Jokowi: Kita Sedang 'Perang' Memenangi Perdamaian, Kesejahteraan

Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato di MPR, hari ini.
JAKARTA, JO- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Indonesia saat ini sedang "perang". Bukan perang fisik seperti yang dilakukan oleh para pahlawan pejuang kemerdekaan tetapi perang untuk memenangi perdamaian, kesejahteraan, dan kehidupan rakyat yang bahagia.

Hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat memberikan pidato pada Sidang Paripurna dalam rangka Sidang Tahunan MPR RI di Gedung DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8).

Acara ini dihadiri mantan Presiden RI yakni Baharuddin Jusuf Habibie dan Megawati Soekarnoputri serta mantan Wakil Presiden RI Try Sutrisno, Hamzah Haz, dan Boediono beserta istrinya. Tampak juga istri mendiang Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid, Shinta Nuriyah, dan istri mantan Wakil Presiden RI Umar Wirahadikusumah, Karlinah.

Namun tidak terlihat mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada acara ini.

"Sebagai negara berdaulat, kita harus menyadari bahwa sejatinya kita saat ini sedang 'perang'," kata Presiden.

Cek hotel di Lombok, bandingkan harga dan baca ulasannya | Liburan ke Surabaya? Cari hotel, bandingkan tarif dan baca ulasannya | Cek hotel di Parapat, Danau Toba, bandingkan harga dan baca ulasannya | Jalan-jalan ke Las Vegas? Temukan harga hotel terendah

Dikatakan Kepala Negara, kemenangan perang untuk memuliakan rakyat tersebut hanya akan terwujud kalau seluruh elemen dalam NKRI khususnya lembaga-lembaga Negara, bersatu padu dan tidak terjebak pada ego masing-masing.

"Secara bersama-sama kita perkuat kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan kepribadian dalam kebudayaan. Trisakti harus menjadi strategi utama dalam membendung upaya-upaya bangsa lain untuk merongrong kedaulatan, kesejahteraan, dan karakter bangsa Indonesia," katanya.

Masih kata Jokwoi, melihat modal sosial dan ekonomi yang dimiliki, peluang Indonesia untuk menjadi negara maju dan sejahtera sebenarnya terbuka lebar. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang besar dan kreatif, kelas menengah yang semakin besar, sistem politik yang demokratis, masyarakat Muslim yang moderat, dan menjadi kekuatan ekonomi ke-16 di dunia dengan Pendapatan Produk Domestik Bruto sekitar 10 ribu triliun rupiah.

"Dengan kerja keras, optimisme, dan mengubah sikap konsumtif menjadi produktif, kita akan bermartabat di antara bangsa-bangsa di dunia," sambung Presiden. (jo-2)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.