Tim Pengabdian Masyarakat UI Kaji Aktivitas di Cagar Budaya Selama Pandemi, Begini Hasilnya

Aktivitas masyarakat masih terlihat pada saat PSBB di Taman Istana Kaibon.


JAKARTA, JO-
Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia (UI) melakukan kajian tentang aktivitas masyarakat selama pandemi Covid-19 pada beberapa kawasan cagar budaya di kawasan Kota Banten Lama di Kota Serang, Provinsi Banten. 

Kajian dilakukan dari tanggal 17 sampai 19 September 2020, dipimpin Ketua Tim Pengabdian Masyarakat  Dr Ali Akbar, dan Ketua Tim Lapang Dr Taqyuddin, MHum. 

Secara umum, menurut Taqyuddin, penetapan PSBB di Kota Banten Lama dan penerapan Protokol Kesehatan pada kawasan Cagar Budaya tampak masih perlu mendapatkan perhatian lebih. Beberapa kawasan Cagar Budaya seperti Taman Keraton Kaibon masih menunjukan adanya aktivitas masyarakat, sementara pada Benteng Surosowan, Museum Situs Kepurbaklaan Banten Lama, Benteng Spelwijk, Situs Pecinan Tinggi, tidak menunjukan aktivitas yang signifikan. 




Aktivitas masyarakat di Cagar Budaya Kota Banten Lama.


Sementara di Kota Serang sendiri, tidak terlihat adanya aktivitas pada Museum Kota, karena memang belum sepenuhnya digunkan, dan di Kota Serang terapan PSBB dapat dikatakan cukup longgar sehingga butuh perhatian lebih dari Pemerintah Daerah untuk menerapkan pemakaian masker. 

Yang menjadi perhatian menurut Taqyuddun adalah aktivitas relijius yang berlangsung di Mesjid Banten Lama, nampak terlihat kurang dipatuhinya protokol kesehatan. 

"Masih sangat nampak kerumunan masa, ada yang tidak menggunakan masker, dan situasi ini menjadi lebih mengkhawatirkan pada waktu-waktu sakral tertentu seperti Malam Jumat. Kerumanan masa, baik di kawasan Mesjid dan di luar pada pasar tumpah dan kawasan parkirnya cukup merisaukan," ucap Taqyuddin, Kamis (19/11/2020). 

Situasi kondisi keramaian dan penerapan PSBB di kawasan Mesjid Agung Banten.

Yang nampak menonjol adalah penerapan PSBB dan protokol kesehatan di kawasan Pelabuhan Banten Lama, baik kondisi di malam dan siang hari menunjukan tingkat kedisiplinan yang tinggi dalam melaksanakan protokol kesehatan. Kegiatan terkait para nelayan, pusat pelelangan ikan, dan banya restoran di kawasan pelabuhan menunjukan situasi yang kondusif dalam pelaksanaan protokol kesehatan.

Sementara dari hasil wawancara tim dengan para pelaku usaha, khususnya usaha kuliner dan terkait parawisata yang di kawasan Kota Serang dan Kota Banten Lama, hampir semuanya tetap optimis dalam menghadapi situasi yang sukar ini. 

"Dan tentu saja seluruh komponen masyarakat di Provinsi Banten sangat membutuhkan kebijakan dan upaya dari pemerintah, baik pusat dan daerah provinsi dan kabupaten yang dapat membantu semua orang dalam menyikapi dan menghadapi dampak negative Pandemi Covid 19, terutama dampak perlambatan dalam gerak ekonomi dan dinamika sosial pada masyarakat," sambung Taqyuddin. 

Dikatakan, tim juga melakukan wawancara dengan Ery Hatinilahiri, Kabid Pengembangan Wilayah, dan Erti, staff Perencanaan Bappeda Kota Serang, Provinsi Banten, untuk mencari keterangan lebih jauh tentang rencana pelestarian dan pengembangan kawasan terkait Mesjid AgungBanten dan kawasan sekitarnya, termasuk bangunan-bangunan air TasikArdi, pangindelan Abang, Putih dan Emas. 
 
Aktivitas masyarakat tidak menggunakan masker.

"Mereka menyatakan bahwa kawasan penopang akan diperluas, dan pada waktu yang sama akan dilakukan revitalisasi pada kanal-kanal bersejarah yang melingkupi kawasan bersejarah Banten Girang. Namun kemudian hal ini tentu saja sangat bergantung pada harapan akan meredanya pandemi dan kegiatan pemulihan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya, baik di daerah, pusat, dan global," kata Taqyuddin lagi. 

Secara umum, Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia dapat menyimpulkan bahwa penerapan PSBB dan protokol kesehatan era Pandemi di Kota Seerang berlangsung cukup baik, hanya saja tetap dibutuhkan pengawasan aparat secara lebih intensif dalam upaya penggunaan masker. 

"Perhatian khusus tentu akan sangat berhubungan dengan aktivitas keagamaan yang ada di Kawasan Mesjid Agung Banten dan sekitarnya, dan pengawasan serta penataan yang lebih baik pada ruang publiknya untuk menghindari kerumunan masa selama pandemi, juga dengan aspek ketertiban, keamanan, dan tentu saja estetika ruang publiknya," begitu Taqyuddin. (jo4)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.