Sekolah di Pinggiran Danau Toba Keluhkan Kurangnya Air Bersih

Penampungan air hujan di SMPN1 Ajibata (kiri). (lian)
MEDAN, JO- Ibarat pepatah mengatakan tikus mati di lumbung padi, seperti itulah nasib warga yang bermukim di sekitar Danau Toba, yang ada di lumbung air tapi krisis air bersih.

Tidak hanya karena pencemaran air danau, yang memaksa warga untuk berlangganan air dengan mahal, tapi para murid di sejumlah sekolah pun terpaksa harus menunggu air hujan untuk bisa buang hajat.

Lihat saja apa yang dialami para siswa SMPN1 Ajibata, Desa Sijambur, Kecamatan Ajibata, Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara (Sumut) ini. Toilet sudah ada sehingga siswa tidak perlu lagi ngumpet buang hajat di bawah pohon. Tapi karena air tidak ada, mereka pun tidak mau buang air di toilet tapi kembali lagi berlari ke arah pepohonan.

Menurut Kepala sekolah SMPN1 Ajibata Marningotan Sinaga yang ditemui di Ajibata, Senin (22/11), sejak sekolah ini berdiri tahun 2003, mereka hanya mengharapkan air hujan yang ditampung untuk mengisi penampungan air di toilet.

"Saya sudah meminta bantuan kepala desa supaya mau menyalurkan air ke sekolahan ini yang bertempat di dataran tinggi. Kami juga terus mengusulkan di setiap musrembang agar sekolah kami dialiri air. Tapi belum pernah terealisasi," katanya kepada JakartaObserver.com.

Sementara Kepala Desa Sijambur Amran Manik mengatakan air untuk SMP N1 sementara diambil dari perdesaan Sijambur dan disalurkan ke sekolah dengan pompa air. Namun apa daya kemampuannya memang tidak memadai.

"Saya sudah meminta Viktor Silalahi sewaktu beliau masih menjabat di DPRD Tobasa untuk mengusulkan air bersih kepada sekolah. Viktor mengatakan, usul itu akan terealisasi tahun 2015 yang akan datang. Apakah betul atau tidak saya hanya bisa menunggu dan terus mengusulkan, karena saya sangat peduli terhadap dunia pendidikan," lanjut Amran Manik.

Kepala sekolah dan kepala desa ini berharap pihak pemerintahan terutama Kadis Dikmen segera memerhatikan fasilitas SMP N1 Ajibata. Termasuk untuk urusan transportasi. Masalahnya, karena kondisi jalan yang tidak memadai, banyak pengemudi angkutan yang enggan mengantarkan anak sekolah ke sekolah ini.

Bahkan 1 trip untuk seharinya sehingga siswa yang ketinggalan angkot harus berjalan kaki beberapa kilometer dengan kondisi jalan menanjak. "Kalau saja dalam situasi seperti ini pihak pemda mau menyediakan bus sekolah, tentu kita akan berterima kasih. Kita jadi malu dengan kabupaten sebelah (Simalungun-Red) yang justru sangat memerhatikan anak sekolah," kata Murni, seorang warga Ajibata. (lian)

Cek Hotel di Jakarta, Bandingkan Tarifnya | Cek Hotel di Parapat, Danau Toba, Bandingkan Harga dan Baca Ulasannya | Cek Hotel di Bandung, Bandingkan Tarif dan Baca Ulasannya | Cek Hotel di Surabaya, Bandingkan Tarif dan Baca Ulasannya
Mengunjungi London? Cek Daftar Hotel, Bandingkan Tarif dan Baca Ulasannya | Wisata ke New York? Cek Daftar Hotel, Bandingkan Tarif dan Baca Ulasannya | Jalan-jalan ke Las Vegas? Cek Daftar Hotel, Bandingkan Tarif dan Baca Ulasannya

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.