Setiap Hari 40 Ton Sampah "Kiriman" Dikumpulkan dari Pantai Kepulauan Seribu

Sampah yang dikumpulkan dari pantai di Kepulauan Seribu.
JAKARTA,JO- Suku Dinas (Sudis) Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu mengatakan, setiap hari pihaknya terus berusaha menggempur sampah yang berada di wilayah Kepulauan Seribu, hasilnya petugas mengumpulkan sampah rata-rata seberat 40 ton per hari.

Kasudis Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu Yusen Hardiman mengatakan, selama tiga hari terakhir (27-29/11/2018) petugas mengumpulkan 49 meter kubik sampah di Pulau Pari, salah satu pulau di Kabupaten Kepulauan Seribu.

Dikatakannya,sampah paling banyak tercatat hari ini mencapai 30 meter kubik. Dalam pembersihan ini, petugas mengerahkan 30 personil petugas kebersihan di lokasi.

"Bupati Kepulauan Seribu Husein Murad, Wakil Bupati Kepulauan Seribu Junaedi turut ke lapangan untuk membersihkan sampah," kata Yusen Hardiman kepada wartawan, Kamis (29/11/2018).

Dikatakannya,untuk membawa sampah itu kembali ke darat, terdapat dua kapal sampah yang disiagakan di lokasi. Petugas bekerja dari pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB.

Terkait personil, pihaknya memiliki 264 petugas kebersihan yang selalu bersiaga dan disebar ke titik-titik rawan penumpukan sampah seperti di pulau wisata dan pulau penduduk.

"Petugas kami juga melakukan patroli rutin untuk mengambil sampah yang terletak jauh dari titik rawan itu," kata Yusen.

Meski terus berpatroli, pihaknya kerap menemui hambatan seperti cuaca buruk, dan kondisi gelombang yang tinggi. Menurutnya, menanggulangi sampah di laut berbeda dengan mengambil sampah di darat.

Terlebih lagi, mayoritas sampah yang terdapat di wilayah Kepulauan Seribu merupakan sampah kiriman dari wilayah lain, mengingat wilayah laut yang terbuka dan tidak berbatas. Musim hujan pun menyebabkan ombak tinggi dan angin kencang sehingga sampah lebih cepat sampai ke wilayah Kepulauan Seribu.

Untuk membawa sampah tersebut, petugas perlu menggunakan kapal yang belum tentu dapat bersandar di pulau tertentu. Jika tidak bisa bersandar, petugas akhirnya menggunakan perahu yang lebih kecil agar kapal tidak merusak terumbu karang yang berada di sekitar pulau.

Namun, perahu kecil itu tentu tidak dapat menampung volume sampah yang begitu banyak. Ukuran tiap perahu kecil hanya dapat menampung satu meter kubik sampah.

Hingga saat ini, Sudis LH Kepulauan Seribu memiliki 13 kapal dari berbagai ukuran yang sedang beroperasi. "Tahun 2019 kami berencana menambah 10 kapal kecil dan satu kapal patroli," ujarnya.

Menanggapi temuan warga tentang penyu yang mati di perairan pulau Pari, Yusen menyatakan sudah berkoordinasi dengan Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta.




Saat ini, pihak BKSDA DKI Jakarta sedang mencari bangkai penyu yang diperkirakan masih mengambang di laut.

"Laporan warga yang menemukan penyu mati itu berada di dekat pulau Pari. Meski begitu, kami belum dapat memastikan penyebab kematian penyu sebelum dilakukan penelitian," ujar dia.

Yusen menyatakan, pihak Sudin LH Kepulauan Seribu juga sudah turun ke lapangan guna mengambil sampel air yang diduga mengandung limbah minyak.

"Sampel air sudah dibawa ke Kementerian (Kehutanan dan Lingkungan Hidup) agar diteliti oleh pihak yang berwenang," tegasnya.

Selama ini, lanjut Yusen, banyak kapal yang disinyalir mencuci kapal pada malam hari sehingga tidak terjangkau petugas karena laut yang begitu luas dan kondisi alam yang berat. Kotoran kapal hasil mencuci itu, berupa minyak yang dapat mencemari lingkungan.

Sebelumnya diberitakan, sejumlah penyu mati di Pulau Pari akibat tercemarnya air ditambah banyaknya sampah mengambang di perairan.

Parahnya lagi, tumpukan sampah menggunung dan bertebaran dibibir pantai di area dermaga pelabuhan Sudis LH di Pulau Tidung Kepulauan Seribu hingga mengeluarkan bau tak sedap.

"Sudah beberapa hari ini sampah menumpuk di area pelabuhan ini,lihat pak sampai diatas dermaga juga penuh sampahnya.Belum lagi yang terbawa angin jadi sampahnya pun pada jatuh ke laut," Ungkap seorang warga Pulau Tidung. (jo-6)


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.