Tanpa Efek Samping dan Efikasi 91,25 persen, BPOM Percepat Proses EUA Vaksin Sinovac

Penny K Lukito

JAKARTA,JO- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mempercepat proses pemberian Emergency Use Authorization (EUA) atau izin darurat penggunaan vaksin Covid-19, Sinovac. 

Dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (30/12/2020), Kepala BPOM Penny K Lukito menyebut proses percepatan pemberian EUA itu dengan tetap memperhatikan aspek manfaat yang lebih tinggi. 

Vaksin Sinovac saat ini tengah dilakukan uji klinis tiga bulan di Bandung, Jawa Barat. Setelah EUA diberikan, uji klinis tetap dilanjutkan hingga masa enam bulan. 

Menurut Penny, pihaknya sampai saat ini masih menunggu laporan dari Tim Riset Uji Klinis Vaksin Virus Corona dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Laporan tersebut rencananya akan diserahkan ke BPOM pekan pertama Januari 2021.

Laporan tiga bulan ini merupakan hasil penelitian yang berisi data keamanan subjek uji klinis yang diamati setelah dua kali penyuntikan; data imunogenisitas atau kemampuan vaksin membentuk antibodi; dan data efikasi vaksin atau kemampuan vaksin melindungi orang yang terpapar virus menjadi tidak sakit. 

"Dalam waktu yang sama, kami akan share data bersama-sama, dengan hasil uji klinis Turki yang menunjukkan hasil yang baik. Sebagaimana diketahui sudah menunjukkan efikasi 91,25 persen," ujarnya. 

Penny meyakini hasil uji klinis interim Sinovac akan menghasilkan efikasi yang bagus. Sejauh ini, kata Penny, tak ditemukan efek samping serius. "Sampai saat ini data-data menunjukkan hasil yang baik, sehingga ini terus meningkatkan confidence dari kami sebagai evaluator," katanya. 

Sebelumnya, Juru Bicara Vaksinasi dari BPOM Lucia Rizka Andalusia mengatakan untuk pemberian UEA, sesuai kebijakan Badan Kesehatan Dunia (WHO), bahan yang dijadikan perhitungan efikasi adalah hasil uji klinis tahap I dan II, serta hasil uji klinis interim tahap III. (jo4)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.