Ridwan Mukti
SEBUAH perayaan digelar di Desa Napalicin, Kecamatan Ulu Rawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, awal Maret 2012 lalu. Warga berjubel di sisi kanan-kiri jalan. Anak-anak sekolah berseragam lengkap melambai-lambaikan bendera Merah Putih di tangannya. Mereka sepertinya tak sabar menunggu kehadiran pemimpin mereka, Bupati Musi Rawas H Ridwan Mukti.

“Ini perayaan yang sudah lama kami tunggu-tunggu,” begitu kata Suhardiman, seorang tokoh masyarakat di kecamatan ini. Wajah pria itu tampak berbinar-binar. Kata dia, acara hari ini sesuatu yang berkaitan dengan nazar yang pernah mereka buat.

Ceritanya, begitu Suhardiman, masyarakat desa ini pernah bernazar akan memotong kerbau, dan mengundang khusus Bupati H Ridwan Mukti untuk hadir atas segala keberhasilan pembangunan yang telah mereka rasakan. “Nazar itu kami lunasi sekarang, dan kami mengundang Bapak Bupati,” kata Suhardiman.

Hari itu sengaja dipilih, karena bertepatan dengan peresmian SMPN Napalicin, melengkapi sekolah yang sudah ada mulai TK, SD, SMP hingga SMA kelas jauh yang sudah ada di daerah mereka. Sekaligus menjadi tonggak baru bagi daerah ini setelah melepas diri dari kemiskinan dan ketertinggalan.

Benar saja, begitu H Ridwan Mukti terlihat di ujung jalan, sorak-sorai semakin riuh-rendah. Tua-muda mengerubung. Senyum cerah tampak di wajah mereka. Beberapa diantaranya tampak memeluk H Ridwan Mukti, dan mantan anggota DPR RI itu pun tak segan-segan mengangkat anak-anak sekolah di pundaknya; sebuah keakraban yang selalu terlihat sejak H Ridwan Mukti terpilih menjadi bupati pada 2005 lalu.

Kecamatan Ulu Rawas sebelum 2005 memang dikenal sebagai daerah paling terisolir dan paling tertinggal di Kabupaten Musi Rawas, dan tentu juga di Sumsel. Sebelum Ridwan Mukti memimpin Kabupaten Musi Rawas, untuk menjangkau daerah tersebut hanya bisa melalui jalur air atau perahu ketek dengan medan yang luar biasa membahayakan. Bahkan listrik pun tidak ada sehingga desa-desa disini selain gelap juga tidak produktif.

Percaya atau tidak, untuk jembatan saja, hingga ke Muara Kulam, contohnya, jumlahnya ada 37 unit yang harus dibangun, belum lagi hingga ke Kuto Tanjung. Selain itu, pada awalnya harus membuka rintisan untuk kemudian membelah perbukitan untuk membuat jalan. Bahkan banyak pihak yang pesimis terhadap keseriusan pemerintah daerah untuk membuka jalan ke sana.

Namun di bawah pengawasan langsung Bupati H Ridwan Mukti, semuanya bergerak begitu cepat, dan kondisi jauh lebih baik dari sebelumnya. Ulu Rawas kini makin maju. Perekonomian masyarakat makin menggeliat, bahkan investor mulai melirik investasi di kecamatan yang kaya akan bahan tambang, mineral dan potensi besar untuk kawasan perkebunan itu.

Kini, setiap orang yang akan ke sana tidak lagi harus menginap jika ingin berkunjung, karena perjalanan harus menempuh waktu lebih dari tujuh jam. Warga sudah bisa pulang pergi ke Lubuk Linggau dalam satu hari.

Kisah-kisah yang sama juga dialami di 20 kecamatan lainnya yakni Suku Tengah Lakitan Ulu Terawas, Bulang Tengah Suku Ulu, Jayaloka, Karang Dapo, Karang Jaya, Megang Sakti, Muara Beliti, Muara Kelingi, Muara Lakitan, Nibung, Purwodadi, Rawas Ilir, Rawas Ulu, Rupit, Selangit, Sukakarya, Sumber Harta, Tugumulyo, Tiang Pumpung Kepungut, dan Tuah Negeri.

Kabupaten Musi Rawas memiliki luas 1.236.582,66 ha atau 12.365,83 km² dengan penduduk 454.142 jiwa (2003). Dengan luas seperti itu, Kabupaten Musi Rawas lebih luas dari Provinsi Bengkulu, dan Provinsi Gorontalo. Luasnya daerah menjadi tantangan tersendiri bagi kabupaten ini. Tak heran jika banyak yang menyebut, problematika pembangunan Musi Rawas menjadi miniatur Indonesia.

Pendidikan berkarakter dan SDM unggul

PENDIDIKAN dan peningkatan kualitas sumber daya manusia demi nilai tambah (added value) daerah, memang menjadi isu utama dalam kepemimpinan H Ridwan Mukti selama lima tahun pertama pemerintahannya (2005-2010), dan periode lima tahun kedua (2010-1015). Hal itu muncul dari pemahaman bahwa pendidikan adalah sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan, keharkatan dan kemartabatan.

Cek Hotel di Jakarta, Bandingkan Tarifnya | Cek Hotel di Parapat, Danau Toba, Bandingkan Harga dan Baca Ulasannya | Cek Hotel di Bandung, Bandingkan Tarif dan Baca Ulasannya | Cek Hotel di Surabaya, Bandingkan Tarif dan Baca Ulasannya

Pendidikan, menurut H Ridwan Mukti, tidak hanya melahirkan kaum intelektual yang pintar, tapi yang memiliki keimanan dan ketaqwaan. Itu sebabnya, Program Musi Rawas Darussalam, sebagai sebuah rumusan perabadan baru menjadi tiang penting dalam membangun pendidikan dan sumber daya manusia yang unggul dan mulia di Musi Rawas. Aspek inilah yang "dipadukan" sejak awal, termasuk memadukan langkah antarsektor untuk duduk satu meja mengawal pembangunan bidang ini, dan disusunnya sebuah road map pendidikan dengan landasan dan arah yang jelas, serta kerja keras di semua lini, dengan karakter spiritualitas (religiusitas) dan kebangsaan menyatu di dalamnya.

Maklum, delapan tahun lalu, kabupaten ini termasuk kabupaten tertinggal, dengan kantong-kantong kemiskinan. Luasnya daerah, minimnya anggaran, infrastruktur yang jauh tertinggal dan kondisi sosial kemasyarakatan yang mudah mengalami gesekan, membuat persoalan semakin rumit.

Ibarat grafik, posisi Musi Rawas berada di bawah titik nol, sehingga diperlukan langkah serba keras dan cepat untuk mengembalikannya ke titik normal dan bahkan melaju mengejar ketertinggalan dari daerah-daerah lain. "Kondisi yang ada memaksa kita melakukan dengan speed (kecepatan-Red) yang tinggi," kata Ridwan.

Tiga langkah ini pun dieksekusi dengan cepat dan tepat, yakni: membangun mengejar pembangunan infrastruktur pendidikan yang merata untuk memberikan akses yang semakin mudah bagi setiap anak untuk mengecap pendidikan; meningkatkan kualitas pengajaran melalui peningkatan kualitas guru dan pemberian akses kepada siswa/siswi untuk mengembangkan kemampuannya dalam belajar; mengembangkan landasan karakter keagamaan sebagai landasan untuk membangun kecerdasan spiritual melalui Program Musi Rawas Darussalam, termasuk di lingkungan pendidikan.

Sebagai contoh, H Ridwan Mukti membuat target tinggi untuk pemberian akses yang semakin mudah, dengan mencanangkan "1 desa minimal sudah ada 1 SDN/MI, 1 kecamatan minimal sudah ada 2 SMPN, dan 1 kecamatan minimal sudah ada 1 SMAN/SMK". Target ini tahun 2010 sudah tercapai, membalikkan keadaan tahun 2005; ketika masyarakat masih sangat sulit untuk mengenyam pendidikan akibat keterisolasian dan minimnya sarana-prasana pendidikan.

Selain itu, H Ridwan Mukti juga melompat jauh ke depan, dengan gagasan-gagasan besarnya. Sebagai penghargaan kepada guru, misalnya, selain mendorong kualitas dan kesejahteraan mereka, H Ridwan Mukti menggagas dibangunnya Guru Convention Center, yang kelak akan menjadi venue konvensi pertama di Sumatera Selatan; serta pembangunan Universitas Musi Rawas.

Disisi lain, dia membentengi masyarakat dari intrusi budaya-budaya negatif dari luar yang bisa merusak upaya pembangunan manusia di daerahnya. Sebut saja bagaimana dia berjuang keras untuk membendung narkoba, termasuk melarang penyelenggaraan pesta malam. Bahkan, di kalangan birokrasi, H Ridwan Mukti pun memulai sebuah gagasan besar untuk memperbaiki kinerja birokrasi dengan mengikuti pengajian rutin bulanan SKPD.

Hasilnya bisa dinikmati masyarakat, antara lain dengan berdirinya bangunan-bangunan baru sekolah termasuk pemeliharaannya, peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) yang bertumbuh sehat dari tahun ke tahun, semakin tingginya angka melanjutkan sekolah, berkurangnya secara drastis angka buta huruf, dan semakin baiknya rasio guru:siswa dan indikator lainnya secara signifikan.

Rupanya, dalam pandangan H Ridwan Mukti melesatnya pembangunan fisik dan ekonomi di kabupaten ini selama lima tahun pertama kepemimpinannya, seperti diduga, telah diikuti dengan permintaan sumber daya manusia yang semakin berkualitas, entah itu SDM profesional maupun di dalam birokrasi.

Upaya tersebut semakin dimudahkan dengan terbukanya akses udara, yakni penerbangan langsung Musi Rawas-Jakarta melalui Bandara Silampari; dengan menjadikan Jakarta sebagai benchmark, dalam arti positif antara lain menginspirasi etos atau cara kerja masyarakatnya.

"Benchmark saya adalah Jakarta, bukan kota lain. Cara kerja orang-orang di sini, harus seperti orang Jakarta. Tidak ada lagi waktu untuk 'tidur siang'. Itu yang coba saya yakinkan sejak awal," ucap H Ridwan Mukti.

Masih menurut H Ridwan Mukti, dengan semakin kompleksnya persoalan pendidikan ini, maka tidak cukup bagi daerah hanya dengan konsepsi Program Sekolah Gratis, tapi harus bergerak selangkah ke depan untuk Program Sekolah Berkualitas. Itulah yang saat ini sedang dilakukan Musi Rawas, dengan mengerahkan semua sumber daya yang ada.

Semua langkah ini, tentunya, patut menjadi inspirasi bagi Indonesia dalam membangun pendidikan untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak bangsa.

H Ridwan Mukti yakin, dengan kepemimpinan yang kuat dan dukungan seluruh stakeholder pendidikan serta masyarakat luas, pendidikan bisa lebih baik. (*)


Follow Ridwan Mukti: Twitter: @ridwanmukti1963

Mengunjungi London? Cek Daftar Hotel, Bandingkan Tarif dan Baca Ulasannya | Wisata ke New York? Cek Daftar Hotel, Bandingkan Tarif dan Baca Ulasannya | Jalan-jalan ke Las Vegas? Cek Daftar Hotel, Bandingkan Tarif dan Baca Ulasannya

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.