Diskusi #BeraniBerubah di Balai Kota, Jakarta.
JAKARTA, JO- Setahun sudah usia aplikasi Qlue – Smartcity. Diluncurkan pertama kali pada 15 Desember 2014, aplikasi ini telah membatu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam memantau kinerja para lurah, camat, bahkan sampai dinas dalam merespon permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Sebuah diskusi pun digelar di Balai Kota DKI Jakarta, pada Sabtu (19/12) lalu. Bertajuk “Inisiatif #BeraniBerubah untuk Ibu Kota yang Lebih Baik”, menghadirkan sejumlah pejabat maupun para komunitas yang tidak lain merupakan para pengguna Qlue. Maklum, semangat perubahan memang sedang “hangat-hangatnya” di DKI Jakarta.

Setidaknya ada tiga perubahan yang ingin disasar: perubahan perilaku para pejabat, perubahan perilaku warga, dan perubahan dalam penggunaan teknologi yang bisa mendorong perubahan itu menjadi nyata. Dan rupanya, disinilah peran penting aplikasi Qlue yang menjadi motor penggeraknya ditambah dengan user Qlue yang adalah anak-anak muda Jakarta yang terus menggagas perubahan Jakarta yang lebih baik.

Contohnya yang dimulai malasah-masalah di lingkungan mereka, seperti seperti Daniel Giovanni dari Socmed Enthusiast yang peduli terhadap lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Daniel merupakan contoh user Qlue yang selalu aktif melaporkan kejadian-kejadian di sekitar tempat tinggalnya, seperti bajaj yang parkir sembarangan dia foto, langsung saat itu juga Dinas Perhubungan (Dishub) menindaklanjutinya.

Daniel juga menceritakan manfaat aplikasi Qlue terutama masalah sampah ditempat tinggalnya kini sampah-sampah yang diambilnya tidak jelas waktunya, sekarang hampir setiap hari sampah-sampah itu diambil, ini juga atas foto yang dia kirimkan lewat Qlue.

“Ini kami lakukan karena kami ingin #BeraniBerubah,” katanya.

Ada juga komunitas seperti Gerak Cepat yang merupakan lembaga yang dibuat anak-anak muda ini membuat sebuah learning space dan social movement incubator untuk anak muda yang peduli dengan isu-isu sosial di Indonesia. Juga Santi dari Diet Kantong Plastik, yang senantiasa sosialisasi dan lewat media sosial mengajak masyarakat dengan selalu menggemakan ‘Yuk, mulai kurangi bawa belanjaan dengan kantong plastik plastic. Mulai sekarang kurangi sampah plastik, mari kita gunakan barang yg bisa dipakai berulang kali’.

Juga ada Pokja AMPL Nasional yang juga tidak mau diam selalu memberikan edukasi lewat moto-moto sederhana seperti “Hemat air itu simpel, tutup keran pas ga lagi dipake!”, “Setetes air berarti di masa depan, jadi ayo hemat air!”, “Taukah kamu? Sampah pelastik membutuhkan waktu 10-20 tahun untuk dapat terurai sempurna, jadi ayo buang sampah pada tempatnya.”, “Kapan sih terakhir septik tank mu disedot? Pernah kepo mobil tinja buang sedotannya kemana?” dan banyak lagi pesan-pesan yang mereka sampaikan lewat media sosial.

Lalu ada Arlin dari Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) yang menceritakan yang mereka lakukan selama ini terutama sesuai visi dan misi mereka merupakan organisasi masyarakat sipil dengan tujuan utama mewujudkan masyarakat Indonesia yang setara, berdaya, dan sejahtera dengan paradigma sehat, dimana mereka fokus pada penguatan implementasi kebijakan kesehatan di Indonesia dan pemberdayaan pemuda, yang selalu memberikan edukasi bagi para remaja dengan memberikan edukasi mengenai bahaya merokok.

Ada juga Indo Relawan merupakan organisasi yang tujuannya membuat kolaborasi antara relawan dan komunitas dengan misi sosial menjadi lebih mudah.

Sejumlah Kendala

Tapi, sejumlah tantangan dan kendala pun menghadang. Sebut saja apa yang disampaikan Lurah Semper Barat M Iqbal yang juga menjadi salah satu pembicara dalam diskusi ini. Lurah terbaik di DKI Jakarta ini menyebut faktor sosialisasi dan penggunaan handphone “jadul” menjadi kendala bagi para ketua RT, dan RW.

“Di daerah saya di Semper Barat itu RT/RW masih banyak yang menggunakan handphone model lama yang tidak mempunyai fasilitas Qlue. Kalau dipaksakan membeli HP yang android duitnya dari siapa?” tanya M Iqbal.

Halangan lain, kata M Iqbal, mungkin karena RT/RW mempunyai pekerjaan lain selain jadi RT/RW, dan mungkin juga karena faktor usia. “Namun apapun alasannya pihak kelurahan harus lebih giat lagi untuk mensosialisasikan dengan warga,” kata dia.

Meski begitu, dia meminta kendala-kendala itu tidak harus menjadi penghalang untuk tidak mendukung perubahan. Dia bahkan menegaskan, semua orang di DKI Jakarta harus berani melakukan perubahan.

“Kita harus keluar dari zona nyaman kita sendiri,dan giat-giat dan mencari metode-metode baru,” kata M Iqbal lagi menjawab pertanyaan moderator apa arti berani berubah bagi dirinya.

Para peserta diskusi #BeraniBerubah.

Selain M Iqbal, tampak hadir dalam diskusi ini perwakilan dari UPT Jakarta Smart City, Kadishub DKI Andri Yansyah, dan Kadis Kebersihan Drs Isnawa Adji, MAP. Selain dari sisi pemerintahan pada Inisiatif ini diisi oleh user Qlue yang juga pemerhati Ibu Kota Jakarta, seperti Daniel Giovanni “Qronoz”, komunitas seperti Gerak Cepat, Indo Relawan, Greeneration Indonesia, Diet Kantong Plastik, CISDI dan Operasi Semut.

Selain diskusi, di halaman Balai Kota terlihat ramai dengan kehadiran beberapa Food Truck yaitu seperti Tabanco Coffee, Telaptelep, Rempahloka, dan Chicken Sheriff, perpustakaan keliling,hingga live music di depan gedung.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Isnawa Adji berhubungan membahas persoalan sampah yang beberapa bulan terakhir ini menjadi paling banyak disorot di Jakarta maupun dalam aplikasi Qlue. Isnawa Adji mengatakan, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Kebersihan DKI Jakarta merupakan instansi paling tinggi merespons aplikasi Qlue.

Isnawa Adji menerangkan dengan aplikasi Qlue, para aparatnya bisa melihat penanganan sungai, kali waduk dan danau di DKI Jakarta. Masyarakat juga bisa memonitor Dinas Kebersihan apakah dinas ini bekerja atau tidak.

Isnawa Adji juga menjelaskan kondisi persoalan sampah saat ini, bahwa sampah DKI Jakarta ada 7.000 ton per harinya dan setiap hari ada 1.000 truk yang mengangkut sampah ke Bantar Gebang dan kata Isnawa Adji satu hari saja harus membayar tonase sampah sebesar Rp. 900 juta.

DKI Jakarta mempunyai banyak petugas kebersihan di lapangan saja ada 15.000 petugas, dan petugas kebersihan tersebut dia monitor dengan WhatsApp, Blackberry, dan sosial media lainnya.

Sosial media itu sangat bagus untuk merespons pengaduan masyarakat dan mengukur kinerja dilingkungan Dinas Kebersihan, dan dalam pertemuan itu juga, Isnawa Adji menjelaskan bagaimana ketegasannya saat melihat anak buahnya tidak bisa bekerja atau lalai sudah banyak yang dipecat.

“Daripada saya kena lebih baik mereka yang keluar dulu,” sahut Isnawa Adji tegas.

Dengan Qlue selain bisa memonitor kinerja anak buahnya, juga bisa lebih mengenal wilayah lebih detail. “Terlihat jelas foto-foto yang ditampilkan, serta pengaduannya. Jadi Jakarta harus berubah,” kata Isnawa Adji.

Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta Andri Yansyah juga menjelaskan tentang persoalan transportasi di DKI Jakarta yang juga menjadi trending topic di Qlue setelah masalah sampah.

Dia juga menyinggung persoalan diantara manajemen Metromini yang tidak sejalan, sehingga menimbulkan masalah-masalah lain seperti banyaknya armada yang usang, penggunaan sopir tembak yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).

“Unit-unit Metromini yang usang ini harus segera diganti dengan unit yang baru ini untuk menjamin keamanan dan kenyamanan masyarakat. Apalagi hal itu adalah janji pengelola dan pemilik angkutan umum Metromini. Daripada berantam, mendingan benarin Metromini,” kata dia.

Permasalahan lain lagi diungkapkan Hery Lubis, seorang warga Cengkareng, Jakarta Barat. Menurutnya, sosialisasi penggunaan Qlue memang masih sangat terbatas, dan bagaimana mengubah perilaku masyarakat untuk akrab dengan aplikasi ini masih menjadi persoalan besar.

“Masalahnya adalah masyarakat kita tidak atau belum tahu Qlue. Kedua, mereka tidak mau repot-repot, dengan pemikiran bahwa yang terkait layanan masyarakat itu adalah urusan pemerintah,” kata dia.

Hery sendiri mengaku sudah menggunakan aplikasi Qlue sejak setengah tahun lalu, dan beberapa kali memanfaatkan aplikasi ini untuk melaporkan permasalahan sampah di lingkungannya. “Terus terang, Qlue ini sangat bermanfaat, dan petugas kebersihan menjadi cepat bertindak. Namun ke depan memang dibutuhkan petugas di semua lini itu mau bergerak meski ada atau tidak laporan di Qlue. Itu harus menjadi sasaran kita,” kata Hery.

Dia sangat mendukung upaya #BeraniBerubah yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta dan disokong oleh Qlue. Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) sudah dengan keras memulainya dan memang tidak bisa seperti membalikkan telapak tangan.

“Gerakan ini harus dilakukan dengan sabar tapi berkelanjutan. Bahwa kita sudah memulai itu harus disokong. Pejabat pemerintah harus menampilkan perilaku yang berubah dalam arti berintegritas, tidak korupsi dan pro-rakyat. Ketika itu terjadi, warga akan ikut berubah. Kita memang membutuhkan pemimpin yang bisa ditiru, yang konsisten sebagai role model,” sambungnya.

#BeraniBerubah? There is nothing permanent except change, kata Heraclitus. Berubah atau mati. (riduan sirait)

Sebelum ke Yogyakarta, Cek Dulu Tarif Hotel dan Ulasannya Ke Bandung? Cek Dulu Hotel, Tarif dan Ulasannya Disini Cek hotel di Lombok, bandingkan harga dan baca ulasannya Liburan ke Surabaya? Cari hotel, bandingkan tarif dan baca ulasannya Cek hotel di Parapat, Danau Toba, bandingkan harga dan baca ulasannya

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.