Para mahasiswa UI saat mengikuti Program Pemerataan Kualitas Pendidikan Dasar di Kabupaten Belu, NTT.

MOTAAIN, Jakartaobserver.com- Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) bersama mahasiswa UI lintas Fakultas menjalankan program Program Pemerataan Kualitas Pendidikan Dasar Daerah Terluar Indonesia Melalui Pengaplikasian Kelas Formal di SD Inpres Motaain, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 11-20 Agustus 2023.
 
Informasi yang disampaikan Dr Taqyuddin, SSi, MHum, dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA UI), Jumat (18/8/2023) menyebutkan, program ini didukung Bupati Belu dr Agustinus Taolin, Sp.PD-KGEH, FINASIM, dan disambut antusias siswa-siswi dan guru di SD Inpres Motaain.
 
Selain Taqyuddin, terlibat dalam program ini Direktur Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI Agung Waluyo, PhD, Dr Dadan Erwandi, SPsi, MSi; Emy Nurmaanti, SE, MSE, dan Ir Adi.

Sebelumnya, BEM UI dan mahasiswa melakukan advance tanggal 6 Agustus 2023 diterima Bupati Belu di rumah jabatan bupati untuk menjelaskan maksud kegiatan. Tim advance sebagian pulang ke Jakarta untuk koordinasi dengan tim besar yang datang tanggal 11 Agustus dari Jakarta.

Tanggal 12 Agustus 2023 rombongan diterima di SD Inpres Motaain dengan mengikuti upacara apel Senin pagi bersama siswa dan para guru. Disambut dengan Bahasa Tetun oleh siswa-siswa SD Mutaain dan pengalungan selendang tenun atambua kepada perwakilan dosen dan ketua kegiatan Kevin. Dilanjutkan upacara bendera apel Senin pagi yang dipimpin oleh Kepala Sekolah SD Motaain Ibu Maria Tai dan jajaran guru serta 270-an murid SD.

Dalam sambutannnya Ibu Maria Tai mengatakan, selama mahasiswa di Motaain pihaknya menyerahkan sepenuhnya kegiatan ajar mengajar siswa dan kegiatan extrakulikuler kepada para mahasiswa: Kegiatan mahasiswa selain mengajar SD kelas 1,2,3,4,5,6 selama tanggal 13 sampai tanggal 18 Agustus yang ditutup dengan penutupan jam 13. 00 di SD Motaain dan penyerahan kenang-kenangan dari pihak tim kegiatan UI kepada SD Motaain.
 
“Sore harinya rumah jabatan Bupati Belu untuk acara tatap muka dengan Bapak Bupati Belu sekaligus pamitan dan pemberian kenang-kenangan kepada Bapak Bupati,” kata Taqyuddin.
Selama kegiatan ini, para mahasiswa tinggal di mess, penginapan sederhana di pantai Motaain.

Khusus tanggal 17 Agustus 2023 pelaksanaan Perayaan Peringatan Kemerdekaan RI dlaksanakan di Lapangan Motaain dihadiri oleh Wakil Menteri Dalam Negeri John Wempi Wetipo yang bertindak sebagai inspektur dalam upacara, dan dihadiri perwakilan dari Pemerintah Timor Leste serta para pejabat setempat: Wakil Bupati Belu Dr Drs Aloysius Haleserens, MM beserta jajarannyaMahasiswa UI beserta para undangan mengikuti dengan hikmat upacara 17 Agustus 2023 tersebut yang dilanjutkan dengan lomba – lomba.
 
Tanggal 19 Agustus 2023 pagi berangkat dari Atambua menuju Kupang 5 jam darat), dan terbang ke Jakarta tangggal 20 Agustus 2023 pagi. Mahasiswa yang terlibat adalah Melki Sedek Huang (Fakultas Hukum) , Shifa Anindya Hartono (FMIPA), Kevin Wisnumurthi Adhi Nugroho (Fakultas Teknik), Anatasya Shalsabilla (Fakultas Teknik),. Maritza Adelia Syawal (Fakultas Kesehatan Masyarakat), Difa Alya Husna (Fakultas Ekonomi dan Bisnis), Nouval Abdul Hakkam (Fakultas Teknik), Sultan Zachri Dipo Arifin (Fakultas Ilmu Administrasi), Alden Luthfi (Fakultas Ilmu Komputer) , Lucia Deandra Audrey Chrisanditha (Fakultas Farmasi).

Selanjutnya Farida Doa Valentina (Fakultas Kesehatan Masyarakat), Ibni Shaquille Syauqi Ibrahim (Fakultas Ilmu Komputer ), Puisi Wihdah ( Fakultas Hukum), Hanif Nasyawan (Fakultas Kedokteran), Marsa Heldan Putri Ihsaniah (Fakultas Ekonomi dan Bisnis), Maria Andriana Nea Candra (FMIPA), Madina Fathatunnisa (Fakultas Kedokteran Gigi), dan Azizah Salsabila Ibrahim (Fakultas Teknik).
 
Observasi

Selain itu Taqyuddin juga melakukan observasi desa perbatasan yaitu Desa Tulakadi, Kecamatan Tasifetoo Timur, Kabupaten Belu, NTT dengan judul: Sistem Transportasi Pemicu Ekonomi Desa Tulakadi” (wilayah perbatasan negara Indonesia dan Timor Leste). Di Desa Tulakadi Taqyuddin dan Dadan melakukan wawancara kepada Kepala Desa Cristian dan Sekretaris Desa Ferdinandus untuk menanyakan berbagai potensi komoditas Desa Tulakadi yaitu: ternak sapi, babi, komoditas palawija: jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang gode, komoditas sayuran : tomat, kacang panjang dan lainnya, komoditas buah-buahan; jambu monyet untuk diambil kacang medenya, mangga, dan buah asam.

Komoditas tertinggi yaitu ternak sapi pedaging oleh masyarakat setidaknya ada kurang lebih 1.000 ekor sapid an di antaranya ada empat peternak yang memiliki 80 ekor. Permasalahan yang dikatakan oleh kepala desa angka populasi selalu turun karena banyak peternak yang menjual sapi betinanya ke daerah lain. Hal ini menjadi perhatian Kepala Desa Cristian.

"Selain itu kendala pertanian yang sangat krusial yaitu tanah hanya bisa digarap pada musim penghujan, permasalahan air menjadi kendala yang belum terselesaikan meski tanah di Desa Tulakadi sangat subur untuk palawija dan jagung. Yang sekaligus daunnya dapat menjadi konsumsi ternak sapi," ungkap Taqyuddin.

Di Desa Tulakadi sebagai desa perbatasan negara pengembalaan ternak dengan melepas ternak untuk merumput sendiri hal ini sejak dari dahulu sebelum ada perbatasan dan masih berjalan hingga sekarang, sapi-sapi milik peternak Tulakadi yang merumput di wilayah Timur Leste tidak menjadi permasalahan, kearifan di wilayah frontier Indonesia dan Timur Leste, sebagai batas negara yang kondusif dan damai.
 
Begitu juga masyarakat Tulakadi masih berkerabat dengan saudara-saudara yang ada di sebelah desa wilayah Timor Leste, batas negara tidak memutuskan hubungan kekerabatan masyarakat perbatasan, saling berkunjung ketika ada upacara adat, mauun upacara perkawinan dengan mudah melintasi perbatasan hanya dengan menunjukkan KTP kepada petugas perbatasan di Desa Salore (Tulakadi sekarang).

"Bahkan petugas perbatasan sering melakukan sparing partner untuk olehraga volley dan sepakbola, secara bergantian. Kendala bahasa sebenarnya berakar dari bahasa yang sama hanya dari pihak petugas perbatasan Timor Leste terutama yang muda sudah sedikit memahami Bahasa Indonesia, kecuali petugas yang sudah berumur," sambungnya.
 
Menurut Taqyuddin, jaringan jalan yang ada terutama pembangunan di era Pemerintahan Joko Widodo jalan nasional sudah sangat layak dengan lebar 8 meter lebih dan beraspal bagus, jalur Atambua – perbatasan Motaain, Motaain Atapupu (pelabuhan peti kemas dan penumpang antar pulau) sudah sangat layak mendukung gerak ekonomi daerah.
 
Khusus Desa Tulakadi sangat membutuhkan dukungan bagaimana membuat peternak sadar untuk tidak menjual sapi betinanya, selain itu bagaimana kendala air pada musim kemarau dengan 6 embung yang ada sangat tidak mendukung pertanian di musim kemarau. Hanya tanah-tanah yang dekat sungai perbatasan yang masih memiliki daya dukung pengairan tanah pertaniaannya.(tq/jo4)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.