Duri Kosambi, lingkungan yang asri.
Oleh Kanya Stira Sjahrir dan Risa Bhinekawati

SEBUAH kota yang diidamkan semua orang adalah kota yang bersih, sehat, aman dan pintar. Lingkungan tempat tinggal ideal inilah yang sedang dibangun oleh PKK dan warga RW 03 Duri Kosambi, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat (Jakbar). Hal ini terbukti dari berbagai penghargaan yang sudah diterima warga RW 03 atas jerih upayanya, salah satunya adalah penghargaan RT Terbaik Provinsi DKI Jakarta yang diterima oleh M Zein, RT 02 RW 03 Duri Kosambi, pada tahun 2012 silam.

Jakarta Bersih dan Jumantik

MEMASUKI wilayah RT 02 RW 03, pengunjung akan disambut dengan lingkungan yang asri, bersih dan nuansa warna hijau. Pekarangan rumah warga dipenuhi dengan berbagai tanaman hias dan Tanaman Obat keluarga (Toga). Warga RT 02 memang sudah berkomitmen untuk “menghijaukan” tempat tinggal mereka, termasuk menyeragamkan pagar rumah mereka dengan warna hijau.

Kader PKK RW 03 Duri Kosambi bersama
Risa Bhinekawati (tengah)
Ayu Sumarni, atau lebih akrab dipanggil Nani, salah seorang pencetus dan penggiat PKK RW03, menyatakan upaya penghijauan ini mulai dilakukan secara intensif sejak tahun 2007. Menurut Nani, awalnya warga segan untuk ikut program ini.

“Pada awalnya warga segan ikut serta, namun setelah melihat hasilnya yang positif semakin banyak yang tertarik untuk ikut,” ujarnya belum lama ini.

Nani juga mencetuskan program Juru Pemantau Jentik (Jumantik) agar diterapkan di RW 03 karena sebelumnya wilayah tersebut dapat terbilang kumuh dan dipenuhi dengan nyamuk. Pada tahun 2005, Nani dan dua orang kader lainnya mulai mendatangi rumah-rumah warga RT 02 untuk memeriksa kebersihan penampungan air dan menghitung banyaknya jentik. Ia juga berusaha mensosialiskan prinsip 3M yaitu menutup, membuka dan menguras. Contoh yang diperiksa adalah kamar mandi, bak, dispenser, tempat minum burung, dan penampungan air.

Sayangnya, tingkat kesadaran warga pada saat itu sangatlah minim sehingga banyak yang menolak untuk diperiksa rumahnya. Beberapa warga pendatang juga mengira mereka harus membayar apabila ingin rumahnya diperiksa. “Tapi sekarang hampir semuanya sudah ikutan, bahkan beberapa memelihara ikan di bak mandi atau penampungan air mereka supaya tidak ada jentiknya,” kata Nani dengan gembira.

Setelah digiatkan selama 9 tahun, lingkungan RW03 dapat dikatakan bebas nyamuk karena warga pun sekarang sudah berinisiatif untuk membersihkan sendiri tempat-tempat penampungan air mereka sebelum kader Jumantik datang untuk memeriksa. Sekarang seluruh RT di RW 03 sudah ikut serta dalam program ini dan jumlah kader mencapai 14 orang.

Setiap kader bertanggung jawab untuk memeriksa kurang lebih 30 rumah di RT masing-masing. Upaya ini tidak sia-sia karena pada tahun 2010, RW 003 menjadi juara lomba jumantik se-Jakarta Barat.

Pemilahan sampah mandiri di salah satu rumah warga.
Kegiatan pemeriksaan dilakukan secara rutin setiap hari Jumat pukul 08.30-09.00. Sementara setiap 3 bulan, para kader akan membagikan obat nyamuk Abate ke rumah-rumah yang menjadi sarang jentik. Warga merasa terbantu karena kegiatan Jumantik ini mengurangi frekuensi penyemprotan anti -nyamuk dulu rutin dilakukan.

“Beberapa warga protes dengan asap yang menyesakkan anak-anak mereka,” ujar Ainasah, ketua PKK RW 003. “Penyemprotan kadang masih dilakukan apabila ada warga yang terjangkit demam berdarah, tapi hanya untuk rumah-rumah di sekitarnya saja.”

Dukungan pemerintah disalurkan melalui dana untuk program Jumantik setiap 3 bulan dan berbagai macam penyuluhan. Data jumlah jentik yang direkam oleh para kader Jumantik selanjutnya akan direkap oleh Ketua PKK RW dan selanjutnya diteruskan hingga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dengan adanya data ini pemerintah akan dimudahkan dalam memonitor tingkat kesehatan dan kebersihan di Jakarta.

Bank Sampah

SELAIN upaya penghijauan dan Jumantik, PKK RW 003 juga menggiatkan program Bank Sampah yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang tertimbun di lingkungan tersebut. “Kadang truk sampah datang telat ke sini, sehingga sampah bisa tergeletak berminggu-minggu. Nyamuk dan lalat jadi berkumpul disini,” ujar Nani.

Buku nasabah Bank Sampah RT002:RW003 Duri Kosambi.
Perkenalan Nani terhadap berbagai program penyehatan dan penghijauan, termasuk Bank Sampah, dimulai sejak dirinya mengikuti program Jakarta Green and Clean yang diadakan oleh Unilever dan penyuluhan kegiatan penghijauan oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) pada tahun 2011. Tahun berikutnya Nani dan seorang kader lainnya mulai mengumpulkan sampah warga sekitar. Hal ini sempat menimbulkan keheranan warga karena mereka menganggap mengumpulkan sampah adalah tugas pemulung.

Selang dua tahun, Bank Sampah RW003 Duri Kosambi sudah memiliki 80 nasabah. Tujuh orang kader pengurus Bank Sampah melakukan kegiatan pemilahan dan penimbangan sampah pada minggu kedua dan keempat setiap bulan. Pemilahan sampah ini berdasarkan pada kategori dan kebersihan sampah tersebut misalnya plastik, botol, kaleng, kardus, dan koran. Setiap kategori pun memiliki harga yang berbeda-beda contohnya gelas plastik bekas air minum dengan plastik tutupnya dihargai Rp 1.500/kg sementara yang sudah dibersihkan tutupnya dihargai Rp 4.500/kg.

Sampah yang terkumpul dan sudah dipilah kemudian dijual ke pengumpul sampah berdasarkan harga yang telah disetujui. Uang yang didapat dimasukkan ke dalam rekening masing-masing nasabah. Selama setahun terakhir, beberapa nasabah sudah mengumpulkan ratusan ribu hanya dari mendepositkan sampah mereka.

Pengelolaan bank ini pun dilakukan dengan seksama, setiap nasabah mendapatkan buku tabungan bank sampah yang berisi catatan rekening mereka. Uang yang diterima dimasukan ke bank dan apabila nasabah ingin mengambil tabungan dapat menghubungi pengurus PKK.

Kader Jumantik melakukan pemeriksaan jentik di bak
mandi warga.
Kegiatan ini terbukti dapat memotivasi warga untuk meningkatkan kesadaran mereka mengenai kesehatan lingkungan tempat tinggal mereka. Beberapa rumah tangga bahkan sudah melakukan pemilahan sampah di rumah masing-masing agar memudahkan pekerjaan para kader. “Daerah ini pun semakin jarang didatangi pemulung, karena tempat sampah dibersihkan secara rutin,” tambah Ainasah.


Pemerintah pun tampak menunjang kegiatan ini. Nani pernah ditunjuk untuk mengikuti program studi banding Bank Sampah ke Malang dan Surabaya yang diadakan oleh dinas Kebersihan DKI Jakarta. Kegiatan ini diikuti oleh 25 orang peserta dari seluruh Jakarta. Penyuluhan mengenai pentingnya kebersihan juga beberapa kali diadakan oleh berbagai instansi pemerintahan.

Nani mengakui program ini banyak membantu meningkatkan kas PKK yang dapat digunakan untuk kegiatan lainnya. Mengambil contoh harga gelas plastik bekas air minum, dengan membersihkan tutup plastik, PKK dapat menyimpan perbedaan harga antara gelas plastik tanpa tutup dan dengan tutup sebesar Rp 3.000/kg. Nasabah juga dikenakan biaya administrasi untuk buku nasabah sebesar Rp 5.000.

"Sampah yang terkumpul dan sudah dipilah kemudian dijual ke pengumpul sampah berdasarkan harga yang telah disetujui. Uang yang didapat dimasukkan ke dalam rekening masing-masing nasabah. Selama setahun terakhir, beberapa nasabah sudah mengumpulkan ratusan ribu hanya dari mendepositkan sampah mereka."

Program penghijauan, Jumantik dan Bank Sampah yang dilakukan secara otodidak dan atas inisiatif sendiri PKK dan warga RW003 ini terbukti meningkatkan kesadaran masyarakat dan menciptakan lingkungan tempat tinggal yang nyaman, bersih, dan asri.

Jakarta Sehat

PKK RW 03 juga secara rutin mengadakan program Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) untuk meningkatkan kesehatan masayarakat melalui layanan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara swadaya oleh pengurus PKK. Program ini diprakarsai oleh Presiden Soeharto pada tahun 1984 dan, berbeda dengan program penghijauan, program Posyandu sudah lama dilakukan di RW 003.

Kartu Menuju Sehat (KMS) yang berfungsi sebagai
index tingkat gizi anak.
Tujuan program ini antara lain adalah untuk memberikan vaksinasi dan makanan sumplemen untuk bayi dan balita; menjadi media deteksi sini malnutrisi dan kekurangan gizi pada bayi dan balita; dan, panduan kesehatan bagi ibu hamil dan menyusui. “Namun program ini hanya berfungsi untuk memonitor, apabila ada kasus yang lebih serius akan dihubungkan ke puskesmas atau rumah sakit terdekat,” ujar Ainasyah.

Kegiatan Posyandu di RW 003 dilakukan seluruhnya oleh para pengurus PKK dan dibantu oleh perawat yang ditugaskan dari puskesmas atau rumah sakit sekitar. Beberapa perawat yang membantu disini juga diminta secara pribadi karena kebetulan mereka adalah bagian dari warga sekitar. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap 2 minggu sekali di kediaman ketua RW 003. “Biasanya yang datang mencapai 50-70 orang dari berbagai RT,” terang Nani.

Pengadaan vitamin dan vaksinasi diadakan secara berkala. Setiap bulan Februari dan Agustus diadakan pembagian vitamin A untuk balita. Imunisasi BCG dan polio 1 untuk bayi 1 bulan, DPT/HB 1 dan polio 2 di usia 2 bulan, DPT/HB 2 dan polio 3 untuk balita usia 3 bulan, DPT/HB 3 dan polio 4 di usia 4 bulan dan vaksinasi campak di usia 9 bulan.

Deteksi malnutrisi untuk balita juga menjadi prioritas yang tak kalah pentingnya. Pada saat pendaftaran, peserta akan mengisi kartu biru, menimbang berat anak, dan mengisi Kartu Menuju Sehat (KMS) yang berfungsi sebagai index untuk mengukur tingkat gizi berdasarkan pada usia dan berat badan. Sementara layanan untuk ibu hamil mencakup vaksinasi TT dan multivitamin untuk memperkuat kandungan dan janin agar tetap sehat.

Tanaman Obat Keluarga (Toga) di salah satu rumah warga.
Setelah selesai mengikuti rangkaian pemeriksaan, peserta boleh mengambil makanan ringan yang disediakan seperti bubur sum-sum atau biskuit. Pada umumnya peserta memberikan donasi sukarela sebesar Rp 2.000 – Rp 5.000. Dana yang terkumpul ini kemudian digunakan untuk pengadaan alat-alat pemeriksaan kesehatan, makanan ringan, dan vitamin juga oralit.

Sayangnya, beberapa warga masih segan untuk mengikuti program ini karena kesadaran tentang pencegahan penyakit yang rendah. Terkadang beberapa orang tua menolak imunisasi karena membuat anak menjadi rewel setelah imunisasi dilakukan. Sebagian warga lainnya merasa kegiatan ini tidak diperlukan karena kalau sakit bisa langsung ke puskemas atau rumah sakit.

Mengingat ini adalah program yang sudah lama dijalankan oleh pemerintah, dukungan terhadap program ini pun cukup besar. Salah satunya adalah pelatihan untuk mengoperasikan alat-alat pengukur kesehatan seperti stetoskop dan sfigmomanometer dan pelatihan P3K dan informasi pencegahan penyakit lainnya juga diberikan kepada para pengurus Posyandu. Pemerintah juga melakukan pengadaan atas vitamin dan vaksin yang dibutuhkan sesuai dengan jadwal pemberian.

Menarik bukan? Tidakkah sebaiknya diterapkan juga di lingkungan Anda?  (*)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.