Foto: Kunker Komisi VII DPR ke Tabletoys Boardgames Library, Cafe, and Store di Surabaya.

SURABAYA, Jakartaoberserver.com — Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Evita Nursanty mengapresiasi capaian Tabletoys Boardgames Library, Cafe, and Store di Surabaya yang berhasil membawa board game karya anak bangsa menembus pasar internasional. Menurutnya, keberhasilan Tabletoys membuktikan subsektor gim mampu menjadi motor baru bagi ekonomi kreatif nasional.
 
“Saya bangga mendengar langsung presentasi dari teman-teman Tabletoys. Ini bukan lagi kategori perintis, melainkan pelaku industri kreatif yang sudah berhasil menembus pasar global. Produk mereka sudah dipasarkan ke berbagai negara, mulai dari Prancis, Italia, Jerman, Korea, Thailand, Hungaria, Belanda, hingga Amerika Latin,” ujar Evita saat memimpin Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspek) Komisi VII DPR RI ke Tabletoys, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025).

Evita menilai capaian tersebut semakin istimewa karena seluruh proses dilakukan sepenuhnya oleh anak bangsa. “Kreatornya orang Indonesia, inovasinya orang Indonesia, publisher-nya juga kita sendiri, bahkan sampai ke marketing-nya. Ini bukti nyata kreativitas kita bisa bersaing di kancah global,” jelasnya.

Menurutnya, board game memiliki keunikan tersendiri dibanding gim digital. Tidak hanya menjadi sarana hiburan, board game juga menghadirkan nilai sosial. Ia mencontohkan permainan tradisional seperti monopoli atau ular tangga yang mampu mengasah otak sekaligus mempererat kebersamaan keluarga.

“Kalau video game cenderung individualistik, board game justru mempertemukan orang untuk berinteraksi. Jadi nilainya bukan sekadar permainan, tapi juga mengikat kebersamaan,” kata Evita.

Dalam dialog, pihak Tabletoys menyampaikan tantangan yang mereka hadapi, mulai dari promosi hingga biaya mengikuti pameran internasional. Menanggapi hal itu, Evita menekankan perlunya dukungan nyata dari pemerintah.

“Mereka butuh promosi, branding, dan akses pasar. Kita mendorong Kementerian Ekonomi Kreatif membuat event berskala nasional maupun internasional, sekaligus membantu mereka tampil di pameran global yang biayanya sangat tinggi,” tegasnya.

Selain promosi, ia juga menekankan pentingnya akses permodalan dan networking. Menurutnya, tanpa dukungan konkret, banyak produk kreatif berisiko hanya “tumbuh untuk mati”. Karena itu, ia mendorong adanya skema pembiayaan khusus serta peran aktif kedutaan Indonesia di luar negeri untuk memfasilitasi promosi.

Pasar domestik juga menjadi perhatian. Evita menilai, pengguna board game produksi Indonesia justru lebih banyak di luar negeri dibanding di dalam negeri. “Ini ironi. Kita ingin anak-anak Indonesia juga kembali ke board game, bukan hanya bermain gim digital. Karena di sini ada aspek edukasi dan interaksi yang besar sekali manfaatnya,” ujarnya.

Sebagai tindak lanjut, Komisi VII akan memperkuat dialog dengan asosiasi dan pelaku industri board game. Tujuannya agar kebijakan yang lahir dari parlemen benar-benar sesuai dengan kebutuhan di lapangan. “Board game adalah subsektor yang potensinya sangat besar. Kita ingin industri ini tumbuh berkelanjutan dan menjadi kebanggaan ekonomi kreatif Indonesia,” tutup Evita. (jo3)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.