Niken Arumdati
MATARAM, JO- Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dikenal sebagai destinasi pariwisata utama di Indonesia. Namun, di tengah kerja keras daerah ini melakukan pembangunan ternyata ada persoalan sangat serius menghadang yakni parahnya pasokan listrik.

Kondisi ini ternyata menjadi motivasi Niken Arumdati, gadis peraih MSc dalam teknologi energi berkelanjutan (sustainable energy technology) Eindhoven University of Technology, Belanda ini untuk terlibat aktif dalam pengembangan energi baru dan terbarukan di daerahnya.

Maklum, NTB bukanlah provinsi penghasil energi fosil. Batubara didatangkan dari Kalimantan, sedangkan PLTD berasal dari Bali. Akibatnya, di tengah permintaan listrik yang terus meningkat di atas 11 persen per tahun, daerah ini pun minus pasokan energi.

“Kapasitas terpasang energi terbarukan pada tahun 2015 hanya 14 Megawatt, sedangkan potensi energi terbarukan belum dikembangkan secara optimal, apalagi daerah kami bukan penghasil energi fosil. Jadi kalau cuaca buruk dan pasokan tidak lancar maka kami padam lagi," kata Niken saat ditemui di Mataram, belum lama ini.

Niken yang sehari-harinya bekerja di Dinas ESDM Pemprov NTB di Mataram ini, pun mengambil posisi terdepan untuk mendorong pemanfaatan energi baru dan terbarukan di daerahnya. Maklum saja dari hitung-hitungan yang dibuatnya, untuk tenaga air saja NTB bisa menghasilkan 96,5 MW.

"Belum lagi energi lain seperti matahari, angin, arus dan lainnya. Energi inilah yang menjadi concern saya sejak lama," ucap Niken.

Perempuan kelahiran Dompu, 25 April 1983 ini pun berikhtiar untuk mengabdikan hidupnya untuk mendorong pengembangan energi terbarukan ini. Dengan dukungan Gubernur NTB dan para seniornya di Dinas ESDM, dia menghabiskan waktunya bukan hanya mendiskusikan perkembangan pembangunan energi juga untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan energi, tapi khususnya untuk mendukung program ketenagalistrikan di daerah pedesaan.

Dalam hal ini, Niken Arumdati punya tugas penting utnuk mendorong inisitif masyarakat lokal untuk mendukung program ketenagalistrikan. Dalam pandangan gadis yang lulus jurusan elektro dari Universitas Mataram ini, pembangunan pembangkit listrik berbasis masyarakat lokal sangat penting perannya di NTB.

Itu sebabnya Niken selalu melakukan perjalanan dari desa ke desa, menghadapi kondisi alam yang sulit untuk mengembangkan energi terbarukan ini. Ia mendengar keluhan masyarakat dan melihat langsung bagaimana pelaksanaan kegiatan pembangkit listrik yang merupakan inisiatif warga secara swadaya, atau proyek dari pusat maupun investasi swasta.

"Kebetulan saya ada teman dari Universitas Mataram yang memang hobi jalan. Saya senang melakukannya karena saya ingin mengabdikan diri di bidang ini," kata Niken.

Selain melelahkan dan menyita banyak waktu, tidak jarang dia juga harus mengeluarkan uang dari kantongnya sendiri, dan tidak berhitung-hitung kerugian untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan tugasnya di tengah masyarakat.

Ada-ada saja yang dia temukan disana yang membuat sedih dan juga gembira. Ia mengaku sedih ketika melihat tidak sedikit proyek bantuan dari pusat terbengkalai alias ditinggal begitu saja. Tidak sedikit investor yang punya niat untuk investasi di bidang energo terbarukan akhirnya mundur setelah tidak ada kejelasan mengenai perizinan.

Tapi dalam banyak kisah sedih itu, Niken juga menemukan masih banyak masyarakat NTB yang mau berkorban mau membangun PLTA secara sendiri untuk kepentingan orang banyak.

"Saya suka terharu kalau mengingat ketulusan mereka," sambung Niken. Sebaliknya, dia sangat geram ketika mendapati di lapangan ada sejumlah proyek pembangkit listrik dari pusat terbengkalai alias mati.

Sebagai seorang perempuan Niken mengaku tidak sedikit pun merasa terhalangi dalam menjalankan tugasnya. Ia bahkan bangga sebagai seorang perempuan dalam usia muda bisa berkontribusi bagi masyarakat dan daerahnya dalam mengatasi krisis listrik.

Dalam pandangan Niken, harus ada kebijakan yang berpihak kepada masyarakat dalam urusan listrik ini, sebab rakyat memang berhak atas listrik, sekaligus berpihak kepada perubahan iklim. Apalagi, kata dia, mainstream perubahan iklim sudah masuk pada RPJMD Provinsi NTB tahun 2013-2018 dan perlu diadopsi pada RPJMD mendatang oleh 10 Kabupaten/ Kota yang ada di NTB.

Gubernur NTB sendiri sudah mengeluarkan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 51 tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK), dimana salah satu aksi mitigasi di sektor energi adalah pembangunan instalasi energi berbasis EBT.

Masalahnya di NTB, menurut Niken, belum ada koordinasi lintassektor dan regulasi yang prokepada pengembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan, rumitnya perizinan dan rendahnya dukungan anggaran daerah membuat persoalan ini semakin rumit dan seperti benang kusut.

Dikatakan, inisiatif setempat seperti pembangunan mikro hidro yang bersifat off-grid (di luar jaringan PLN) dapat dibangun agar pembangkitan listrik dapat keberlanjutan dan tidak bergantung PLN. Selain itu, pembangunan pembangkit listrik on grid PLN jangan sampai berkompetisi dengan pembangkit listrik off-grid yang dikelola oleh masyarakat.

"Terus terang saya sering kesal ketika begitu PLN masuk dan PLTA yang dikelola masyarakat menjadi mangkrak. Seperti di Kecamatan Lingsar, Lombok Barat PLTA 50 Kw hanya dihargai Rp400 /KWh. Ini regulasi tarif memang harus ada sehingga ada kepastian," harap Niken.

Perempuan yang sering beroperasi dengan menggunakan dana pribadi ini juga menyerukan semua pihak untuk bersatu dan satu visi untuk mengatasi persoalan energi ini.

"Misalnya dengan kehutanan, kita lihat tidak bisa dipisahkan sebab kalau tidak ada air tidak ada listrik. Tantangan kita adalah bagaimana menjalankan konservasi hutan dengan pembangkit listrik. Jadi tidak hanya sisi hilir saja tapi hulu juga," begitu Niken.

Ketahanan energi bahkan terkait dengan perubahan iklim. Baru baru ini Niken bekerja sama dengan Climate and Development Knowledge Network (CDKN, program internasional yang didukung pemerintah Inggris dan Belanda) serta universitas di NTB mempromosikan energi terbarukan

“Energi terbarukan sangat membantu mengurangi emisi karbon. Dengan demikian, menurutnya, alangkah baiknya ketika ketahanan energi dan ketahanan perubahan iklim dimasukan dalam strategi pembangunan daerah,” ucapnya.

Dan dia berjanji tidak akan berhenti untuk tetap memperjuangkan terpenuhinya hak rakyat atas listrik melalui pengembangan energi baru dan terbarukan yang jumlahnya melimpah di NTB. (jo-2)

Sebelum ke Yogyakarta, Cek Dulu Tarif Hotel dan Ulasannya Ke Bandung? Cek Dulu Hotel, Tarif dan Ulasannya Disini Cek hotel di Lombok, bandingkan harga dan baca ulasannya Liburan ke Surabaya? Cari hotel, bandingkan tarif dan baca ulasannya Cek hotel di Parapat, Danau Toba, bandingkan harga dan baca ulasannya

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.