Air, pangan dan energi sangat dibutuhkan
bagi kelangsungan hidup 
manusia, dan
akan berdampak akibat perubahan iklim.
JAKARTA, JO- Climate and Development Knowledge Netrwork (CDKN) melalui melalui Indonesia Climate Change Education Forum & Expo 2016 (ICCEFE) menggelar kegiatan Dialog Antar-Generasi: Tantangan dan Peluang bagi Generasi Muda di panggung Lobby Assembly Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu (16/4) pukul 13.00-15.00 WIB.

Kegiatan ini diadakan, menurut Mochamad Indrawan, perwakilan CDKN, di Jakarta, Jumat (15/4), karena kaum muda memiliki peran besar untuk menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang yang dibawa oleh perubahan iklim, khususnya setelah kesepakatan perubahan iklim sedunia (CoP-21 UNFCCC) di Paris 2015 lalu.

“Kita ingin mendukung advokasi pembangunan selaras perubahan iklim untuk melakukan gerakan secara sinergis bagi mitigasi dan adaptasi perubahan, dengan menggunakan basis pengalaman dan pengetahuan mutakhir,” kata Mochamad Indrawan.

Dikatakan, pemberdayaan kaum muda ini perlu dilakukan dua arah, yakni lintas-generasi, terutama untuk mewujudkan sikap dan perilaku tanggap iklim dengan pendekatan baru yang sesuai dengan alam Indonesia, kearifan lokal dan pengetahuan tradisional.

“Bagaimanapun kaum muda perlu kritis terhadap kebijakan pembangunan sehingga dapat menumbuhkan inovasi dan konteks yang khas bagi masing masing daerah di Indonesia,” sambungnya.

Dialog akan menghadirkan Sarwono Kusumaatmadja (Menteri Lingkungan Hidup periode 1993-1998 yang juga Ketua Dewan Pengarah Perubahan Iklim di KementerianLingkungan Hidup dan Kehutanan), Fabby Tumiwa (Direktur Institute for Essential Services Reform (IESR) yang juga anggota Majelis Wali Amanat Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), Mirantha Kristanty (aktivis youth forum and Climate Reality Project), dan Gracia Paramitha (pengajar di London School of Public Relations yang juga UNEP TUNZA Global Youth Advisor on Asia Pacific).

Dikatakan, dialog secara khusus akan membahas UNFCCC CoP-21, dan bagaimana peran Indonesia, serta bagaimana kaum muda dapat menjalankan perannya. Selain itu bagaimana tantangan dan peluang bagi pembuatan kebijakan ke depan agar memberi gambaran bagaimana membangun energi tepat guna dan yang menjangkau daerah terpencil.

Diharapkan dialog akan lebih mendorong pemahaman apa yang dapat dan perlu ditindak lanjuti dari pertemuan perubahan iklim dunia (CoP-21) di Paris, pemahaman yang lebih baik terkait pembangunan selaras perubahan iklim, pemahaman mengenai peran kamu muda, dan bagaimana memfasilitasi tantangan dan, mengetahui peluang terkait khususnya dalam menumbuhkan invoasi dan keberagaman.

“Kita juga ingin mengetahui apa harapan dari kaum muda termasuk apa yang perlu difasilitasi dalam memainkan perannya dalam isu perubahan iklim ini,” katanya.

Masih menurut Mochamad Indrawan, perubahan iklim bukanlah masalah lingkungan semata. Perubahan iklim adalah masalah ekonomi, bahkan persoalan pembangunan dan penanggulangan kebencanaan.

Sebagai contoh, studi oleh Global Canopy Programme dan Wildlife Conservation Society - Indonesia Program yang di dukung oleh CDKN di tahun 2015-2016 menunjukkan bahwa di Aceh ekosistem hutan tropika humida telah memberi perlindungan terhadap tanaman pangan. Tanpa jasa lingkungan itu maka padi sawah saat terjadi banjir dan kekeringan akibat perubahan iklim, akan terjadi kerugian pangan tidak kurang dari 200 juta dolar AS atau Rp2,6 trilliun per tahun.

Selama ini pendekatan kebijakan pembangunan seakan tak beranjak (Business as usual-BAU). Secara global cara membangun yang dilakukan selama ini diakui telah menyebabkan terjadinya pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim.

Climate and Development Knowledge Network atau CDKN merupakan program pengetahuan dan pembangunan yang dimulai tahun 2010, dengan tujuan untuk membantu para pengambil keputusan di negara-negara berkembang dalam merancang dan melaksanakan pembangunan selaras iklim (Climate Compatible Development atau CCD). Dengan markas besar di kota London, CDKN bekerja di 13 negara yaitu: Karibia, El Salvador, Colombia, Peru, Ethiopia, Rwanda, Kenya, Uganda, India, Pakistan, Nepal, Bangladesh, dan Indonesia.

Di Indonesia, CDKN bekerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah dan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan lingkungan hidup, energy, air, dan pangan. (jo-2)

Sebelum ke Yogyakarta, Cek Dulu Tarif Hotel dan Ulasannya Ke Bandung? Cek Dulu Hotel, Tarif dan Ulasannya Disini Cek hotel di Lombok, bandingkan harga dan baca ulasannya Liburan ke Surabaya? Cari hotel, bandingkan tarif dan baca ulasannya Cek hotel di Parapat, Danau Toba, bandingkan harga dan baca ulasannya

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.