Desa Karangbungur, pintu gerbang utara Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

SUMEDANG- Karangbungur (Karbung) adalah salah satu desa di Kecamatan Buahdua, merupakan pintu gerbang utara Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Letak desa ini sekitar 40 km dari ibu kota Kabupaten Sumedang, dan sekitar 20 km dari Tol Cikopo-Palimanan (Cipali KM 130). Desa Karangbungur merupakan desa pemekaran dari Desa Citaleus pada tahun 1979. Toponim Karangbungur diambil dari nama salahsatu dusun dari delapan dusun yang ada di desa tersebut.
 
Nama Karangbungur sangat dikenal sejak masa kolonial, karena peristiwa hujan mortir Belanda yang menghancurkan dusun tersebut, karena sebagai jalur long march pasukan Siliwangi yang kembali dari Jogja 1949 yang dipimpin oleh Kolonel Sadikin untuk merebut kembali kampung halaman Jawa Barat di pangkuan NKRI (RIS beribukota di Yogyakarta). Sekarang ini masih 84 veteran yang masih hidup tinggal di Karangbungur dari 100 lebih veteran yang ikut berjuang (Sedang didirikan Monumen Jogja 2 untuk memperingati perjuangan mereka yang berlokasi di seberang jalan SDN Karangbungur).
 
Perkampungan atau Karang (pe-karang-an) atau pemukiman yang banyak tumbuh Pohon Bungur (berbunga ungu) tersebut setelah mengalami kerusakan oleh warga diratakan dan sekarang menjadi persawahan. Dan Warga sebagian tetap tinggal di sekitarnya dan sebagian warga membuka pemukiman baru di selatannya yaitu Dusun Pasir Ipis dan kantor Kepala Desa Karangbungur berlokasi di sini. Menurut Pak Kuwu Idin Karangbungur sendiri bermakna keras, berani dan baik atau indah seperti bunga pohon bungur (latin: crepe myrtle). Dan sekarang masih dapat dijumpai pohon bungur yang rimbun di Pasir Leutik, sebuah bukit kecil di Dusun Karangbungur. Ketika musim bunga, warna ungu menutup kanopi pohon, seperti bunga sakura tetapi tidak mudah gugur.

Karangbungur merupakan desa yang subur dengan luas persawahan lebih dari 150 Ha, dan lahan pertanian lahan kering sekitar kurang lebih 200 Ha, lainnya berupa pemukiman dan hutan dan seluruhnya luas desa sekitar 750 Ha. Jumlah penduduk di Desa Karangbungur lebih dari 2000 jiwa dengan kepadatan penduduk sekitar 300 jiwa /km2.
 
Penghidupan warga Dusun Karangbungur selain bertani dan berladang baik pemilik lahan maupun buruh tani, sebagian beternak kerbau (sekitar 400 ekor kerbau), rata-rata 20 ekor /pemilik, dengan demikian tentunya ada yang berpenghidupan sebagai gembala kerbau. Pengembalaan kerbau di ladang pengembalaan yaitu di hutan seberang sungai Cikandung, kerbau pada siang hari dilepas dan ketika malam hari diikat di pohon-pohon hutan oleh pengembalanya. Penghidupan lain warga juga sebagai ojeg (pengangkut bahan dan hasil pertanian), hal ini karena kendaraan roda dua lebih fleksibel untuk menempuh jalan-jalan sempit yang tidak dapat dilalui roda 4. Terlihat di pemukiman beberapa membuka warung sembako, bengkel motor, penjual bahan bakar (pertamini). PNS di Dusun Karangbungur yaitu Guru SD negeri Karangbungur. Di sela-sela bertani dan berkebun mereka juga menanam tanaman kayu di lahan dan pekarangannya untuk kepentingan sendiri dalam membangun rumah.
 
Adapun komoditas yang dapat dihasilkan dari Dusun Karangbungur yaitu terutama Gabah dan Beras, buah-buahan (rambutan, alpukat, durian, jeruk, kelapa, dan lainnya), Sayuran (terong, kacang panjang, kangkung, cabe dan lain-lain), ternak berupa ternak besar (kerbau dan sapi, kambing/domba dan unggas/ayam, bebek, dan lainnya) dan yang sangat potensial yaitu Kayu Hutan dan tambang pasir dan batu untuk material dari Sungai Cikandung.
 
Adapun kebutuhan yang didatangkan dari luar berupa pakaian, elektronik, otomotif (motor), Gula, garam, minyak dan furnature serta bahan material.
 
Dengan memperhatikan kondisi penghidupan warga dana alam sekitar yang mampu mendukung penghidupan warga Dusun Karangbungur tidak ada yang di bawah garis kemiskinan alias berkecukupan dan terbukti angka harapan hidup relatif di atas rata-rata (> 70 tahun bahkan ada yang mencapai 90 tahun para veteran dan warga manula yang masih hidup) dan dalam kondisi sehat walafiat serta beraktifitas. Dan yang sangat menarik indikasi masyarakat yang suka menanam pohon kayu maka bukit-bukit terlihat hijau bahkan sering ditemukan burung merak (Peafowl), jenis fauna sungai yang dijumpai warga di antaranya udang sungai (sering untuk lauk warga), ikan wader, lele, ikan lika/palika (Bagarius Yarelli), beunteur, paray, jeler, gengehek, dan lain-lain.
 
Hal ini menandakan bahwa Cikandung masih alamiah belum tercemar dan dikuatkan lagi di rawa-rawa masih banyak ditemukan lintah (lintah/Herudo medicinalis, hanya hidup di air yang tidak tercemar kimia), meski warga ‘sieun’ melihanya. Dengan demikian Dusun Karangbungur juga berpotensi menjadi daerah tujuan wisata, yaitu wisata pedesaan, wisata sungai Cikandung, Wisata buru Babi, wisata hutan (fauna burung merak).
 
Ancaman penghidupan yang ditemukan diantaranya hama pertanian yaitu wereng, tikus, lembing batu, ulat potong leher (tungbro). Tahun 2021 sebagian besar petani gagal panen karena serangan tikus kecil. Wilayah dengan topografi tidak lebih dari 200 mdpl, pada musim kemarau kadang mengalami kekeringan, karena irigasi pertanian mengandalkan irigasi alamiah, dan irigasi semi teknis tidak mampu memenuhi ketika musim kemarau. Akses terhadap pupuk oleh petani dirasa masih terkendala karena susah dan mahal (hal ini karena jarak yang jauh untuk mendapatkan pupuk di KUD Hariang sekitar 5 km dengan berkendaraan sendiri atau ojek. Bumdes Karangbungur belum beroperasi dengan baik.
 
Adapun ancaman pencurian pernah terjadi pencurian kerbau, pencurian perkakas traktor, mesin sedot air namun sekarang relative aman. Fenomena sosial dengan merebaknya peminjaman on line (lokal menyebut Bank Emok), hal ini jika tidak tertangani dengan benar akan menjadi hambatan ekonomi serius di pedesaan. Termasuk Bank Keliling yang angsuran pinjaman sudah harus dibayar di awal dari jumlah uang yang dipinjam warga. Khususnya Bank Emok berpotensi meresahkan masyarakat karena sistem perjanjiannya kelompok, salah satu anggota kelompok ada yang nunggak maka yang bertanggungjawab ditagih adalah anggota kelompok yang lain.
 
Hambatan lain yang sangat dirasakan oleh warga yaitu harapan akses prasarana dan sarana transportasi yang masih terbatas. Dengan akses Jembatan Gantung Siliwangi (dibangun oleh TNI Yonif 301/Pks bersama Ormas setempat dan warga, tahun 2021) untuk menyeberang Cikandung (peta BIG menyebut sungai Cijuray) menuju Dusun Ranggasari Kecamatan Surian di baratnya dan , menuju wilayah Indramayu (Pantura yang sangat dinamik aktifitas ekonominya) hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki dan motor melalu jembatan gantung Karangbungur yang dibangun pada tahun 2018 yang lalu. Dan sebelum ada Jembatan gantung sering terjadi masyarakat terhanyut bandang Cikandung.
 
Sementara ratusan hektar sawah tiga kali panen di dataran alluvial Utara Tampomas. Ratusan pengembalaan kerbau terbuka milik warga di hutan sekitarnya. Potensi galian C (sertu/pasir batu) yang melimpah di Cikandung. Masa perjuangan gerilya sebagai jalur long march pasukan Siliwangi. Kabupaten Sumedang memang sedang bergeliat dalam pembangunan, terutama jalur barat – timur sebagai jalur primer jalur jalan pos Deandles yang masih bertahan dan pembangunan Jalan Tol Cileunyi -Sumedang – Dawuan (Cisumdawu) yang menghubungkan Bandung menuju Bandara Kertajati di Majalengka.
 
Harapan masyarakat jalur-jalur pedesaan juga makin diperkuat dengan jalur-jalur penghubung sekunder ke desa- desa dan juga akses listrik relative baik dan internet pedesaan yang masih sangat dibutuhkan. Hal ini sangat terasa oleh siswa-siswa ketika mengandalkan jaringan internet pada masa pandemi Covid dengan belajar sistem daring (dalam Jaringan). Warga dipaksa untuk belajar cepat dalam era new normal tersebut, tidak hanya Guru dan siswa tetapi orang tua wali muridpun sibuk mendampingi anaknya dengan keterbatasan teknologi dan jaringan.
 
Akses ke pasar terdekat yaitu Pasar Hariang pada hari Minggu, Pasar Buahdua hari Sabtu dan pasar Cipadung hari Senin. Penggilingan padi di Dusun Karangbungur hanya satu buah dan selainnya di Pasir Ipis ada tiga buah.

Gerakan UI Mengajar

Mahasiswa UI merasa terpanggil untuk melakukan pengabdian masyarakat melalui program Gerakan Universitas Indonesia Mengajar (GUIM). Gagasan program GUIM di Sumedang ini adalah GUIM 11, yang sempat hampir tidak jadi terlaksana karena kondisi pandemi Covid 19. Meredanya pandemi mahasiswa UI sangat antusias untuk segera melaksanakan kegiatan yang sudah 10 kali pelaksaaan dan berhasil di berbagai pelosok desa di Pulau Jawa maupun Sumatera. Menjadi berbeda pada GUIM 11 ini bersamaan dengan program kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu MBKM (Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka), maka pihak universitas mengambil peran untuk terlibat karena kegiatan mahasiswa di luar kampus dapat dikonversi sebagai operasional pembelajaran (ada perhitungan SKS-nya yang mendapatkan dinilai). Selama satu bulan berkegiatan mahasiswa juga membuat film dokumenter kegiatan dan membuat artikel ilmiah sebagai bentuk output kegiatan perguruan tinggi.
Upacara Bendera di SDN Karangbungur (Gambar kiri) Berangkat ke sekolah bersama melintasi lahan pertanian yang luas (kanan)


Adapun kegiatan GUIM 11 dipilih Kabupaten Sumedang sebagai lokasi target atas dasar MOU Bupati Sumedang dengan Rektor UI pada tahun 2020 untuk kerjasama menjalankan Tri Darma PT di Sumedang. Peserta GUIM 11 sebanyak 59 mahasiswa dari berbagai departemen yang ada di UI, panitia dari pihak badan eksekutif mahasiswa UI (BEM) dan 12 Dosen pendamping yang bergiliran tugas. Pelaksanaan program tersebut selama satu bulan yaitu tanggal 7 Januari hingga 6 Februari di tiga desa terpilih yaitu Karangbungur Kecamatan Buahdua, Desa Cimarga kecamatan Cisetu dan Cibareubeu Kecamatan Jatinunggal.
 
Pengembalaan kerbau di alam milik warga Dusun Karangbungur (Atas) Pan Atot bersama anaknya Pengembala Kerbau memantau kerbau dari kejauhan (Bawah).

 
Bentuk kegiatannya yaitu melakukan pengajaran kepada siswa-siswa sekolah dasar di pedesaan, sharing dengan para guru di sekolah dasar tersebut, bersosialisasi dengan masyarakat desa terutama orang tua murid dan perangkat desa/dusun. Selain itu melakukan kegiatan kreatif ekstrakulikuler untuk siswa, pengadaan perpustakaan sekolah dan menyumbang buku-buku untuk siswa dan guru serta pelatihan guru dengan mendatangkan para professional yang mendukung ajar mengajar di era dijital.
 
Kegiatan tanam padi oleh ibu-ibu di Karangbungur.

 
Bagi mahasiwa pengajar tinggal tersebar di rumah warga yang menampung. Untuk panitia berkumpul di salah satu rumah warga yang dijadikan basecamp koordinasi dan dosen pendamping juga tinggal di salah satu rumah warga. Sebulan pelaksanaan program terutama mahasiswa UI dan dosen pendamping banyak mendapatkan data langsung dari lapangan baik kondisi alam, kondisi sosial dan kondisi pelaksanaan ajar mengajar pada masa new normal. Selain itu mahasiswa mendapatkan pengalaman yang berharga yaitu merasa puas dalam waktu satu bulan melihat langsung siswa didiknya yang awalnya tidak bisa baca tulis menjadi bisa baca tulis, yang awalnya tidak mendapat akses perpustakaan sekolah menjadi gemar membaca dan yang penting siswa didik di sekolah tersebut sangat tinggi motivasi meneruskan pendidikan yang lebih tinggi untuk menjadi orang berhasil.

Dosen pendamping terlibat dalam kegiatan mempersiapkan Rumah Pelangi (Perpustakaan Sekolah) (kiri) Dosen pendamping sharing dan evaluasi kegiatan (kanan).


 
Pengalaman lain bagi mahasiswa yang selama ini tinggal diperkotaan yang serba dapat mengakses berbagai hal, menghadapi kehidupan pedesaaan dan mampu bertahan di luar zona nyaman, melatih pengendalian emosi, memahami karakter orang lain, bertoleransi dalam bersosial dengan anggota kelompok, mampu bekerjasama dengan teman sejawat dan kerjasama dengan guru dan warga dan pengalaman yang sangat berharga yaitu mendapatkan makna susahnya mengajar dan berhasil mengajar. Dan masih banyak lagi yang bisa dituliskan di antaranya: mengatur strategi dalam mengajar, membangun kepercayaan kepada siswa dan dalam hidup tidak cukup hanya pintar/pandai tetapi harus pintar-pintar/cerdik dalam menghadapi permasalahan dan tidak hanya berbekal hard skill saja tetapi soft skill diperlukan untuk keseimbangan dalam bersosialisasi.

Moda motor trail yang sangat berjasa di lanskap pertanian dan perkebunan (kiri atas),  Jembatan Gantung Karangbungur di bangun pemerintah pada tahun anggaran 2018 (kanan), Prasasti Jembatan Gantung Karangbungur (kiri bawah).


Kami TIM GUIM 11 2022, mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada yang terhormat Bapak Bupati Sumedang Bapak Dr H Dony Ahmad Munir, ST, MM, terima kasih kepada Kepala Bappeda Kabupaten Sumedang Ibu Hj Tuti Ruswati, SSos, MSi. Terima kasih kepada Bapak Camat Buahdua Bapak Tono Suhartono, Kepala Desa Karangbungur Bapak Yayat Ridiatna yang sudi menerima dan bekerjasama dengan Program GUIM 11. Dan tidak lupa juga terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak Kuwu Idin Dusun Karangbungur beserta Ibu, terima kasih kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri Karangbungur Bapak Marhan, SPd, SD beserta para Bapak dan Ibu Guru. Terima kasih kepada warga masyarakat Dusun Karangbungur yang sangat baik, semoga kegiatan ini bermanfaat untuk kita semua. (taqyuddin)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.