Pesantren Al-Hikam Depok Ingatkan Moderasi Agama Miliki Peran Vital dalam Bernegara

Halaqoh Nasional di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Beji, Depok, Jawa Barat/

DEPOK, Jakartaobserver.com- Rangkaian acara peringatan Haul KH Hasyim Muzadi ke-6 diisi dengan beragam acara seperti khataman Al-Qur'an, Halaqoh Nasional sampai dengan doa bersama.
 
Pengasuh Pesantren Al Hikam Depok KH M Yusron Ash-Shidqi mengungkapkan moderasi beragama memiliki peran yang vital dalam berbangsa dan bernegara. Menurutnya, tidak ada jalan lain untuk menghadapi radikalisme dan liberalisme sekaligus kecuali dengan moderasi beragama.
 
"Kita tidak bisa membiarkan tumbuhnya radikalisme dan liberalisme saling berlawanan dengan sendirinya. Jangan sampai radikalisme dan liberalisme tumbuh subur. Moderasi beragama sebagai jalan tengah dalam upaya menghadapi radikalisme dan liberalisme. Tentunya, dalam upaya mewujudkan Islam yang Rahmatan Lil Alamin (rahmat bagi alam semesta-Red). Sehingga, turut serta menjaga keutuhan NKRI," ujarnya.
 
Hal itu disampaikan seusai acara Halaqoh Nasional di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam dengan tema 'Moderasi Beragama di Kalangan Pendidik, Dai, dan Santri', di Kelurahan Kukusan, Beji, Depok, Jawa Barat.
 
M Yusron atau yang biasa disapa Gus Yusron mengaku sebelum Abah (KH. Hasyim Muzadi) wafat beban pikirannya adalah agama dan negara. Yakni tentang bagaimana keislaman di Indonesia dan nasib negara Indonesia sendiri. Sehingga sebelum beliau wafat, lanjutnya, Abah menitipkan dua hal, yaitu menitipkan kepada para kiai dan tokoh agama mengenai Islam di Indonesia dan NKRI.
 
"Tidak ada jarak antara negara dan agama, ini pertemuan antara orang-orang yang memperjuangkan nilai-nilai agama dan negara sekaligus," katanya yang menyebut acara Halaqoh Nasional yang merupakan kerjasama dengan Badan Litbang Kementerian Agama ini.
 
Hal senada diungkapkan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Agama RI Prof Suyitno. “Dalam konteks masyarakat yang multikultural ini moderasi beragama dapat mengurangi potensi konflik. Disamping itu, ketegangan antara kelompok-kelompok agama yang berbeda,” ungkapnya.

Menurutnya diperlukan tindak lanjut dari Halaqoh ini dengan mengadakan kegiatan. Diantaranya, lokakarya/workshop, FGD dan ToT Moderasi Beragama bagi Pendidik, Dai dan Santri.
 
"Moderasi beragama adalah solusi untuk menjaga negeri ini tetap damai, aman, rukun, bersahabat. Dengan catatan, moderasi beragama tidak berhenti pada tataran teoritik semata, tetapi yang beranjak pada tataran implementatif," katanya.
 
Sementara itu, Ketua Wantimpres Jenderal (Purn) Wiranto menyebut moderasi beragama menjadi hal yang aktif dipromosikan dan terus diupayakan guna membentuk cara pandang masyarakat yang moderat.
 
Mengingat, lanjutnya, terus adanya ekstremisme, radikalisme, dan tak terbendungnya ujaran kebencian menjadi salah satu ancaman laten yang tidak boleh luput menjadi perhatian.
 
"Selalu mengakui, menghormati, dan mampu bekerjasama merupakan ciri dari masyarakat yang religius. Indonesia dengan Pancasila turut menyuguhkan keistimewaan. Ada rajutan antara sila satu tentang ketuhanan dan pengakuan terhadap agama lain dengan sila ketiga yaitu persatuan Indonesia," katanya.
 
Sebelumnya, pembukaan Halaqoh Nasional ini turut dihadiri oleh KH Cholil Nafis selaku Rais Syuriah PBNU, Prof Rochmat Wahab selaku Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, dan lainnya. (gayuh)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.