Wisata Selam Indonesia Luar Biasa, Masih Banyak Belum Tergali

Forum Dialog Pariwisata di Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif, Jakarta, Rabu (26/3). (foto:jo-3)
JAKARTA, JO- Indonesia memiliki sekitar 700 spot dive sites atau lokasi penyelaman di 35 lokasi. Dari jumlah itu, baru 235 spot dive sites atau sepertiganya di 11 lokasi yang baru berhasil disusun ke database situs selam secara lengkap.

Dengan keindahan terumbu karang, dahsyatnya palung, aneka biota lainnya, goa-goa yang menawan, serta gunung laut menjadikan Indonesia memiliki daya tarik yang luar biasa untuk dikembangkan.

Bayangkan saja, kekayaan keragaman hayati sumber daya ikan di perairan Indonesia yang sangat besar, mencapai 37 persen dari seluruh spesies ikan di dunia, dan diperkirakan terdapat 2.000 spesies ikan dan 700 spesies dari total 2.000 spesies bunga karang yang hidup di ekosistem terumbu karang Asia Tenggara.

Juga, lebih dari sepertiga spesies paus dan lumba-lumba, serta enam dari tujuh jenis penyu yang hidup di dunia bisa dijumpai di perairan laut Indonesia.

"Eksotisme ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu situs penyelaman terbaik dunia," kata Direktur Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan Event Kemenparekraf Achyaruddin usai membuka Diskusi Wisata Selam yang digelar Forum Dialog Pariwisata (FDP) dan portal berita wisata bisniswisata.co di Jakarta, Rabu (26/3).

Selain Achyaruddin hadir juga sebagai narasumber pada diskusi bertema "Strategi Pengembangan Sustainable Diving Tourism dan Target RI sebagai Surganya Penyelam Dunia pada 2020", antara lain praktisi selam Cipto Aji Gunawan, dengan moderator wartawan senior Hilda Sabri Sulistyo.

Menurut Achyar, Indonesia yang sebagian besar kawasan perairan laut, merupakan modal utama dalam mengembangkan wisata bahari. Kekayaan, potensi dan panorama di bawah laut pun sangat menakjubkan. "Dan potensi wisata selam sangat luar biasa untuk terus dikembangkan baik kepada wisatawan asing maupun dalam negeri," kata Achyaruddin.

Uniknya lagi, setiap dives site yang digemabari wisatawan itu memiliki ciri khas tersendiri. Raja Ampat, misalnya, memiliki terumbu karang yang masih alami, Bali dengan menikmati ikan pari berukuran besar, Bunaken dengan keindahan biota laut dengan ikan-ikan eksotis yang masih terjaga.

Di Pantai Hukurila di Kota Ambon, Maluku, dan Pantai Wasage di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, penggemar tantangan adrenalin akan disuguhkan pemandangan goa-goa bawah laut. Di barat daya Pulau Mangehetang, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, penyelam bisa menyaksikan gunung bawah laut di perairan cukup dangkal dengan titik kepundan gunung di kedalaman 8 meter.

Sementara di Nusa Penida Bali setiap empat lima bulan sekali muncul ikan besar yang jelek dan langka namun sangat digemari wisatawan mancanegara, dan mereka puas jika bertemu dengan ikan itu.

Tidak perlu heran jika destinasi menyelam di Indonesia ini dibanjiri wisatawan selam asal Jepang, Korea, Malaysia, Singapura, Australia, termasuk juga wisatawan dalam negeri. Meskipun jumlahnya tergolong sedikit, namun wisata minat khusus ini memiliki lama tinggal (lenght of stay) lebih lama yakni 10-12 hari.

Dikatakan, saat ini baru 11 lokasi menyelam yang sudah ada di database yakni di wilayah perairan Sabang, Padang, Anambas, Kepulauan Seribu, Karimunjawa, Bali, Derawan, Sangihe, Alor, Komodo, dan Ambon.

Sedangkan 24 dive sites lainnya yang masih dalam tahap pengumpulan data adalah Natuna, Lampung, Krakatau, Pelabuhan Ratu, Pasir Putih, Lombok, Maumere, Selayar, Pangkep, Kendari, Wakatobi, Donggala, Togean, Gorontalo, Bunaken,
Lembeh, Halmahera Utara, Banda, Raja Ampat, Kaimana, Teluk Cenderawasih, Biak dan Manokwari.

Sementara dive sites yang paling banyak dikunjungi antara lain Raja Ampat, Bali, Nusa Penida, Bunaken.

Cipto Aji Gunawan, praktisi selam di Indonesia tidak menampik adanya dive center illegal yang beroperasi di Indonesia. Selain belum memiliki sumber daya manusia (SDM) yang memadai, mereka juga belum mengantongi izin dari pemerintah daerah di wilayah selam yang mereka promosikan untuk menjaring wisman.

Permasalahan ini juga muncul karena pemerintah daerah juga tidak siap dengan perangkat hukum dan belum sadar wisata akan besarnya potensi selam yang dapat menjadi sumber Penghasilan Asli Daerah (PAD) sehingga ketika investor datang tidak siap dan akhirnya muncul usaha ilegal. (jo-3)


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.