Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni
JAKARTA, JO- Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni yang diusung Partai Demokrat, PPP, PAN dan PKB secara resmi telah menyampaikan visi dan misinya ke KPUD DKI Jakarta.

Visi dan misi itu diberi judul: MENUJU JAKARTA TAHUN 2022 YANG LEBIH MAJU, AMAN, ADIL DAN SEJAHTERA. Bagaimana isi lengkapnya? Berikut The Jakarta Observer menyajikannya secara lengkap.


BAB 1

JAKARTA MASA KINI
KEADAAN JAKARTA MASA KINI

Jakarta adalah sistem ruang kehidupan. Dalam sistem ruang kehidupan inilah masyarakat Jakarta berharap untuk berkembang secara bermartabat. Jakarta menjadi ruang interaksi antara warga dengan warga serta antara warga dengan lingkungannya secara melembaga, baik secara ekonomi, politik, sosial, budaya maupun keamanan dan pertahanan. Jakarta tidak hanya menjadi ruang perputaran dan akumulasi kapital, atau infrastruktur yang dibangun, atau gedung-gedung tinggi yang dibangun; tetapi, lebih jauh dari itu, Jakarta adalah ruang hidup, memori, kesejarahan, perjuangan hidup dan harapan masyarakat Jakarta.

Jakarta juga berinteraksi dengan Bodetabek dan wilayahwilayah lain di Indonesia melalui urbanisasi serta ruangruang hidup nasional dan internasional. Kenyataan ini menjadikan Jakarta sebagai kota yang dinamis. Kaum urbanit terus berdatangan; dan, bersama warga Jakarta mereka membangun harapan-harapan kehidupan yang lebih baik. Hal ini mengharuskan Jakarta untuk terus berbenah, berinovasi, dan berkembang. Apabila hal ini terlalaikan maka Jakarta dan warga Jakarta yang maju, aman, adil, dan sejahtera sulit untuk diwujudkan. Keadaan inilah yang sesungguhnya terjadi di Jakarta saat ini.

Sebagai contoh, pertumbuhan ekonomi Jakarta mengalami penurunan dari 5.91% di tahun 2014
menjadi 5.88% di tahun 2015, angka ini menurun lagi di tahun 2016 menjadi 5.74%. Dalam soal kemiskinan, persentase penduduk miskin di Jakarta juga meningkat dari 3.61% di bulan September 2015, menjadi 3.75% di bulan Maret 2016. Gini Rasio, yang menggambarkan tingkat ketimpangan di Jakarta juga masih sangat tinggi yaitu sebesar 0.411 pada bulan Maret 2016. Angka ini menempatkan Jakarta sebagai salah satu provinsi dengan tingkat ketimpangan yang terburuk. Yang juga penting untuk diperhatikan adalah tingkat kebahagiaan warga Jakarta yang hanya 69.21 pada tahun 2014. Angka ini memprihatinkan karena apabila kita bandingkan dengan provinsi lain, tingkat kebahagiaan warga Jakarta ternyata berada di bawah provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Yogyakarta, Kepulauan Riau dan Jambi.

Sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta, kami—Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni— memahami penuh bahwa membangun Jakarta pada dasarnya adalah membangun sistem ruang kehidupan bersama yang memberikan kesempatan bagi setiap warga Jakarta untuk berkembang secara bermartabat. Membangun Jakarta, meskipun penting, bukanlah hanya membangun fisik kota Jakarta semata tetapi yang lebih penting lagi adalah meningkatkan kualitas hidup dan indeks kebahagiaan setiap warga Jakarta.

Kami menyadari bahwa hal tersebut tidak mudah, penuh tantangan; tapi, kami tahu apa yang harus kami lakukan bila warga Jakarta memberikan kesempatan pada kami untuk memimpin Jakarta lima tahun ke depan.

PERMASALAHAN UTAMA JAKARTA

Untuk mewujudkan Jakarta sebagai sistem ruang kehidupan yang bermartabat sebagaimana kota-kota
terbaik di dunia lainnya, kita menghadapi banyak kendala dan tantangan. Selain kondisi-kondisi yang memburuk sebagaimana digambarkan data-data di atas, secara umum permasalahan utama Jakarta dapat kami petakan sebagai berikut:

Pertama, masalah ekonomi. Masalah ekonomi Jakarta yang sangat mencolok, diantaranya, adalah kemiskinan dan lebarnya jurang ketimpangan antara yang kaya dan 1 Badan Pusat Statistik, berbagai tahun yang miskin. Kemiskinan dan ketimpangan ini juga berkaitan dengan tingkat pengangguran yang masih tinggi, dan masih terbatasnya ketersediaan dan akses masyarakat terhadap lapangan kerja. Pertumbuhan ekonomi Jakarta yang menurun disertai dengan ekonomi biaya tinggi yang lahir dari lemahnya infrastruktur, kelembagaan, dan tata kelola pemerintahan menghadirkan ancaman serius di
masa depan.

Kedua, masalah sosial. Sebagai kota metropolis, Jakarta juga menghadapi masalah-masalah sosial yang tidak mudah, diantaranya, kekerasan serta penyalahgunaan dan peredaran narkoba. Di saat yang sama, keterasingan sebagian besar masyarakat miskin Jakarta juga muncul sebagai akibat dari pembangunan ekonomi yang lebih mementingkan sekelompok kecil pengusaha. Masalah lain yang tak kalah memprihatinkan adalah banyaknya anak-anak jalanan di Jakarta, dan kaum miskin yang bekerja keras tetapi masih belum mampu memenuhi syarat kepantasan kehidupan sosial. Lebih jauh dari itu, warga Jakarta terutama anak-anak dan kaum perempuan masih menghadapi kesulitan untuk mendapatkan akses terhadap fasilitas publik di bidang pendidikan dan kesehatan.


Ketiga, masalah budaya dan pendidikan. Salah satu ciri dari kota yang maju adalah kuatnya ciri kebudayaan dan peradabannya. Jakarta kini, tumbuh menjadi megapolitan yang sibuk, namun ia memiliki masalah-masalah besar menyangkut lunturnya ciri dan identitas kebudayaannya seperti rendahnya budaya berlalu lintas. Jakarta sebagaimana kota-kota dunia lainnya juga menghadapi masalah homogenisasi akibat globalisasi kebudayaan sekaligus menghadapi tantangan kemajemukan. Dalam soal pendidikan, meski secara umum pemerintah sudah mencanangkan program wajib belajar 12 tahun, namun persoalan akses dan kualitas pendidikan masih terus menjadi masalah yang menghantui Jakarta. Di saat yang sama, sebagai kota yang terhubung secara global dengan pusat-pusat kebudayaan dunia, Jakarta masih belum mampu merepresentasikan Indonesia sebagai akibat dari masih minimnya sarana dan fasilitas kebudayaan, seni dan kreativitas.

Keempat, masalah menurunnya daya dukung lingkungan. Dari sekian banyak masalah-masalah lingkungan, Jakarta menghadapi tiga permasalahan yang akut yakni: macet, banjir, dan pengelolaan sampah. Kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara pemerintah kota dengan warga, mengakibatkan lemahnya keterlibatan warga untuk bekerja sama mengatasi soal yang menahun ini. Soal yang tak kalah penting dalam isu lingkungan adalah sanitasi yang buruk dan ketersediaan air bersih. Di saat yang sama, ancaman terhadap kesehatan dan kualitas lingkungan juga muncul sebagai akibat polusi udara dan polusi suara.

Kelima, masalah tata ruang. Soal terbesar dalam tata ruang Jakarta adalah lemahnya kendali pemerintah dalam perencanaan dan penggunaan tata ruang dan tanah Jakarta. Selama ini, kebijakan tata ruang Jakarta masih belum mampu membuka kesempatan yang sama bagi pelaku-pelaku ekonomi. Dalam kaitannya dengan kehidupan warga, zonasi dan ketersediaan ruang publik seperti taman, pusat rekreasi, pusat-pusat kreativitas anak muda juga belum tertata dan masih minim di Jakarta.

Lemahnya ketersediaan ruang publik ini berakibat jangka panjang terhadap kualitas dan kesehatan mental warga terutama pada pertumbuhan anak muda. Yang juga masih memprihatinkan adalah lemahnya infrastruktur kota yang memungkinkan mobilitas warga terlayani. Akses terhadap rumah murah, peluang untuk mendapatkan pemukiman yang berkualitas dan memadai serta bebas dari ancaman penggusuran juga masih menjadi masalah besar. Dalam tata ruang, salah satu masalah besar Jakarta adalah terputusnya akses publik terhadap ruang pantai. Hal ini diperparah melalui reklamasi pantai yang tidak senantiasa sejalan dengan tata ruang dan tata guna tanah. Tak kalah penting dalam soal tata ruang adalah sulitnya restorasi dan pengelolaan situs-situs, ikon historis dan budaya Jakarta.

Keenam, masalah penegakan hukum, keamanan dan ketertiban. Sebagai kota yang menjadi tujuan urbanisasi, sentral kehidupan ekonomi dan budaya, Jakarta masih dihantui oleh ancaman kriminalitas. Ancaman kriminalitas menghasilkan rendahnya rasa aman dan merusak citra Jakarta sebagai ibu kota negara sekaligus ibu kota ASEAN. Selain itu, sebagai ibu kota, Jakarta juga tak pelak lagi sering menjadi sasaran dari kejahatan trans-negara. Lemahnya penanganan sumber-sumber terorisme juga membuat Jakarta masih berada di bawah risiko kejahatan itu. Soal lain yang juga sangat penting dalam penciptaan rasa aman di Jakarta adalah lemahnya ketertiban sosial, kurangnya penghormatan terhadap hukum, serta konflik antar kelompok yang masih kerap terjadi di Jakarta.

Ketujuh, masalah tata pemerintahan dan birokrasi. Kebijakan perkotaan yang baik hanya mungkin dilakukan apabila ada administrasi publik yang baik dan siap melayani. Dalam soal tata pemerintahan dan birokrasi, salah satu masalah yang sangat menonjol di Jakarta kini adalah lemahnya kinerja pemerintah daerah dalam pengumpulan, alokasi dan pemanfaatan APBD. Hal ini tercermin dari penyerapan anggaran yang sangat lemah dan tergantungnya pemerintah daerah dari dana-dana
non-budgeter. Hal lain yang juga masih memprihatinkan dalam birokrasi adalah sistem perijinan yang tidak efisien, berbelit, mahal dan tidak adil.

Penyelesaian dan jalan keluar dari ketujuh persoalan utama di atas menjadi tantangan nyata bagi kepemimpinan Jakarta 2017-2022. Kepemimpinan Jakarta yang menganggap bahwa masalah masalah Jakarta itu bisa diselesaikan hanya melalui pembangunan fisik semata sungguh tidak menyadari dan mengabaikan apa yang dirasakan warga Jakarta. Tingkat kebahagiaan masyarakat Jakarta yang sangat rendah dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain yang tidak memiliki sumber
daya sebaik Jakarta, merupakan bukti nyata bahwa model kepemimpinan demikian sungguh tidak amanah.

BAB 2
JAKARTA MASA DEPAN
VISI JAKARTA 2022


Dengan mempertimbangkan kondisi, masalah dan perkembangan kekinian Jakarta dan aspirasi warga Jakarta akan masa depan, kami mencanangkan Visi pembangunan Jakarta yang akan kami perjuangkan sebagai berikut:

Menuju Jakarta tahun 2022 yang Lebih Maju, Aman, Adil dan Sejahtera

MISI JAKARTA 2022

Dengan berpegang pada visi di atas, maka kami merumuskan misi pembangunan Jakarta sebagai berikut:

a. Mewujudkan Jakarta yang Maju
b. Mewujudkan Jakarta yang Aman
c. Mewujudkan Jakarta yang Adil
d. Mewujudkan Jakarta yang Sejahtera
e. Mewujudkan “Jakarta Hijau” (Green Jakarta) yang Lingkungannya Semakin Baik
f. Mewujudkan Jakarta yang Nyaman dan Bermartabat

Kami menyadari bahwa untuk mewujudkan Visi Jakarta 2022, kami perlu mempertimbangkan berbagai tantangan dan peluang yang tersedia. Kami memahami bahwa terdapat masalah-masalah yang sangat mendasar dan struktural di Jakarta, yang hanya bisa didekati dengan koordinasi dan kerjasama dengan banyak pihak. Ini kami anggap sebagai tantangan. Akan tetapi, kami juga optimistis dengan Jakarta. Fakta bahwa banyak dari warga Jakarta yang berasal dari kalangan menengah terdidik, ketersediaan sumber daya, serta sarana dan prasana Jakarta yang relatif maju, ditambah dengan dukungan yang kuat dari warga Jakarta, akan menghadirkan peluang sekaligus kekuatan dalam mencapai visi dan misi kami. (Bersambung)


Sebelum ke Yogyakarta, Cek Dulu Tarif Hotel dan Ulasannya
Ke Bandung? Cek Dulu Hotel, Tarif dan Ulasannya Disini
Cek hotel di Lombok, bandingkan harga dan baca ulasannya
Liburan ke Surabaya? Cari hotel, bandingkan tarif dan baca ulasannya
Cek hotel di Parapat, Danau Toba, bandingkan harga dan baca ulasannya
Bengkulu yang Sedang Bersinar, Cek hotel dan baca ulasannya




Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.