Depok 16 Tahun, Dari Jalan Sempit Kecamatan Menjadi Kota Mall dan Apartemen

Pembangunan jalan di sekitar Jalan Margonda Raya, Depok.
DEPOK, JO- Kota Depok sebentar lagi akan merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-16, tepatnya pada 27 April 2015. Di usia 16, Depok tumbuh menjadi kota metropolitan dengan jumlah penduduk lebih dari dua juta jiwa.

Apa saja yang menjadi kemajuan di Depok selama ini?

Kalau dilihat dari sejumlah prestasi, memang kota yang berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta ini memiliki catatan cukup bagus di tingkat provinsi maupun nasional.

Sebut saja, ketika Depok meraih Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ketiga dari seluruh kota/kabupaten di Indonesia dan tertinggi di Jawa Barat, dengan nilai 80,58.

“Ini salah satu prestasi yang harus kita syukuri disamping banyak prestasi lainnya,” kata Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail di Balaikota Depok, belum lama ini.

Dijelaskan Nur Mahmudi, Depok dahulu adalah sebuah kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian mendapat status kota administratif pada 1982.

Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan menjadi kotamadya (sekarang: kota) yang terpisah dari Kabupaten Bogor. Kota Depok terdiri atas 11 kecamatan, yang dibagi menjadi 63 kelurahan. Depok merupakan kota penyangga Jakarta.

Ketika menjadi kota administratif pada 1982, penduduknya hanya 240.000 jiwa, dan ketika menjadi kotamadya pada 1999 penduduknya 1,2 juta jiwa, kini jumlah penduduk Kota Depok lebih dari dua juta jiwa. Dahulu jalan-jalan di Depok sangat sempit, kiri sangat lebar dan hampir semua dibeton termasuk jalan-jalan lingkungan.

Sejak Juni 2012, Nur Mahmudi telah menetapkan program One Day No Car, yaitu program satu hari tanpa mobil bagi pejabat Pemkot Depok yang dilakukan tiap Selasa.

Banyaknya pusat perbelanjaan seperti mall, hotel hingga apartemen di kota ini memang memberikan warna kemeriahan baru, termasuk pusat-pusat kuliner yang selalu ramai dikunjungi pengunjung.

Maklum, sejak lama memang Depok dan umumnya wilayah selatan Jakarta merupakan tempat permukiman yang banyak tumbuh. Mereka biasanya bekerja di DKI Jakarta dan pulang untuk istirahat dan makan di Depok. Tidak heran jika pusat perbelanjaan dan kuliner ini bertumbuh pesat.

Hanya saja, makin banyaknya warga yang bertempat tinggal di Depok hingga ke selatannya membuat lalu-lintas macet hampir setiap hari, khususnya di Jalan Margonda Raya.Meskipun dilakukan pelebaran jalan beberapa waktu lalu namun masih belum bisa mengimbangi laju pertumbuhan jumlah kendaraan yang keluar-masuk ke Depok.

Diharapkan dengan dibukanya jalan alternatif baru yang bisa memecah arus lalu-lintas kendaraan akan mampu mengurai kemacetan ini di kemudian hari. Termasuk mendistribusikan pusat keramaian sehingga tidak hanya menunjuk di Jalan Margonda Raya saja. (gayus)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.