Ekonomi 2016: Menata Jalan, Menciptakan Peluang Lebih Besar

Hendri Saparini
JAKARTA, JO- CORE Indonesia (Center of Reform on Economics) mengharapkan pemerintah tahun 2016 dapat menyusun langkah strategi secara komprehensif dan terintegrasi, sehingga langkah-langkah yang dilakukan tertata dan akan berujung pada tujuan penciptaan peluang yang lebih besar.

Selain itu, pemerintah juga harus fokus, konsisten dan dinamis, sehingga bila satu kebijakan belum bisa berjalan harus segera diikuti dengan kebijakan yang lain secara terus menerus hingga jalan yang harus ditempuh lebih terbuka.

Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif CORE Indonesia Dr Hendri Saparini dalam CORE Economic Outlook 2016:“Paving The Ways For Greater Opportunities” (Menata Jalan, Menciptakan Peluang Lebih Besar) yang digelar CORE Indonesia di Jakarta, Rabu (18/11).

Selain Hendri tampil juga Direktur Riset CORE Indonesia Dr Mohammad Faisal, dan Head of Research Malaysia Macquarie Group PK Basu.

Menurut kajian CORE, perekonomian Indonesia pada tahun ini hanya akan tumbuh 4,7 persen (yoy). Namun demikian, diperkirakan ekonomi Indonesia dapat tumbuh 5,2 - 5,4 persen (yoy) pada tahun
2016.

Hendri Saparini mengatakan, konsumsi swasta akan kembali menjadi sumber utama pendorong ekonomi Indonesia, dimana konsumsi swasta diperkirakan akan tumbuh 5,3 persen (yoy) di tahun 2016, lebih tinggi dibanding tahun ini yang diperkirakan mencapai 5 persen (yoy).

Disisi lain, konsumsi pemerintah juga berpotensi menjadi salah satu pendorong penting pertumbuhan ekonomi tahun 2016 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6-7 persen.

Dalam kajian CORE Indonesia, investasi tetap bruto tahun 2016 diperkirakan dapat tumbuh hingga 6 persen. Tumbuhnya pembangunan infrastruktur oleh pemerintah dan BUMN serta meningkatnya realisasi investasi langsung akan menjadi pendorong utama pertumbuhan investasi tetap.

Pertumbuhan ekonomi global tahun 2016 akan ditentukan tiga faktor utama yaitu: tingkat perlambatan ekonomi yang dihadapi oleh ekonomi Cina, tekanan di pasar keuangan akibat kebijakan the Fed dan penurunan harga komoditas global. Dari ketiga aspek tersebut, diperkirakan pertumbuhan ekspor Indonesia tahun 2016 masih akan tertekan dengan pertumbuhan 2-3 persen.

Sebelum ke Yogyakarta, Cek Dulu Tarif Hotel dan Ulasannya Ke Bandung? Cek Dulu Hotel, Tarif dan Ulasannya Disini Cek hotel di Lombok, bandingkan harga dan baca ulasannya Liburan ke Surabaya? Cari hotel, bandingkan tarif dan baca ulasannya Cek hotel di Parapat, Danau Toba, bandingkan harga dan baca ulasannya

Sementara Dr Mohammad Faisal mengatakan bahwa inflasi tahun 2015 diperkirakan hanya berada pada kirasan 2,5-3 persen atau di bawah target BI 3-5 persen. Sementara itu, tahun 2016 diperkirakan inflasi cukup terjaga pada level 4-5 persen.

Hal itu karena didukung beberapa faktor antara lain: harga pangan diperkirakan akan tetap stabil sejalan dengan masih rendahnya harga pangan global, kapasitas produksi terpasang masih mampu memenuhi permintaan konsumsi tahun depan yang diperkirakan hanya tumbuh marginal, dan ekspektasi inflasi masyarakat juga diperkirakan akan menurun sejalan dengan kondisi perekonomian yang diperkirakan tumbuh marginal.

Namun demikian, Direktur Riset CORE Indonesia ini juga mengatakan terdapat beberapa faktor yang berpotensi mendorong inflasi, seperti inflasi barang-barang yang dikendalikan pemerintah (administered price) yang diprediksi akan mengalami peningkatan (seperti kenaikan harga elpiji tabung, pencabutan subsidi listrik, dan kenaikan cukai rokok) dan potensi pelemahan kurs rupiah (exchange rate pass trough) tahun depan masih akan memberikan kontribusi pada inflasi domestik.

Dikatakan, menguatnya sentimen negatif terhadap perekonomian Cina dan adanya potensi Fed untuk menaikkan Federal Fund Rate juga akan menyebabkan nilai tukar rupiah berpotensi melemah di atas Rp14,000 di tahun 2016. (jo-2)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.