Mirisnya Hati Melihat Kondisi Dua Taman di Jakarta Barat Ini

Taman dipenuhi bangunan liar. (jo-6)
JAKARTA, JO- Sungguh miris melihat kondisi Taman Kali Jodoh yang terletak di Jalan Tubagus Angke, Kelurahan Angke Tambora, Jakarta Barat (Jakbar) ini. Lokasi yang harusnya membuat teduh dan nyaman, telah berubah menjadi kumuh.

Dari pantauan Jakarta Observer di lokasi taman ini, Kamis (3/10), sebanyak 20 unit bangunan liar ukuran 4 x 3 meter persegi yang terbuat dari papan tripleks berdiri di dalam area taman. Bangunan liar di dalamnya dibuat menjadi rumah tinggal, usaha klontong, warung kopi, biliard, lapangan bola voli. Selain itu juga terlihat beberapa kandang ternak seperti ayam, burung dan lainnya.

Aset taman berupa perosotan dan ayunan masih tersisa di dalam taman, namun kondisinya pun tak lagi menarik. Sedangkan pagar taman di lokasi itu sudah tidak ada lagi pada posisinya.

( Cek hotel di Nusa Dua, Bali, bandingkan tarif dan baca ulasannya | Cek hotel di Seminyak, Bali, bandingkan tarif dan baca ulasannya | Cek hotel di Kuta, Bali, bandingkan tarif, dan baca ulasannya )

Di lokasi taman lainnya, yakni taman di Jalan H Biin Dalam, RT 007/05, Kelurahan Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Observer melihat kondisi yang tidak berbeda dari Taman Kali Jodoh. Di sini ditemui sebanyak lima rumah gubuk liar terbuat dari bahan kayu yang luas gubuknya rata-rata berukuran 8x10 meter persegi.

Menurut warga setempat yang tidak mau namanya disebut, mereka tinggal di dalam taman ini sudah berlangsung selama puluhan tahun, dan tidak pernah ada larangan dari pihak pertamanan. "Bahkan kami membayar uang sewa lahan kepada oknum pejabat," katanya.

Namun saat ditanya siapa oknum pejabat yang dia maksud, dirinya enggan menyebut.

Sementara itu, salah satu pemborong hendak mengerjakan perbaikan pembangunan taman di Jalan H Biin Dalam Tegal Alur, pekerjaan 2013 ini, Hotlan Panjaitan mengeluh akibat keberadaan gubuk liar di dalam taman tersebut. Dirinya justru mendapat protes dari warga sehingga pembangunan tidak bisa mulai dikerjakan.

"Kami mulai mengerjakan pembangunan taman tersebut tapi mendapat larangan dari warga yang bermukim di dalam taman.Mereka mau bongkar bangunannya asal di bayar 5 juta per rumah, padahal anggaran pekerjaan tidak ada termasuk pembayaran untuk membongkar rumah di dalamnya," keluh Hotman Panjaitan, di Jakarta, Kamis(3/10).

Saat wartawan mengonfirmasi Kasudin Pertamanan Jakbar Marfuah di kantornya, dia tidak mau menanggapi. Marfuah beralasan dirinya sedang pusing banyak masalah dan juga baru habis rapat. Dia kemudianmengarahkan kepada Kepala Seksi Taman Sulis, namun yang terakhir ini justru menghindar dan keluar dari ruangannya. (jo-6)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.