang dibutuhkan oleh masyarakat melalui hilirisasi dan huluisasi,” katanya.
 
“Hilirisasi berarti merancang sejak awal riset dan inovasi yang sejalan dengan kebutuhan masyarakat, sementara huluisasi adalah kerja secara langsung untuk membantu masyarakat, misalnya di bidang kesehatan, pemberdayaan, dan pengelolaan lingkungan. Dosen dan mahasiswa harus mampu menjahit program-program tersebut agar terjadi akselerasi terciptanya konorsium di bidang electric vehicle, kelautan, pertanian, pendidikan, sosial, ekonomi, dan kesehatan. Oleh karena itu, sinergi kita bersama diperlukan untuk membuat masyarakat dan bangsa ini semakin maju,” ujar Prof Nizam.(gayuh)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.