Studi Just in Time untuk Meningkatkan Kinerja Produktivitas Perusahaan

Universitas Mercu Buana
Anastasia Dwi Rahayu (NIM : 55114110141)
Erna Juita (NIM : 55114110160)
Yessi Kusumawardhani (NIM : 55114110117)
Magister Manajemen Universitas Mercu Buana Jakarta

ABSTRACT

The research was held by literature study of the last risets about Just In Time system for company productivity performance. On this riset, was developed a model with four hypothesis, based on four major construct : supplier, velocity of production process, production system, productivity performance. The result were giving many causality as stated as on the hypothesis.
Keywords :Supplier, velocity of production process, production system, productivity performance.


PENDAHULUAN

Tingginya persaingan di era globalisasi menuntut perusahaan untuk bisa memilih strategi yang tepat agar perusahaan tetap mempunyai keunggulan kompetitif ditingkat pasar global. Produktivitas, efisiensi, kualitas, kecepatan, dan pelayanan prima telah menjadi kata-kata kunci dalam meningkatkan daya saing perusahaan jika ingin bersaing dipasar global (Tjahjadi,2001, h.227).

Dalam era perdagangan bebas, diharapkan barang, jasa, modal dan teknologi akan masuk serta keluar dari dan kesuatu negara tanpa adanya pembatasan (barrier). Dimana setiap komoditi akan bersaing secara bebas dalam meraih pangsa pasarnya . Hal ini berarti komoditi yang mutunya baikserta harganya relatif bersaing akan dapat bertahan dan memenangkan persaingan. Untuk memperbaiki daya saing tesebut maka kualitas dan biaya produk perlu ditingkatkan.

Salah satu pendekatan yang bisa digunakan dalam memperbaiki pengelolaan usaha terhadap produk adalah dengan metode Just In Time (Wilopo dan Purnamasari,1996,h.76). JIT dikenal sebagai suatu filosofi untuk menyelesaikan produk pada setiap tahap seketika (just-in-time) dan dengan biaya yang minimum.

Salah satu keuntungan penggunaan metode Just In Time adalah bisa menekan pemborosan sehingga efisiensi produksi akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan kualitas dari produk yang dihasilkan. Acord (1998, dalam Tjahjadi 2001) mengklasifikasikanpemborosan ke dalam tujuh kategori, yaitu:

1. Produksi yang berlebihan (over production);
2. Persediaaan (inventory);
3. Transport (Transport);
4. Menunggu (waiting);
5.Proses berlebihan (Excess processes);
6.Gerakan yang berlebihan (Excess motion);
7.Rejeck dan rework.

Sumber pemborosan tersebut harus dihilangkan agar perusahaan menjadi perusahaan kelas dunia yang efisiendan berdaya saing tinggi.

Masyah (2004, h.104) mengatakan ada beberapa karakteristik utama dari perusahaan yang telah menerapkan sistem Just In Time, diantaranya adalah :

1. Kualitas yang tinggi. Perusahaan yang telah menerapkan system JITberupaya mencapai tingkat kualitas dimana mereka dapat beroperasidengan persediaan yang rendah dan skedul yang ketat. Sistem JITberupaya menghapus sumber-sumber yang tidak efisien dan gangguanserta melibatkan karyawan dalam operasi untuk terus melakukanperbaikan. Dengan kata lain, perusahaan berpegang pada konsep “lebihbaik menghasilakan barang yang berkualitas tinggi dengan biayaproduksi sedikit lebih mahal, daripada menghasilkan barang dengan biayaproduksi murah tapi kualitasnya rendah.

2. Tingkat persediaan rendah. Dalam system JIT, persediaan dianggap suatupemborosan karena dengan adanya persediaan diperlukan biayapenyimpanan dan biaya tambahan lainnya. Persediaan digudang tidakbanyak, yang ada hanya secukupnya untuk melanjutkan proses produksikepada unit kerja berikutnya dan kalau habis baru dikirim lagi, sehinggaada arus kerja yang berkesinambungan.

3. Jalur produksi yang fleksibel. Sistem produksi menggunakan sellular manufacturing technique yaitu pengaturan layout dan peralatan prosesproduksi yang fleksibel sehingga barang yang diproduksi tidak terlalusering mengalami perpindahan tempat dan juga tidak perlu masukketempat penyimpanan, karena perpindahan produk terlalu seringdianggap sebagai non value added activity.

4. Perubahan struktur organisasi yang mengarah keproduk. Konsep JIT menghendaki setiap bagian dalam proses produksi mempunyai service departement masing-masing sehinggaapabila ada penyimpangan dapat ditelusuri sedini mungkin.

5. Penggunaan teknologi informasi secara efektif. Merupakan salah satusyarat utama dalam penerapan sistem JIT. Sistem JIT merupakan konseptepat waktu maka tidak ada keterlambatan dari jadwal induk sekecil apapun (non schedule interruption) yang dapat ditolerir, disebabkan penyimpangan sekecil apapun dari jadwal rutin akan menyebabkan kemacetan proses produksi.


PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah yang dimunculkan adalah : faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi JIT dan bagaimana hubungannya dengan kinerja produktivitas.


TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh pemasok terhadap JIT
2. Menganalisis pengaruh kecepatan proses produksi terhadap JIT
3. Menganalisis pengaruh sistem produksi terhadap kinerja produktivitas
4. Menganalisis pengaruh JIT terhadap kinerja produktivitas


JUST IN TIME

Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen.

Konsep just in time adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.

Just in Time adalah sebuah filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan dan memaksa yang mendukung produksi yang ramping (lean).Produksi yang ramping (lean Production) memasok pelanggan persis sesuai dengan keinginan pelanggan ketika pelanggan menginginkannya, tanpapemborosan, melalui perbaikan berkelanjutan (Heizer and Render,2004,h.258).

Sasaran utama just in time adalah meningkatkan produktivitas sistem produksi atau operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatanyang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi suatu produk. Sasaran just in time menitikberatkan pada continuos improvement untuk mencapai biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, kualitas dan realibitas produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan produk akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan dengan pemasok (Ariani, 2003).

Schniederjans (1993 dalam Tjahjadi, 2001,h.227) mendefinisikan JITsebagai “the successful completion of a product or service at each stage ofproduction activity from vendor to customer just in time for its use and at minimumcost. JIT can also be generally defined as a strategy or guiding philosophy whosegoal it is to seek manufacturing excellence.

Selanjutnya Schniederjans (1993) menyatakan bahwa JIT memiliki 8 prinsip dasar, yaitu: (1) Seek a produce-to order production schedule ; (2) Seekunitary production; (3) Seek eliminate waste; (4) Seek continous product flowimprovement; (5) Seek product quality perfection; (6) Respect people; (7) Seek toeliminate contingencies; (8) Maintain long term emphasis.

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat diketahui bahwa eliminasi pemborosan merupakan jantung dari JIT. Dengan mengeliminasi pemborosan, maka perusahaan akan menghasilkan produk yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah. Berdasarkan uraian diatas maka indikator JIT yang dimunculkan adalah biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, hubungan antara pelanggan dengan pemasok.

PEMASOK

Keberhasilan JIT tidak terlepas dari peran pemasok, oleh karena itu hubungan antara pemasok dengan pelanggan harus dijaga dengan baik. Heizerdan Render ( 2004, h.261) mengatakan : Kemitraan JIT ada ketika pemasok dan pembeli bekerja sama dengan sebuah sasaran bertimbal balik untuk menghilangkan pemborosan dan menekan biaya.

Selanjutnya Heizer dan Render (2004, h.262) memunculkan 4 sasaran kemitraan JIT yaitu : (1) penghilangan aktivitas yang tidak perlu ; (2)penghapusan persediaan di pabrik ; (3) penghapusan persediaan yang transit; (4) penghilangan para pemasok yang lemah.JIT sangat membutuhkan hubungan khusus antara pemasok dengan perusahaan pembeli dimana kedua belah pihak dituntut untuk bekerja samauntuk mencapai keberhasilan bersama dimasa yang akan datang.

Adapun karakteristik hubungan antara pemasok JIT dengan perusahaan pembeli meliputi ; (1) kontrak jangka panjang ; (2) Meningkatnya akurasi administrasi pesanan; (3) meningkatnya kualitas; (4) Fleksibilitas pesanan; (5) pengiriman jumlah kecil dengan frekuensi pengiriman yang banyak; (6) perbaikan berkesinambungan dalam bekerjasama (Tjahjadi, 2001, h.232).

Dari uraian diatas maka indikator pemasok yang dapat dimunculkan adalah : mendukung hubungan dengan para pemasok, penyerahan barang berkualitas tepat waktu.

SISTEM PRODUKSI

Salah satu kunci utama keberhasilan JIT adalah bisa menghasilkan produk sesuai jadual berdasarkan permintaan pelanggan.(Ariani, 2003, h.72) mengatakan untuk dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan pelanggan, perusahaan perlu menggunakan sistem produksi tarik (pull system) yang dibantu dengan menggunakan kartu kanban.Dalam sistem kanban kartu digunakan untuk memulai transaksi. Produksi, vending, conveyance merupakan sumber transakai (Tjahjadi,2001,h.234).

Dalam sistem produksi tarik, permintaan pelanggan menentukan master production schedule sistem produksi. Sistem produksi harus dapat mengubah laju produksi, baik secara mingguan atau harian untuk memenuhi perubahan permintaan pelanggan (Tjahjadi, 2001, h.233).

Kemajuan barcoding system dapat digunakan untuk mengintegrasikan transaksi kanban dengan sistem komputer. Berbagai transaksi kanban dapat diidentifikasi dengan menggunakan bar codes yang berbeda untuk setiap jenis kanban yang dikeluarkan.

Selanjutnya Tjahjadi (2001) mengatakan beberapa prinsip dalam perencanaan produksi maupun jadwal produksi meliputi : (1) mencapai penjadualan produksi harian ; (2) mencapai fleksibilitas penjadwalan produksi; (3) mencapai synchronized pull system; (4) menggunakan otomatisasi jika lebih praktis; (5) mencapai pabrik yang terfokus; (6) mencapai peningkatan fleksibilitas pada pekerja; (7) memangkas produksi jumlah besar;(8) mengijinkan pekerja untuk menentukan arus produksi; (9) meningkatkankomunikasi dan pengendalian visual.

Dari uraian diatas maka indikator sistem produksi yang dapat dimunculkan adalah sistem kanban dan barcoding system.

KECEPATAN PROSES PRODUKSI

Satu pendekatan JIT adalah merubah bentuk yang fungsional menjadi bentuk proses cell. Dalam proses cell, mesin-mesin diatur dengan menempatkan satu mesin potong , satu mesin giling serta satu mesin pembungkus pada satu cell. Pada proses cell setiap pekerja dilatih untuk berbagi tugas, sehingga setiap pekerja dapat dipindah-pindah kesetiap titik tempat produksi yang lain.

Para pekerja tersebut dilatih tidak hanya untuk proses produksi, tetapi juga melaksanakan pemeliharaan atas mesin jika terjadi kerusakan, megganti peralatan, memasang cetakan mesin,pembuatan jadual produksi, penanganan bahan baku sampai dengan pemeriksaan hasil produksi (para pekerja dirubah dari seorang spesialis menjadi multidisiplin). Dikarenakan ukuran cell kecil, maka jumlah total pergerakan barang dikurangi, maka penganan bahan berikut kemungkinan kerusakannya berkurang juga kebutuhan ruangan produksi (Wilopo dan Purnamasari, 1996).

Lebih lanjut Wilopo dan Purnamasari (1996) mengatakan oleh karena salah satu unsur dari Total Quality Management adalah pemberdayaan para pekerja, maka pada proses cell, kelompok pekerja cell diberi tanggung jawab yang lebih besar atas setiap kegiatan produksi, mulai dari penerimaan bahan sampai dengan pemeriksaan akhir barang jadi serta dalam melaksanakan pelayanan atau jasa produksi (pemeliharaan mesin, pembuatan jadual produksi, penggantian peralatan).

Dari uraian diatas maka indikator dari organisasi proses produksi yang bisa dimunculkan adalah kelompok cell, ukuran cell.

KINERJA PRODUKTIVITAS

Produktivitas merupakan rasio antara outputs dengan inputs. Pengurangan masukan (input) pada saat keluaran (hasil) tetap, atau penambahan pada hasil,sementara masukan tetap, menunjukkan kemajuan pada produktivitas (Render dan Heizer, 2001, h.14).

Lebih lanjut Heizer and Render (2001) mengatakan dalam pemikiran ekonomi masukan adalah tempat, tenaga kerja, modal dan manajemen yang dipadukan menjadi satu sistem produksi. Manajemen membuat sistem produksi ini, yang menyediakan perpindahan dari masukan kekeluaran.

Faktor-faktor penentu keberhasilan peningkatan produktivitas adalah adanya perbaikan terus menerus, peningkatan mutu hasil pekerjaan, pemberdayaan sumber daya manusia, Total Quality Management (Siagian,2002).

Dari uraian diatas maka dapat dimunculkan indikator dari kinerja produktivitas adalah perbaikan terus-menerus, peningkatan mutu hasil pekerjaan dan pemberdayan sumber daya manusia.

HUBUNGAN ANTARA PEMASOK DENGAN JUST IN TIME

Dalam JIT, para pemasok bahan baku untuk proses produksi dianggapsebagai mitra usaha, bukan sekedar hubungan dagang. Hubungan dengan para pemasok bersifat jangka panjang. Pemasok yang dipilih biasanya cukupsatu untuk setiap jenis bahan baku. Perjanjian pembelian dibuat untuk satu periode yang panjang (3-6 bulan) dengan estimasi jumlah tertentu serta kualitas tertentu.

Bahan baku tersebut tiba pada saat diperlukan untuk proses produksi. Hal ini memerlukan sistem pengiriman yang tepat serta akurat, sehingga dihindari adanya keterlambatan kedatangan bahan baku tersebut. Karena kualitas telah disepakati serta dijamin tidak adanya bahan bakuyang berkualitas dibawah standar produksi, maka tidak diperlukan adanya pemeriksaan bahan baku (Wilopo dan Purnamasari, 1996, h.78).

JIT sangat membutuhkan hubungan khusus antara pemasok dengan perusahaan pembeli. Kedua belah pihak dituntut untuk bekerjasama untuk mencapai keberhasilan bersama dimasa yang akan datang (Tjahjadi, 2001,h.232).

Kemitraan JIT ada ketika pemasok dan pembeli bekerja sama dengan sebuah sasaran bertimbal balik untuk menghilangkan pemborosan dan menekan biaya (Heizer dan Render,2004).

Kesepakatan dengan 1 pemasok untuk 1 item tertentu atau beberapa item tertentu akan membantu perusahaan dalam menetapkan hubungan jangka panjang antara pemasok dan pembeli (Ansari and Modarress,1990; Cooper and Ellram,1993; dalam Kaynak, 2005).

Berdasarkan pemikiran-pemikiran diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H1 : pemasok berpengaruh positif dengan JIT.

HUBUNGAN KECEPATAN PROSES PRODUKSI DENGAN JIT

Selain menurunkan nilai persediaan bahan baku, konsep JITmenurunkan persediaan dalam proses. Terdapat hubungan yang langsung antara jumlah barang dalam proses serta kecepatan proses produksi. Bila proses produksi menghasilkan 1.000 unit setiap hari, serta barang dalam proses berjumlah 2.000 unit, maka dikatakan proses produksi memerlukan waktu 2 hari. Bila kecepatan proses produksi dapat dipercepat menjadi hanya 1 hari, maka untuk menghasilakn 1 unit yang sama, hanya memerlukan 1000 unit barang dalam proses.(Wilopo dan Purnamasari, 1996, h.79).

Lebih lanjut Wilopo dan Purnamasari (1996) mengatakan Tujuan JIT adalah menurunkan waktu proses produksi sebagaimana diketahui waktu proses produksi terdiri dari waktu persiapan, Waktu memindahkan bahan baku, waktu pemeriksaan, waktu tunggu disamping waktu pelaksanaan produksi itu sendiri. Selain waktu pelaksanaan produksi, waktu-waktu yang lain tersebut tidak mempunyai nilai bagi barang yang diproduksi atau tidak dapat ditambahkan pada nilai barang yang diproduksi.

Dengan organisasi berbentuk proses cell, maka waktu pergerakan dikurangi dan demikian pula bila terjadi kerusakan pada mesin produksi akan cepat diatasi. Kecepatan proses produksi memberikan manfaat yang strategis bagi perusahaan yaitu berupa pelayanan yang cepat atas pesanan dari pelanggan. Bila barang tersebut cepat diproses dan disampaikan kepada para pemesanan maka tidak hanya terjadi pengurangan pada barang dalam proses tetapi juga pengurangan pada barang jadi. Hal ini akan menurunkan jumlah dana yang tertanam pada barang dalam proses dan barang jadi serta menurunkan biaya-biaya penyimpanan dan juga pengadaan gudang.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah H2 : Kecepatan Proses Produksi berpengaruh positif dengan JIT.

HUBUNGAN ANTARA SISTEMPRODUKSI DENGAN PRODUKTIVITAS

Sistem produksi JIT memiliki filosofi mengeliminasi aktivitas tidak bernilai tambah sehingga dapat mereduksi biaya sekaligus meningkatkan kualitas produk. Produk (output) yang dihasilkan menjadi semakin banyak karena tingkat kerusakan produk dapat ditekan sampai sekecil-kecilnya, sementara masukan (input) semakin kecil karena efisiensi akibat hilangnya biaya aktivitas tidak bernilai tambah. Dengan demikian sangatlah jelas keterkaitan antara sistem produksi dalam JIT dengan peningkatan produktivitas (Tjahjadi, 2001).

Lebih lanjut Tjahjadi mengatakan dalam sistem produksi JIT pekerja lebih diberdayakan sehingga partisipasi pekerja meningkat dan terjadi efisiensi biaya dan peningkatan produktivitas.

Pada sistem produksi JIT yang menggunakan sistem kanban, transaksi diintegrasikan dengan teknologi barcoding system.Dengan demikian semakin murahnya teknologi barcoding dan piranti lunak komputer maka penerapannya pada sistem produksi JIT sangat mendukung produktivitas.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran diatas maka hipotesis yang diajukan adalah H3 : sistem produksi berpengaruh positif dengan produktivitas.

HUBUNGAN ANTARA JIT DENGAN
KINERJA PRODUKTIVITAS


Dalam suatu manufacturing cycle, dikenal adanya istilah Manufacturing Cycle Efficiency (MCE).

MCE yang ideal dicapai jika sama dengan 1 atau mendekati angka 1, yang berarti bahwa perusahaan telah mampu menghilangkan waktu yang tidak bernilai tambah (non value added time) dengan memproduksi dalam jumlah yang diperlukan, dengan jumlah waktu yang tepat pada setiap tahap produksi. JIT dapat memberikan kontribusi dalam menghilangkan waktu inspeksi (inspection time), waktu menunggu (waiting time) dan waktu memindahkan (moving time) sehingga dapat meningkatkan produktivitas akibat hilangnya aktivitas tidak bernilai tambah (Tjahjadi, 2001).

Studi yang dilakukan Germain dan Droge (1998) menunjukan bahwa terjadi perbedaan signifikan antara perusahaan yang menerapkan JIT dengan yang tidak menerapkan JIT (non JIT).Perbedaan kinerja tampak lebih baik pada perusahaan yang menerapkan JIT, khususnya dalam hal ketidak pastian proses produksidan pemasaran, perputaran persediaan.

Dengan adanya JIT maka mutu yang dihasilkan akan berpengaruh langsung. Pengaruh tersebut dapat kita kelompokkan dalam 3 (tiga) hal:

1. JIT mengurangi biaya perolehan mutu yang baik, hal ini terjadi karena biaya produksi sisa, produk yang memerlukan pengerjaan ulang, investasi persediaan dan biaya kerusakan terkandung dalam persediaan. JIT menurunkan persediaan, sehingga lebih sedikit cacat yang diproduksi dan lebih sedikit unit yang perl dikerjakan ulang. Persediaan menyembunyikan mutu yang buruk, sementara JIT segera menunjukkan mutu yang buruk.

2. Dengan sistem JIT yang segera menunjukkan mutu yang buruk, maka mutu yang buruk itu akan dijadikan sebagai bukti kesalahan yang akan diingat lebih lama sehingga akan mengurangi kesalahan yang sama dikemudian hari. Dengan adanya peringatan bahwa mutu bahan baku yang buruk maka adanya sistem yang akan dibentuk untuk melakukan peringatan dini sehingga mutu yang buruk dapat dilakukan pemisahan langsung. Dan yang paling utama adalah adanya umpan balik untuk perbaikan mutu dengan cepat kepada pemasok.

3. Dengan adanya perbaikan dari pemasok dan waktu tunggu produksi makin sedikit mengakibatkan biaya simpan menjadi kecil.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran diatas, maka hipotesis yang diajukan: H4 : JIT berpengaruh positif dengan Kinerja Produktivitas.




PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Berdasarkan perumusan masalah dan uraian pada telaah pustaka dan pengembangan model, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Diterimanya hipotesis satu menunjukan bahwa terdapat hubungan pengaruh positif antara pemasok dengan JIT,dengan demikian semakin baik hubungan antara pemasok dengan perusahaan maka semakin tinggi pula kinerja JIT. Jadi kemitraan JIT akan berjalan kalau ada hubungan atau kerjasama yang baik antara pemasok dengan perusahaan, hal ini sesuai dengan pendapat Tjahjadi (2001,h.232) bahwa JIT sangat membutuhkan hubungan khusus antara pemasok dengan perusahaan pembeli dimana kedua belah pihak dituntut bekerjasama untuk mencapai keberhasilan bersama dimasa yang akan datang.

Hipotesis dua menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara organisasi proses produksi dengan JIT hal ini berarti bahwa kecepatan proses produksi sangat berhubungan dengan JIT dengan adanya kecepatan proses produksi maka memberikan manfaat yang strategis bagi perusahaan yaitu berupa pelayanan yang cepat atas pesanan dari pelanggan. Bila barang tersebut cepat diproses dan disampaikan kepada para pemesanan maka tidak hanya terjadi pengurangan pada barang dalam proses tetapi juga pengurangan pada barang jadi. Pada kesimpulan hipotesis ini diperkuat dengan pendapat Wilopo dan Purnamasari (1996) yang mengatakan bahwa tujuan JIT adalah menurunkan waktu proses produksi sebagaimana diketahui waktu proses produksi terdiri dari waktu persiapan, waktu memindahkan bahan baku, waktu pemeriksaan, waktu tunggu disamping waktu pelaksanaan produksi itu sendiri.

Hipotesis tiga menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara sistem produksi dengan kinerja produktivitas, hal ini bisa diartikan bahwa sistem produksi JIT akan meningkatkan produktivitas pekerja karena dengan sistem produksi JIT pekerja lebih diberdayakan sehingga partisipasi pekerja meningkat dan terjadi efisiensi biaya dan peningkatan produktivitas pekerja yang pada akhirnya tercapai juga produktivitas perusahaan atau organisasi. Kesimpulan ini didukung oleh pendapat Tjahjadi (2001) yang mengatakan sistem produksi JIT memiliki filosofi mengeliminasi aktivitas tidak bernilai tambah sehingga dapat mereduksi biaya sekaligus meningkatkan kualitas produk. Produk (output) yang dihasilkan menjadi semakin banyak karena tingkat kerusakan produk dapat ditekan sampai sekecil-kecilnya, sementara masukan (input) semakin kecil karena efisiensi akibat hilangnya biaya aktivitas tidak bernilai tambah.

Yang terakhir adalah hipotesis ke empat yang menyatakan ada pengaruh positif antara JIT dengan kinerja produktivitas. Hal ini berarti bahwa dengan penerapan JIT maka produktivitas akan meningkat ini dibuktikan dengan banyaknya perusahaan-perusahaan yang meningkat produktivitasnya setelah menerapkan JIT. Kesimpulan ini didukung oleh pendapat Tjahjadi (2001) yang menyatakan bahwa JIT dapat memberikan kontribusi dalam menghilangkan waktu inspeksi (inspection time), waktu menunggu (waiting time) dan waktu memindahkan (moving time) sehingga dapat meningkatkan produktivitas akibat hilangnya aktivitas tidak bernilai tambah.Studi yang dilakukan Germain dan Droge (1998) menunjukan bahwa terjadi perbedaan signifikan antara perusahaan yang menerapkan JIT dengan yang tidak menerapkan JIT (non JIT). Perbedaan kinerja tampak lebih baik pada perusahaan yang menerapkan JIT, khususnya dalam hal ketidakpastian proses produksidan pemasaran, perputaran persediaan.

IMPLIKASI KEBIJAKAN MANAJERIAL

Implikasi kebijakan manajerial yang bisa diambil :

1. Perlu adanya dukungan dari pimpinan dalam perencanaan jangka panjang dalam sistem JIT. Dalam hal ini pimpinan perusahaan harus menyadari betul bahwa kerjasama dengan pemasok harus di bina dengan baik. Pemasok tidak hanya sekedar hubungan dagang tapi lebih kepada hubungan yang bersifat jangka panjang. Sehingga sistem JIT diharapkan bias berjalan dengan baik.
2. Pekerja diubah dari specialist menjadi multidisiplin artinya pekerja dilatih tidak hanya untuk proses produksi tapi juga sampai pada tingkat kemampuan memperbaiki mesin, pembuatan jadual produksi, penanganan bahan baku juga sampai dengan pemeriksaan bahan baku.


DAFTAR PUSTAKA

1. Ariani, 2003, Just-In-Time, September, Ghalia Indonesia, edisi 1, pp:65-72
2. Kaynack, 2005. Implementing JIT Purchasing: Does the Level of Technical Complexity in the Production Process Make a Difference: pp: 77
3. Masyah, 2004. Kebijakan Persediaan Dengan Model JIT Pada Industri Manufaktur, Maret, pp:104-105
4. Render, Heizer, 2001. Profil perusahaan global, Salemba 4, edisi 7, pp:258-26 Render, Heizer, 2001. Prinsip-prinsip manajemen, Salemba 4, edisi Bahasa Indonesia, pp:14-15
5. Siagian, 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Agustus, pp:10-25
6. Tjahjadi, 2001. JIT Purchashing, JIT Production Systems: Pengaruhnya terhadap Kineja Produktivitas, pp:227-236
7. Wilopo, Purnamasri, 1996. Konsep Just In Time dan Daya Saing Produk , pp:77- 79


Visiting London? Find Deals, Compare Rates, and Read Hotel Reviews on TripAdvisor Visiting Las Vegas? Find the Best Deals & Reviews at TripAdvisor. 60+ Million Users Trust TripAdvisor With Their Travel Plans. Shouldn't You?

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.