Pembatasan Solar Bersubsidi, Angkutan Umum Kurangi Frekuensi Operasi

Solar bersubsidi habis
JAKARTA, JO- Sejumlah pengemudi angkutan umum menilai, pembatasan pembelian solar bersubsidi mulai 4 Agustus 2014 mendatang, akan berdampak pada berkurangnya frekuensi pengoperasian armada angkutan umum yang ada di DKI Jakarta.

Menurut sejumlah pengemudi yang ditemui JakartaObserver.com di Terminal Kalideres, Jakarta Barat (Jakbar), Jumat (1/8), pembatasan itu menyebabkan para pengemudi akan menempuh cara pengurangan jam operasi itu untuk mengantisipasi berkurangnya penghasilan, meski langkah itu diyakini akan berdampak pada semakin banyaknya penumpang yang tidak bisa dilayani.

Ganyong, seorang pengemudi angkutan umum 95 jurusan Rawa Bokor-Grogol menyebut, setiap hari dirinya bisa menarik angkutan sekitar 13 rit, dan dengan pembatasan itu mereka harus mengurangi jumlah rit.

Dijelaskan Ganyong, dengan 13 rit setiap harinya ia bisa mengantongi hasil uang sebanyak Rp1,4 juta. "Kami biasanya mengisi solar Rp 350.000, kira kira pengisian itu sekitar 60 liter solar. Jika pengisian dibatasi pukul 08.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB, bukan tidak mungkin pendapatan kami nantinya bakal berkurang," ucap Ganyong.

Selain Ganyong, pengemudi lainnya bernama Sardi, sudah membayangkan akan terjadinya pengurangan penghasilan dengan pembatasan pembelian solar bersubsidi itu. Pengemudi P21 jurusan Senen-Kalideres ini menyebut biasanya mereka beroperasi mulai pukul 05.00 WIB

"Bayangkan saja, seandainya diberlakukan batas pengisian solar dari jam 08.00 WIB bagaimana kami bisa mengisi solar murah. Sedangkan kami narik angkutan keluar jam 05.00 WIB, kalau isi solar Dex tentu harganya meningkat ini jelas mengurangi pendapatan sopir," kata Sardi. (leman)

Mengunjungi London? Cek Daftar Hotel, Bandingkan Tarif dan Baca Ulasannya

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.