Mengingat Kembali Tragedi Bintaro 1987, Lokasi yang Sama Tabrakan KRL-Tangki BBM
![]() |
Tragedi Bintaro 1987 juga di Pondok Betung, lokasi kejadi tabrakan hari ini. |
Meski kali ini "lawan" yang saling beradu bukan sesama kereta api, dan jumlah korban tewas tidak semasif kejadian tahun 1987 itu (data korban kali ini masih belum diketahui pasti), namun persoalan manajemen perlintasan dan keselamatan penumpang tetap saja menjadi persoalan krusial dalam manajemen perkeretaapian di Indonesia, khususnya Jabodetabek.
Pada peristiwa 19 Oktober 1987 yang dikenal sebagai Tragedi Bintaro, kejadian berlangsung sekitar pukul 06.45 WIB, ketika KA bernomor 220 Patas Merak bertabrakan dengan KA 225 yang sedang melaju di rel yang sama namun dari arah berlawanan, sehingga terjadi "adu kambing" atau kepala menghantam kepala.
KA 225 yang direncanakan bersilang dengan KA 220 di Stasiun Kebayoran diganti di Stasiun Sudimara. Masinis KA 225 salah mendengar semboyan sehingga KA225 berangkat tanpa sepengetahuan PPKA Stasiun Sudimara. Maka terjadilah tabrakan itu, yang mengakibatkan 156 orang tewas dan lebih dari 300 orang terluka.
Dalam peristiwa yang terjadi 26 tahun kemudian, hari ini sekitar pukul 11.20 WIB, KRL 1131 melaju dari arah Serpong menuju Tanah Abang, dengan penumpang penuh. Saat ini gerbong KRL sudah baru, dan semua dilengkapi AC. Penumpang pun diberi keistimewaan untuk kaum wanita yang diberi gerbong khusus di gerbong paling depan dan paling belakang setiap KRL.
Tapi soal kecelakaan tentu tidak bisa ditutup. Ketika di perlintasan Pondok Betung, sebuah tangki minyak berisi 24 kiloliter premium melintas, tidak ada sinyal apapun yang bisa menghentikan kemalangan. Terjadilah tabrakan. Api dan asap membubung ke langit. Gerbong pertama terguling, dan semua panik.
Apesnya, saat dibutuhkan penanganan cepat untuk mengeluarkan penumpang, tidak ada pintu darurat yang bisa digunakan, kecuali membongkar jendela dengan paksa, dan hanya satu-dua penumpang yang bisa lolos dari gerbong yang berjejal manusia.
Repotnya, kaum wanita yang coba untuk dihargai dengan memisahkan gerbong justru menjadi korban terbanyak kali ini. (jo-5/jo-2)
Tidak ada komentar: