Banjir Membuat Warga Jakarta Stres

Warga Kelurahan Kedaung Kali Angke terpaksa mendirikan tenda
darurat di taman jalur Jalan Daan Mogot, Jakbar.  (foto:jo-6)
JAKARTA,JO -Banjir yang melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya membuat warga stres. Semua aktivitas menjadi terhalang, mulai dari urusan pakaian yang tidak kering-kering, serangan penyakit, macet yang menjadi-jadi, stok makanan dan minuman yang menipis, berhentinya aktivitas perdagangan yang menjadi tumpuan penopang ekonomi sebagian warga, hingga sulitnya angkutan menuju ke kantor.

Hal ini diakui sejumlah warga kepada JakartaObserver.com, Rabu (22/1) pagi. "Saya stres menunggu air surut, semua pekerjaan hanya tertuju pada banjir dan terbengkalai semua urusan," kata Awang, 46, warga Kalideres.

Pria beranak dua ini pun mengisahkan perjalanannya yang serba sulit sejak berangkat dari rumah yang masih terendam. Sudah stres dan mengungsi di perjalanan pun dia harus menghadapi kemacetan parah akibat menumpuknya kendaraan di persimpangan arah ke Bayur, tepatnya di dekat Pintu Air 10, Tangerang.

"Ada dua petugas polantas pun tidak mampu mengatasi kemacetan. Petugas itu akhirnya cuma bisa menjadi penonton sambil mengoceh tidak jelas lewat pengeras suara dari dalam mobil patrolinya," kata Awang.

Selain Awang, kekesalan itu juga dirasakan oleh warga dari Kampung Pulo Indah Cengkareng Barat, Jakarta Barat. Banjir yang masih tinggi memaksanya untuk mengungsi bersama seluruh keluarganya.

"Ya streslah mas,kita tidak bisa ngapa ngapain selain harus menunggu air surut di tempat pengungsian,"kata Siti, salah seorang warga yang sudah satu minggu bertahan dipengungsian dekat Sekolah 249, Jalan Plamboyan, Menceng, Cengkareng Barat.

Siti berharap,banjir yang merendam rumahnya setinggi 1,5 meter itu,lekas surut, mengingat kondisi ekonominya yang sudah menipis. "Gara-gara banjir saya jadi tidak berdagang.Saya berharap bencana banjir di permukiman wilayah ini cepat," harap Siti. (leman)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.