Rapidin Simbolon
SAMOSIR, JO- Selepas Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, beberapa waktu lalu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bergerak cepat untuk membangun beberapa infrastruktur pariwisata di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) ini.

Salah satunya adalah pembangunan Water Front City terpanjang di Indonesia yang akan dibangun di atas lahan 30 hektare. Nantinya bangunan memakai konsep arsitektur Batak dengan tema 'Aek Natio: Air dan Kehidupan'. Proyek ini menelan biaya Rp 105 miliar.

Hal ini terungkap dalam rapat dan pemaparan tim konsultan Kementerian PUPR bersama Pemkab Samosir terkait pembahasan bersama penyusunan master plan dan detail engineering design (DED) KSPN Danau Toba, Kamis 10 Oktober 2019 di ruang pertemuan Rumah Dinas Bupati Samosir.

Ketua Tim Konsultan Rully Harianto memaparkan secara detail mulai dari konsep arsitektur Batak dengan tema pengembangan, konsep perancangan dan program perancangan tiga lokus yang menjadi pengembangan destinasi wisata Water Front City serta kawasan wisata Panorama Tele dan Pantai Indah Situngkir.

Secara umum konsep pengembangan ke tiga destinasi wisata mengusung tema: 'Aek Natio: Air dan Kehidupan', yang dalam hematnya tradisi Batak sangat menghargai keberadaan Aek Natio (air yang jernih, red) sebagai awal kebaikan dalam kehidupan jasmani. Pemilihan kata Aek Natio ini juga sebagai sebuah gerakan dan edukasi untuk semua pelaku wisata agar sama-sama menjaga kebersihan air Danau Toba sebagai kunci kesuksesan pariwisata di Samosir," ujar Rully.

Terkait pengembangan kawasan wisata Panorama Tele, konsepnya akan dijadikan sebagai titik awal peziarahan 'Tu Bona ni Pinasa' (asal muasal leluhur- Red).

Dari tempat ini wisatawan akan dapat melihat secara lengkap lanskap Gunung Pusukbuhit, Danau Toba serta vegetasi hutan sebagai awal dari sejarah suku Batak.

Pengembangan destinasi wisata harus memperhatikan tiga aspek penting, yaitu green, nature dan sustainable.

Adapun beberapa revitalisasi dan pembangunan yang dilakukan untuk mendukung konsep pengembangan ini adalah taman parkir, jembatan pedestrian dan jaringan pedestrian skybridge, membangun panorama kuliner baru serta revitalisasi Menara Pandang Tele sebagai Pusat Informasi Geopark Kaldera Toba dan membangun Plaza Tarombo Batak sebagai asal-usul masyarakat Batak," tambah Rully.

Di tempat yang sama, Toni Pardamean Sianipar, salah satu tim konsultan yang membidangi pariwisata budaya mengatakan, Water Front City pembangunannya akan mengusung konsep kota pariwisata kelas dunia.

Dan sebagai kota teras penerima wisatawan maka perencanaan desain harus diperkuat dengan identitas kota yang bertransformasi dalam arsitektur Batak modern sebagai simbol menyongsong peradaban Batak di masa depan," katanya.




Dia katakan, ada beberapa segmen pembangunan yang akan dilakukan di Water Front City Pangururan ini, antara lain Taman Baca Putri Lopian, taman budaya dan Plaza Aek Natio, dermaga wisata, pusat kuliner, jaringan pedestrian, amphitheater dan lainnya," ujar Toni.

Toni yang juga mantan personel Elfa Singer ini mengatakan, pembangunan segera dapat dibangun pada tahun 2019 sejak penyusunan master plan dan DED KSPN Danau Toba selesai dibahas.

"Multi flyer effect-nya mungkin tidak dapat dirasakan generasi sekarang. Mungkin single effect-nya seperti uang parkir, hasil jual makanan terlalu cepat bila dikatakan efek ekonomi tapi harus yang berlanjut sehingga warganya benar-benar belajar paiwisata. Jadi multi flyer effect yang lebih luas akan dirasakan dalam jangka panjang, karenanya masyarakat sekitar harus disiapkan sehingga dapat menjaga semua aset yang telah dibangun," tegas Toni.

Bupati Samosir Rapidin Simbolon menjelaskan, pengembangan KSPN Danau Toba di Kabupaten Samosir dibagi dalam dua bagian besar, yaitu Kecamatan Simanindo dan Kecamatan Pangururan. (fsrt)


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.