MDIS dan Royal Commonwealth Society of Singapore Gelar Fashion Show Avant-Garde

Para desainer dari MDIS yang mengikuti fashion show Avant-Garde.
JAKARTA, JO- Dalam rangka merayakan 70 tahun terbentuknya Commowealth, the Royal Commonwealth Society berkolaborasi dengan mahasiswa MDIS School of Fashion and Design untuk menyebarkan pesan kesinambuangan (sustainability) melalui event Fashion Show Avant-Garde. Fashion show ini menampilkan hasil karya design mahasiwa yang menggunakan bahan plastik daur ulang (recycled plastics) sebagai suatu busana yang fashionable dan layak pakai.

Diselenggarakan pada 11 Maret 2019, event yang dituan rumahi oleh Komisaris Tinggi Inggris untuk Singapura (British High Commisioner to Singapore), Yang Mulia Scott Wightman, bertujuan untuk menghubungkan masyarakat dari berbagai latar belakang untuk memulai suatu gerakan dalam rangka menciptakan kesinambuangan (sustainability).


“Tema kami untuk tahun 2019 ini adalah ‘A Connected Commonwealth’, yang mendorong kolaborasi untuk melindungi lingkungan hidup dan menciptakan kesinambungan. Kerjasama dan kolaborasi antara the Royal Commonwealth Society of Singapore dan MDIS banyak menganangkat aspek yang menjadi fokus bersama dari negara-negara persemakmuran (commonwealth). Kerjasama ini menunjukkan bagaimana masing-masing dari kami bisa mengambil bagian untuk menciptakan kesinambungan dan mendorong generasi muda untuk berpikir kreatif mengenai isu ini,” kata Mr Scott.

Para mahasiswa yang berpartisipasi dalam event fashion show ini juga diminta untuk memperhatikan nuansa kebudayaan dari design yang hendak dibuat. Mereka diminta untuk mendesign fashion yang santun dan relevan dengan perkembangan zaman saat ini, dan juga memikirkan aspek kalayakan pakai serta kesinambungan dari hasil design tersebut.

Rancsngan mahasiswa MDIS School of Fashion and Design asal Indonesia Agata Maureen.

Sebanyak 12 mahasiswa merespon tantangan ini, dimana banyak karya mereka yang dihasilkan berdasarkan inspirasi dari nuansa kebudayaan dan lingkungan hidup. Charis Tan, 24, mahasiswa asal Singapura misalnya terinspirasi oleh Arabesque (seni ornamen Islami) dan arsitektur masjid. “Pola geometrikal yang rumit dan detail memiliki makna yang mendalam dan inilah yang menarik minat saya,” ungkap Tan.

Mahasiswa asal Indonesia, Agata Maureen, 21, mendapat inspirasi design-nya dari wayang kulit dan Antelope Canyon (Tebing Kijang). "Untuk menonjolkan nuansa silhouette wayang kulit pada design saya, saya menggunakan teknik lipat (pleating technique) untuk detailnya agar dapat menciptakan garis curcy Antelope Canyon. Silhouette dan details ini adalah untuk memberikan kesan feminim pada design saya," ungkapnya.

Tampil juga Khvan Mariya. 21, mahasiswa asal campuran Kazakhstan dan Korea Selatan, mengaku terinspirasi oleh seni arsitek, namun dari kebudayaan lain, yaitu Changdeokgung yang merupakan salah satu situs warisan UNESCO Korea. Mahasiswi asal Myanmar, Nan Lao Tip Oo yang sangat tertarik dengan artis pioner Singapura, yaitu Chen Wen Hsi. Sementara mahasiswa asal Tiongkok, Charles Lyu, 27, mendapat inspirasinya dari tempat yang tidak terduga, yaitu museum mobil di Jepang.

Rancangan mahaisswa MDIS School of Fashion and Design asal Singapura Charis Tan.

Karya-karya design yang yang dihasilkan oleh mahasiwa ini sangat memukau para juri yang terdiri perwakilan negara-negara persemakmuran yang berbeda. Ms Anne Wightman, istri dari Komisaris Tinggi Inggris untuk Singapura (British High Commisioner to Singapore), mengatakan bahwa “para mahasiswa ini sangat menunjukkan kretivitas dan orisinalitas karya mereka berdasarkan tema yang telah ditentukan. Kami bahkan bisa membayangkan memakai busana-busana yang mereka design”.

Ms Alda Ntezilizaza, istri dari Komisaris Tinggi Republik Rwanda Untuk Singapura (High Commissioner of the Republic of Rwanda to Singapore), mengelaborasi komentar dari juri lainnya,”Para mahasiswa membuktikan bahwa fashion yang sederhana dapat terlihat sangat stylish. Kami menyukai kombinasi design mereka, mulai dari yang paling mencolok hingga yang lebih lembut dan klasik”, ujarnya.

Terlepas dari design-design yang menarik dan sedang trending saat ini, para juri juga sangat terkesan pada bagaimana setiap design yang dihasilkan dapat memberikan statement kuat terhadap fashion yang berkesinambungan dengan memanfaatkan bahan daur ulang (recycled materials). (jo2)


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.