Survey LSPI: Ahok Cenderung Turun, Peluang Penantang Semakin Terbuka

Ilustrasi
JAKARTA, JO - Menjelang pendaftaran bakal kandidat Gubernur DKI Jakarta, Lembaga Survey Politik Indonesia (LSPI) kembali merilis survey pada 2 September 2016 untuk kedua kalinya dengan beberapa temuan penting dan menarik.

Menurut Direktur Riset LSPI Julpan Haris, incumbent Basuki Tjahaya Purnama (BTP) menunjukkan trend yang terus menurun, sementara para penantangnya ada kecenderungan meningkat dengan varian angka yang berbeda-beda.

Demikian hasil kesimpulan umum hasil survey yang dilakukan oleh Lembaga Survey Politik Indonesia (LSPI) yang dirilis pada hari Jumat, 2 September 2016 di Hotel Sofyan Tebet, Jakarta Selatan.

Survey LSPI dilakukan pada tanggal 22-28 Agustus 2016 dengan metode multistage random sampling dengan jumlah sampel 440 responden, dengan margin of error sebesar 4,8 persen pada tingat kepercayaan 95 persen. Penggalian data dilakukan dengan wawancara tatap muka langsung oleh tim surveyor yang terlatih.‎

Kata Julpan, terjadi gejala penurunan suara elektabilitas gubernur incumbent, Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) jika dibandingkan dengan survey LSPI sebelumnya. Pada Simulasi 4 nama calon gUbernur, Ahok dipilih oleh 35 persen, disusul Yusril Ihza Mahendra sebesar 30,4 persen, Tri Rismaharani 11,2 persen, dan Sandiaga Uno 5,8 persen dengan angka yang belum memutuskan sebesar 17,6 persen.

Pada survey LSPI sebelumnya dengan simulasi empat nama, Ahok mendapatkan 36,2 persen, Yusril 28,6 persen, Risma 9,4 persen, dan Sandiaga Uno 3,1 persen. Demikian pula pada data top of mind, Ahok cenderung terus turun, sementara penantangnya cenderung naik.

Beberapa alasan yang menjelaskan penurunan suara Ahok ini menurut pengakuan responden adalah banyaknya persoalan di DKI Jakarta yang dianggap tidak mampu diselesaikan, selain juga karena banyaknya kontroversi personality Ahok yang berkembang di media dan media sosial.

Kecenderungan penurunan ini paralel dengan angka ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja Ahok dalam persoalan pelayanan publik terutama persoalan kemacetan yang dianggap responden justru semakin meningkat. Isu lainnya yang dianggap memiliki sentimen negatif terhadap Ahok adalah isu korupsi yang melibatkan Ahok seperti reklamasi, sumberwaras dan rusun Cengkareng‎.

Sementara di sisi lain, beberapa calon lawan Ahok yang dianggap potensial, mengalami fluktuasi elektoral secara beragam. Yusril Ihza Mahendra mengalami kenaikan meski tidak signifikan. Demikian juga dengan Sandiaga Uno yang sudah disusung oleh Gerindra. Nama Risma yang paling banyak dianggap sebagai lawan potensial Ahok juga tidak mengalami kenaikan signifikan. Khusus soal Risma, responden beralasan ketidakpastian PDIP dalam menyalonkan Risma.

Data simulasi pasangan calon juga menunjukkan data yang menarik. Jika Ahok bersama Djarot berhadapan-hadapan dengan Yusril Ihza-Sandiaga Uno, selisih perolehan keduanya terpaut hanya 11 persen, Ahok-Djarot 48,8 persen dan Yusril-Sandi 37,3 persen dengan angka yang belum memutuskan sebesar 13,9 persen.

Jadi, survey LSPI juga menunjukkan potensi pasangan Yusril Ihza Mahendra-Sandiaga Uno jika mereka berpasangan dapat mengejar calon incumbent jika berpasangan dengan Djarot. ‎Jika pilkada terdiri dari tiga pasangan, maka maka potensi untuk terjadinya dua putaran sangat tinggi dan Ahok berpeluang untuk dikalahkan oleh lawan politiknya.

Selain temuan soal incumbent Ahok yang menunjukkan trend yang terus menurun, suvey juga menunjukkan pengetahuan warga seputar pilkada yang terus meningkat.

Warga DKI semakin mengenali para kandidat, karakter dan isu-isu yang menyertainya. Warga DKI Jakarta mengaku mengkhwatirkan beberapa hal terkait pilkada DKI Jakarta yang akan digelar pada Februari 2017 mendatang.

Menurut hasil survey LSPI, warga Jakarta paling mengkhawatirkan Pilkada DKI tidak akan mengubah masalah Jakarta yang paling utama, yakni kemacetan dan banjir (32,7 persen). Warga juga mengkhawatirkan pilkada DKI Jakarta tidak akan menghasilkan pemimpin yang amanah.

Temuan penting dan menarik lainnya adalah warga DKI Jakarta mengkhawatirkan sentiment etnis dan agama yang terus meningkat jelang Pilkada (17 persen) dan terjadi kerusuhan (3,2 persen). Temuan ini menjadi penting untuk semua pihak sebagai peringatan dan mengupayakan segala bentuk antisipasinya.

Ketika ditanyakan tentang informasi seputar masalah dan isu kandidat yang bakal maju, responden juga mengaku mengetahui lebih banyak. Beberapa masalah atau sifat negatif Ahok misalnya, menurut responden adalah Komunikasi yang buruk dan cenderung kasar, mudah mencari kesalahan orang lain, kurang menghargai orang lain dan dinilai tidak konsisten. Sementara Yusril dinilai oleh responden memiliki tampang sinis, ada masalah perceraian dengan istrinya dan dianggap sulit mendapatkan kendaraan partai.

Sandiaga Uno menurut repsonden juga dinilai banyak isu yang melilitnya. Responden mengetahui beberapa Sandi yang diduga terlibat kassus pencucian uang Nazaruddin hingga sering dipanggil KPK pada saat awal kasus Nazarudin muncul. Bahkan, keterlibatan hubungan asmara Sandiaga dengan artis juga diketahui oleh responden.

Selain itu, Sandi juga diketahui oleh responden diduga terlibat kasus Depo Pertamina Banten. Sementara itu, pada kasus Risma, menurut responden adalah Risma dianggap belum tentu tahu problem di DKI Jakarta yang kompleks dan tidak adanya kejelasan dukungan dari PDIP. Sementara Budi Waseso dianggap oleh responden terkesan arogan dan susah dilirik partai. (amin)

Sebelum ke Yogyakarta, Cek Dulu Tarif Hotel dan Ulasannya Ke Bandung? Cek Dulu Hotel, Tarif dan Ulasannya Disini Cek hotel di Lombok, bandingkan harga dan baca ulasannya Liburan ke Surabaya? Cari hotel, bandingkan tarif dan baca ulasannya Cek hotel di Parapat, Danau Toba, bandingkan harga dan baca ulasannya

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.