Mintarsih
JAKARTA, JO- Maraknya bisnis prostitusi melalui media sosial membuktikan perkembangan teknologi internet dan gadget canggih tidak selamanya membawa sisi positif, tetapi terkadang membawa sisi negatif bagi pengguna bisnis esek-esek.

Namun begitu, seorang psikiater, Mintarsih menilai prostitusi artis berbeda dengan prostitusi kelas bawah, karena gaya hidup atau life sytle artis secara umum bebas. Pasangan artis juga sering melakukan tukar pasangan dan menyenangi hal-hal bebas.

"Mereka pemakai jasa portitusi mahal adalah para pejabat koruptor dan pengusaha money loundry," kata Mintarsih di Jakarta, hari ini.

Berbeda dengan prostitusi kelas bawah yang terjun ke dunia prostitusi untuk mencari uang dan kadang karena golongan pemalas. Bahkan ada yang dijebak untuk masuk area prostitusi.

Karena itu, menurut Mintarsih, polisi harus serius untuk melakukan penangkapan terhadap mucikari, pelaku dan pemakai jasa prostitusi. Hukuman lebih berat harus diterapkan terhadap mucikari sebagai penjual jasa kepada pengguna prostitusi.

Dikatakan, faktor pendidikan dan norma di keluarga dapat mengantisipasi prostitusi ini. Keluarga yang dididik dengan norma yang baik, kecil kemungkinan terjerumus dalam prostitusi.

"Lingkungan juga dapat mempengaruhi prostitusi," ujar Mintarsih.

Diingatkan juga, dulu ada Depsos sebagai panti rehabilitasi prostitusi namun hampir tidak ada hasilnya, karena pekerja seks terlanjur dan bahkan mencintai profesi sebagai prostitusi. (amin)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.