Sosialisasi Empat Pilar di Pati, Evita: Bhinneka Tunggal Ika Merekatkan Rakyat Indonesia

Dr Hj Evita Nursanty, MSc saat melakukan sosialisasi di Desa Ngepongrejo, Kecamatan Pati, Pati, Jawa Tengah, Selasa (17/4/2018).
PATI, JO- Anggota MPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Dr Hj Evita Nursanty, MSc kembali menggelar sosialiasi Empat Pilar MPR di Pati, Jawa Tengah. Kali ini sosialisasi digelar di Desa Ngepongrejo, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, pada Selasa (17/4/2018).

Sosialisasi yang diadakan di halaman rumah Ketua Banteng Muda Indonesia (BMI) Kabupaten Pati Setyono Edi itu dihadiri antara lain Ketua DPRD Kabupaten Pati Ali Badrudin, Wakil Bupati Pati Saiful Arifin, SE, para anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Pati, para pengurus DPC , PAC dan ranting PDI Perjuangan Kabupaten Pat, kepala desa dan perangkat desa se-Kecamatan Pati , tokoh masyarakat setempat dan masyarakat lainnya.

Dalam pemaparannya yang diselingi dengan kuis dan dialog itu, Dr Hj Evita Nursanty, MSc mengingatkan pentingnya empat pilar yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika di tengah arus globalisasi dewasa ini.

Menurut anggota Komisi I DPR RI ini, diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental.

“Dengan pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan sosial,” ucap Evita.

Diingatkan, NKRI lahir dari pengorbanan jutaan jiwa dan raga para pejuang bangsa yang bertekad mempertahankan keutuhan bangsa. Sebab itu, NKRI adalah prinsip pokok, dan harga mati.”Demi NKRI, apa pun akan kita lakukan. NKRI adalah hal pokok yang harus kita pertahankan,” sambungnya.


Sementara mengenai Bhinneka Tunggal Ika, Evita menyebut Presiden kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri suatu hari pernah mengemukakan bahwa Pancasila bukan hanya falsafah bangsa, tetapi juga bintang yang mengayomi kehidupan seluruh rakyat. Dan Bhinneka Tunggal Ika adalah perekat semua rakyat dan semua kepulauan yang ada di Indonesia.

“Bhinneka Tunggal Ika adalah motto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”, mengajarkan kita toleransi. Walapun bangsa Indonesia mempunyai latar belakang yang berbeda baik dari suku, agama, dan bangsa tetapi adalah bangsa Indonesia. Pengukuhan ini telah dideklarasikan sejak tahun 1928 yang terkenal dengan nama Sumpah Pemuda," lanjutnya.

Namun, sekarang Bhinneka Tunggal Ika pun ikut luntur, banyak anak muda yang tidak mengenalnya, banyak orang tua lupa akan kata-kata ini, banyak birokrat yang pura-pura lupa, sehingga ikrar yang ditanamkan jauh sebelum Indonesia merdeka memudar.

Evita juga mengingatkan, praktek-praktek radikalisasi, ujaran-ujaran yang mengarah kepada disintegrasi selalu muncul di media sosial bahkan tak jarang bernada provokatif seiring dengan terjangkaunya signal hand phone yang sekarang semakin canggih dan mampu menjangkau ke seluruh penjuru desa, maka segala macam berita dapat diakses dengan bebas termasuk konten-konten porno.

“Untuk itulah peserta sosialisasi diharapkan mampu memilah dengan benar mana berita yang hoax dan tidak dengan cara memilih situs atau website yang benar-benar kredibel,” begitu Evita. (jo-2)


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.