Mahasiswa Poltek Kepala Sawit CWE praktik lapangan.
JAKARTA, JO- Bekerja di perkebunan menjadi pilihan yang paling disyukuri pria ini. Hidup tenang yang jauhdari kebisingan kota, sehat, serta tingkat ekonomi yang mapan menjadi terwujud, di samping jenjang karir yang juga terus menanjak.

Hal ini diakui oleh Rozi Ariandi, AMd, alumnus Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (CWE), Cibitung, Bekasi, Jawa Baratini. Lulusan CWE tahun 2010 tersebut kini menjadi Kepala KTU di PT Citra Sawit Lestari, Kalimantan Timur (Kaltim).

"Kehidupan di kebun itu tenang dan lebih sehat karena setiap hari kita berkutat dengan lingkungan yang asri dan jauh dari polusi maupun hiruk-pikuk perkotaan. Saya sangat bersyukur bisa bekerja di perkebunan, apalagi saya juga bisa mengumpulkan uang untuk membeli rumah, kendaraan,dan kebutuhan keluarga lainnya," kata Rozi di
Jakarta, hari ini.

Ia pun mengisahkan pengalamannya ketika kuliah di Politeknik Kelapa Sawit CWE. "Awalnya saya tidak mengerti apa itu budidaya kelapa sawit. Tapi setelah kuliah selama 3 tahun di kampus ini saya menjadi paham, bahkan akhirnya menjadi lulusan terbaik tahun 2010," sambungnya.

Politeknik Kelapa Sawit CWE merupakan satu-satunya politeknik kepala sawit di Indonesia, dan lulusannya 100 persen terserap di dunia kerja yakni di perkebunan sawit yang ada di Indonesia bahkan luar negeri.

Politeknik ini berlokasi di RawaBenteng, Cibuntu, Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, dan berdirisejak 3 Agustus 2006 dengan tiga program studi yakni Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit, Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Kelapa Sawit, dan Manajemen Logistik.

Menurut Rozi ini pulalah yang menjadi alasan lain mengapa dia memilih kuliah di kampus ini. “Pilih mana; kuliah S1 di universitas atau kampus lainnya tapisulit mendapatkan pekerjaan atau di kampus yang langsung diterima bekerja bahkan sebelum lulus? Saya memilih untuk langsung kerja,” kata Rozi.

Sementara alumni CWE lainnya, Heki Aprilyanto, AMd, yang merupakan alumnus tahun 2009. Saat ini dia bekerja sebagai Koodinator Service Agronomi PT Hindoli, Palembang, Sumatera Selatan.

"Kalau disebut mapan sebenarnya relatif, tapi saya mengalami sendiri bahwa secara ekonomi bekerja di perkebunan sangat menjanjikan dan lebih mapan. Bagi para mahasiswa yang ingin segera bekerja, kuliah di kampus yang mengkhususkan diri di bidang kelapa sawit menjadi pilihan paling tepat. Untuk apakuliah di kampus yang belum tentu juga bisa langsung bekerja?" tanya Heki.

Dikatakan Heki, dirinya tertarik dengan bidang komputer, namun setelah mengenal kelapa sawit dirinya mulai berubah dan justru semakin tertarik dengan bidang perkebunan kelapa sawit dan memutuskan masuk ke Poltek CWE.

"Kuliah di CWE selama 3 tahun menjadi bekal berharga bagi saya, lantaran semua ilmu yang saya dapat selama kuliah semua terpakai di dunia kerja," ucap Heki.

Seperti Rozi, Heki juga pada akhirnya menjadi lulusan terbaik di Politeknik CWE. Kampus ini juga menekankan pada studi yang fokus dalam bidang perkelapasawitan, dengan kurikulum berbasis kompetensi industri, pengajar dari praktisi berpengalaman, serta biaya yang terjangkau dan bantuan beasiswa/sponsor bagi yang memenuhi syarat.

Sementara itu, Direktur Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Stephanus Nugroho Kristono mengatakan, adalah wajar jika setiap orang tua menghendaki agar anaknya bisa kuliah di kampus yang bisa langsung bekerja setelah lulus.

"Bukan hanya orang tua tapi siswa juga menghendaki hal yang sama, sehingga mereka akan memilih kampus yang memiliki jaringan erat dengan dunia kerja seperti Poltek CWE ini," kata Nugroho.

Apalagi, lanjutNugroho, kebutuhanakan SDM perkelapa sawitan akan tetap tinggi hingga masa mendatang dikarenakan banyaknya perusahaan perkebunan kelapa sawit yang senantiasa membutuhkan tenaga terampil yang terdidik dan terlatih.

"Apalagi kampus kami juga memperhatikan asas pembangunan yang kesinambungan (sustainable development) dalam setiap aspek mata kuliah dan prakteknya," kata Nugroho.

Nugroho menggambarkan, kebutuhan SDM untuk regenerasi tenaga kerja berusia lanjut serta kebutuhan tenaga kerja untuk pengembangan lahan kelapa sawit yang baru, setidaknya memerlukan antara 4.850 hingga 6.420 tenaga terdidik dan terlatih setiap tahunnya.

Ribuan tenaga kerja itu akan mengisi berbagai posisi antara lain general manager, manajer kebun, manajer pabrik, asisten kepala, kepala tata usaha, asisten kebun, asisten pabrik, asisten traksi, pengukuran, dan alat berat; asisten hama dan penyakit, serta mandor kebun hingga kerani. (jo-2)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.