Kapten KMP Sumut II Mengaku Melempar 52 Life Jacket, Kok Hanya 18 yang Selamat?

Dodi Max Silalahi
SIMANINDO, JO- Misteri penyelamatan korban kapal tenggelam yang dilakukan oleh dua kapal feri, KMP Sumut II dan KMP Sumut I membuka berbagai kejanggalan mengenai tidak maksimalnya upaya penyelamatan yang dilakukan sebagai kapal yang pertama kali melintas di jalur tenggelamnya KM Sinar Bangun pada Senin (18/6/2018).
'
Seperti disampaikan salah seorang anggota keluarga yang menjadi korban, Nelson Nainggolan, harusnya kapten KMP Sumut II sebagai yang pertama bertemu dengan para korban di lokasi kapal tenggelam, memberikan bantuan maksimal dengan mengangkut semua korban yang beteriak-teriak meminta pertolongan.

Tapi dengan alasan terburu-buru karena cuaca tidak baik, serta prioritas untuk menyelamatkan penumpang yang ada di dalam kapalnya lebih dulu ke seberang, kapten kapal KMP Sumut II Dodi Max Silalahi kemudian meninggalkan para korban, dan hanya menyelamatkan tiga orang.

Baca berita sebelumnya:

Kapten KMP Sumut II Dicerca, Tega Tinggalkan Korban KM Sinar Bangun Terapung Minta Tolong

Tinggalkan Puluhan Korban Terapung Minta Tolong, Ini Dalih Kapten Kapal KMP Sumut II


Menurut Dodi Max Silalahi, dirinya sudah berusaha maksimal dengan melemparkan sebanyak 52 lifejacket ke danau, kemudian telah menghubungi KMP Sumut I untuk memberikan bantuan karena dirinya akan meninggalkan lokasi penemuan para korban.

"Kami sudah melemparkan 52 lifejacket," kata Dodi Max Silalahi.




Faktanya justru menyedihkan, hanya ada tiga yang bisa dibawa oleh kapal feri berbadan besar ini. Anehnya lagi, dari sejumlah catatan, KMP Sumut I pun diketahui hanya bisa menyelamatkan 2 orang. Selebihnya diselamatkan oleh kapal kayu KM Cinta Dame yang menyelamatkan beberapa orang lagi.

"Yang jelas faktanya hanya ada 18 orang yang selamat, lalu pergi kemana lifejacktet itu?" tanya Berman Sidabutar, seorang warga Samosir.

Dari jumlah 18 yang selamat, tragisnya di KMP Sumut II dan KMP Sumut I hanya ada tiga dan dua korban, padahal mereka yang pertama kali menemukan para korban dalam perjalan di jalur mereka. Ini harus menjadi bahan koreksi dari Kementerian Perhubungan.

"Dimana hati nurani? Dan saya kira kapten kapal ini bisa dikenakan sanksi karena rugulasi kita mengatur prioritas pertolongan bagi kapal yang ditemukan kecelakaan di laut," kata Berman.

Menurutnya alasan cuaca buruk saat itu juga tidak masuk akal karena terlihat di video tidak terlalu buruk dan kapal KMP Sumut II memiliki badan besar dan kokoh sebagai kapal feri pengangkut kendaraan roda empat. Berbeda dengan kapal kayu seperti KM Sinar Bangun. (jabs/hsrt/kirman/jo-4)




Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.