Roin Siallagan Srikandi dari Samosir, Kisah Kegigigan Pencarian Korban KM Sinar Bangun

Rion Siallagan, ibu dua anak dan nenek dari dua orang cucu asal Tolping, Samosir. Tak kenal lelah untuk terlibat dalam pencarian korban KM Sinar Bangun.
TOMOK, JO- Berbeda dengan Ratna Sarumpaet yang beberapa hari lalu dikritik karena hanya bisa protes tapi tidak mau berkorban untuk terlibat dalam pencarian korban KM Sinar bangun, perempuan satu ini justru menunjukkan teladan dengan mengorbankan tenaga, pikiran dan materinya selama proses pencarian korban kapal itu.

Roin Siallagan, begitu nama perempuan itu. Perempuan kelahiran Tolping, Desa Martoba, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, sosok yang dinilai pantas menjadi inspirasi karena dedikasinya yang sangat tinggi sejak mulai hari pertama bahkan ketika proses pencarian resmi dihentikan Basarnas, relawan yang dipimpin perempuan ini, masih terus melakukan pencarian.

Semangatnya yang menggebu-gebu meskipun bukan tergolong usia muda lagi. Roin, Srikandi Samosir yang punya dua anak dan dua orang cucu ini, tak perduli harus terkuras tenaganya, pikirannya dan materinya untuk menunjukkan simpati kepada keluarga korban. Ibu ini sama sekali tidak pernah mengeluh.

Dari pantauan Jakarta Observer di lokasi, begitu mendapat kabar KM Sinar Bangun tenggelam dalam perjalanan dari Simanindo ke Tigaras pada 18 Juni 2018, Rion langsung membentuk relawan di Kecamatan Simanindo untuk ikut melakukan pencarian.

"Ada 45 orang relawan yang bergabung dengan Ibu Rion. Tanpa pikir panjang, Ibu Roin ini langsung bergerak ikut melakukan pencarian sejak hari pertama dengan merental kapal Rp1,4 juta per harim belum termasuk kebutuhan makanan anggota relawannya. Itu uang pribadi tidak ada bantuan dari siapapun," Kata Feriasi, seorang kerabat Roin saat ditemui belum lama ini.

Penyewaan kapal ini dilakukan selama empat hari berturut-turut, dipakai untuk membawa alat jangkar atau alat penggarut manual dari besi dililit kawat sepanjang 4 meter dan magnet. Pada hari kelima relawan yang tergabung dalam Rion Siallagan ini mendapat makanan dari dapur unum dan BBM 1 jeregen dari posko Basarnas Tigaras.




Walau pekerjaan nihil, Roin tetap gigih melakukan pencarian hari demi hari sampai hari ke-12. Dia tidak pernah absen hadir memimpin pencarian di atas kapal bersama relawannya. Bahkan ketika pada ke-13 aktivitas di Danau Toba tiada alias berhenti, dia dan relawannya tetap melakukan pencarian dengan menyisirdi sekitar pantai Tolping, Simanindo, Tamburea, Tanjung Unta, Tigaras, Salbe, Tao Silalahi.

"Jadi waktu pencarian resmi dihentikan, Roin Siallagan masih terus melakukan penyisiran. Hati dia seperti hati keluarga korban yang terus berharap bisa menemukan jasad korban KM Sinar Bangun yang jumlahnya diperkirakan ratusan orang. Tapi apa boleh buat memang usaha keras sudah dilakukan tetap tidak membuahkan hasil, kita harus merelakannya," ucap Feriasi.

Pengorbanan yang ditunjukkan Roin Siallangan ini berbeda kontras dengan apa yang ditunjukkan oleh pengusaha-pengusaha yang ada di sekitar Danau Toba, bahkan tokoh-tokoh luar Danau Toba yang datang-datang hanya untuk protes tapi tidak berbuat apa-apa.

Menurut Feri lagi, apa yang dilakukan Rion semata-mata adalah demi kemanusiaan, sekaligus juga menjaga nama baik pariwisata Samosir.

Sikap gigih perempuan ini bukan semata-mata karena dia memegang mandat sebagai ketua Bara JP Kabupaten Sampsir sejak 2013 sampai sekarang, tapi sepertinya sudah terbentuk sejak mudanya. Dia sejak dulu memang sudah menunjukkan kepedulian kepada sesama melalui berbagai kegiatan sosial, termasuk dalam pengembangan seni budaya dan ekonomi kreatif hingga dunia olah raga di Kabupaten Samosir.

"Semua dilakukan dengan biaya sendiri, mengembangkan musik tradisonal Batak, kegiatan sosial, mengembangkan ekonomi kreatif, ikut membina olah raga diantaranya wushu. Saat tidak ada orang yang perduli dan hanya bisa bicara dan berdebat, tapi Rion Siallagan telah berbuat banyak. Ini pantas menjadi inspirasi kita," ujar Feriasi. (fsrt)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.