Salah satu kelas di SWA
JAKARTA, JO- Sejumlah orang tua murid mendesak Mendikbud Anies Baswedan untuk bertindak tegas terhadap standar pendidikan sekolah-sekolah yang mengklaim sekolah internasional namun dengan kualitas pendidikan dan guru-guru yang tidak memadai.

"Kami meminta kepada Mendikbud Anies Baswedan untuk menindak sekolah-sekolah ini,” kata Christovita Wiloto, orang tua murid yang anak-anaknya bersekolah di Sinarmas World Academy (SWA) BSD, Tangerang.

Saat dihubungi wartawan dari Jakarta, hari ini, Christovita Wiloto mengaku aksi protes orang tua murid terkait kinerja SWA memang sudah sering terjadi. Bahkan tahun 2013 terjadi demo besar yang memprotes sikap otoriter pihak pemilik sekolah yang memecat CEO Sinarmas World School John McBryde, karena menilai John McBryde merupakan kunci bagi keberhasilan pendidikan di sekolah ini.

Setelah dipecatnya John McBryde, terjadi gelombang pemecatan pun juga dilakukan terhadap para guru lain yang umumnya berasal dari Amerika, Eropa dan Australia. Guru-guru ini dinilai memiliki kompetensi yang baik yang diyakini para orang tua murid sangat membantu murid-murid.

“Setelah McBryde dan guru-guru lain keluar jumlahnya lebih dari 30 guru, para orang tua murid pun beramai-ramai mengeluarkan anak-anak mereka dari SWA, yang jumlahnya 200 ratusan murid. Hal itu selain karena sikap sewenang-wenang pihak sekolah terhadap guru asing itu, juga karena guru-guru yang keluar itu dinilai orang tua murid sebagai guru-guru terbaik untuk sekolah internasional,” kata Christov, yang pernah melakukan advokasi terhadap kasus pembunuhan mahasiswa Indonesia, alm David Hartanto Widjaya di NUS, National University Of Singapore tahun 2009 lalu.

Bayangkan, lanjut Christov, guru-guru asing itu dikeluarkan dengan semena-mena tanpa melihat kesulitan mereka untuk segera pulang ke negara masing-masing. Ini sangat mencoreng reputasi pendidikan Indonesia di kalangan internasional.

Setelah itu, mereka digantikan oleh guru-guru yang terkesan asal comot dan memiliki kualifikasi yang jauh lebih rendah dari guru sebelumnya. Makin aneh lagi, karena biaya pendidikan pun terus dinaikkan.

Repotnya, kata dia, dalam situasi anak-anaknya menjelang kelulusan, tidak mungkin dia memindahkan anak-anaknya begitu saja ke sekolah lain.

“Sayangnya saya waktu itu itu tidak terlalu mengerti persoalan dan mempertahankan anak-anak saya tetap di SWA. Sekarang saya benar-benar menyesal apalagi seperti tersandera seperti saat ini,” ujar Christov lagi.

“Jadi ibaratnya, kami merasa seperti tersandera oleh pihak sekolah. Apalagi pihak sekolah selalu bersikap otoriter dengan menaikkan uang sekolah, padahal kami harus bersusah payah untuk mencarikan les tambahan kepada anak-anak kami yang sudah di SMA agar bisa mengejar ketertinggalan mereka,” sambung Christov, yang adalah Founder & Chairman IYE! (Indonesian Young Entrepreneurs).

Selain karena tersandera, dia merasa terjebak karena sikap otoriter pihak sekolah yang menaikkan “Dulu uang sekolahnya sekitar Rp100 juta, dinaikkan menjadi Rp200 juta. Kalau tidak membayar tepat waktu orang tua dinaikkan Rp50 juta,” katanya. Padahal guru-guru yang dipakai mengajar di sana tidak lagi seperti pada tahun-tahun awal.

Ketika ditanya apa yang menjadi latar belakang kenapa dirinya memilih SWA menjadi tempat sekolah anaknya dulu, Christov menyebut, hal itu karena melihat pada kurikulum IB yang dipakai, dan John McBryde sangat maju dengan menggunakan laptop Apple Macintosh generasi terbaru untuk murid-muridnya. Selain tentunya, karena lokasi sekolah berdekatan dengan tempat tinggalnya di BSD.

SWA berdiri di atas lahan seluas 51.946 m2 dan berlokasi di Jalan Pahlawan Seribu, CBD Lot XV, Kelurahan Cilenggang, Serpong, BSD City, Tangerang. Sekolah ini diperkenalkan kepada publik pada 3 November 2007.

Dihubungi terpisah, pihak SWA menyebut  perubahan kurikulum dikomunikasikan sejak setahun lalu. “Orang tua sudah kita beritahu kok,” kata Deddy Djajaria, business manager SWA.

Begitu juga soal pembayaran biaya sekolah. Menurutnya, pihaknya sudah melakukan sosialisasi jauh-jauh hari, dan memang setiap sekolah pasti memiliki sistem pembayarannya masing-masing.

Deddy yang didampingi Sofia Tanuwaty dan sejumlah pengurus SWA lainnya, menyinggung juga soal demo yang dilakukan para orang tua beberapa waktu lalu, dan menurutnya hanya dilakukan beberapa orang tua.

Dia bahkan membantah John McBryde dipecat. “Tidak ada pemecatan, dia mengundurkan diri," sambungnya. (jo-2)

Sebelum ke Yogyakarta, Cek Dulu Tarif Hotel dan Ulasannya Ke Bandung? Cek Dulu Hotel, Tarif dan Ulasannya Disini Cek hotel di Lombok, bandingkan harga dan baca ulasannya Liburan ke Surabaya? Cari hotel, bandingkan tarif dan baca ulasannya Cek hotel di Parapat, Danau Toba, bandingkan harga dan baca ulasannya

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.